3. Honest

24 2 0
                                    

SMA Sriwijaya adalah sekolahan elite dengan prestasi seni dan akademik yang membanggakan. Sekolah yang mempunyai kembaran dengan murid-muridnya yang juga berprestasi dalam bidang olahraga yaitu SMA Brawijaya.

Dua sekolah swasta yang sangat terkenal dan dikenal dengan sebutan 'Wijaya School' yang tertera di depan gerbang utama. Wijaya School ini terdiri dari SMA Brawijaya dan SMA Sriwijaya. Yang masing masing sekolah mempunyai fasilitas yang sama lengkapnnya.

Mulai dari bangunan sekolah, tempat parkir, lapangan outdoor dan indoor, kantin, aula di masing-masing sekolahnya.Wijaya School pun mendirikan sebuah Perpustakaan, Swimming pool, Aula dan lapangan yang 2x lebih besar ukurannya-biasa disebut Wiverle- yang dapat menampung seluruh murid Sriwijaya dan Brawijaya dalam satu tempat.

Pak Bobi dan Rara kini melangkah melewati beberapa kelas namun tak henti hentinya mereka berhenti. Sudah berapa banyak kelas yang mereka lewati rasanya cukup jauh mereka melangkah.

Dari tadi banyak sekali orang yang memandang Rara dari atas hingga bawah. Apa ada yang salah dengannya? Apa dia yang salah masuk kesekolah ini? Apa dia seperti teroris? Mengapa mereka menatapnya seperti itu?

Akhirnya Pak Bobi memberhentikan langkahnya. Rara melihat papan kelasnya, XI IPS 2. Sama seperti kelasnya yang dulu, Sosial 2.

Rara bersiap menarik nafas sejenak lalu menghembuskannya. Menarik senyumnya perlahan, membiarkan bibir kecilnya membuat sebuah senyuman manis.

Dua langkah memasuki kelas, ricuh orang orang yang berada di dalam kelas berlarian menuju meja masing masing. Ada yang jatuh karna terburu buru menuju mejanya, ada pula yang langsung menduduki tempat temannya yang berdempetan, dan ada pula yang langsung terduduk di lantai.

"Semuannya tolong perhatikan dulu, Sekarang kalian punya teman baru disini." Pak Bobi melirik Rara dan mengangguk pertanda Rara untuk segera memperkenalkan dirinya.

"Kenalin nama gue Andira Kaila Adreina kalian biasa panggil gue Rara. Gue pindahan dari Sma Pusaka."

"Boleh gue panggil Sayang ga?" Celetuk Dion dengan wajah semanis tepungnya dengan lutut yang bertumpu dilantai.

"Buah kedongdong buah semangka,
Sini Ra duduk sama gue!" pantun Radit berbuahkan jitakan dari teman sebangkunya Bara.

"Teu nyambung Maemunah ." ucap Bara, dengan kekuatan Radit ia mendorong Bara dan Afil yang duduk berdempetan untuk menjauh dari kursi di sampingnya agar Rara bisa duduk di kursi itu.

Tok! Tok! Tok!

Semua orang yang berada di dalam kelas kini mengalihkan perhatian nya kepada orang yang bersandar dibalik pintu. Tangannya yang semula mengetuk kini dilipat di depan dada.

"Boleh ga gue tambahin?" Semua orang langsung menatapnya penuh heran termasuk Rara yang menatapmya penuh dengan keterkejutan dengan kedatangan seorang lakiclaki yang ia kenal.

"Rara yang juteknya minta ampun, suka pedas, suka makan bakso, suka manis tapi ga suka kecap, waktunya dihabisin buat latihan." Lelaki itu membuat seisi kelas menganga tidak percaya atas apa yang ia katakan dengan sangat cepat dan tepat.

Lelaki itu tersenyum ke arah Pak Bobi yang melihatnya. "Saya duluan Pak, permisi." laki-laki itu lalu melenggang menghilang di balik tembok pembatas yang menyisakan suara langkah kaki yang mulai tak terdengar.

"Ya sudah Rara kamu boleh duduk di bangku yang kosong." suara Pak Bobi memecahkan lamunan murid-murid yang sesang tak percaya tadi. Kaki Rara pun mulai menuntunnya melangkah mendekati bangku yang ditunjuk oleh tiga orang perempuan yang mengarahkan bangku kosong disamping seorang perempuan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

honestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang