2. Honest

24 2 0
                                    

Menurunkan barang barang yang di bantu oleh Papahnya dan Om Feri kedalam mobil. Gadis itu melihat kamarnya sebentar sebelum ia berangkat, kosong hanya ada kasur, lemari, nakas lalu meja rias yang tidak ada apapun.

Bahunya di tepuk dari belakang, melihat itu adalah Papahnya. Pria itu tersenyum menenangkan, dibawa anak gadisnya untuk mendekat lalu di dekapnya dengan erat. Mencium rambut gadisnya dengan aroma yang menenangkan. Merasakan dadanya basah, ternyata putrinya itu sedang menangis di dekapannya.

"Jangan sedih gitu dong, anak Papah ga boleh nangis kaya gini. Nanti kalo Papah ada proyek di Bandung Papah jenguk yah." Mengusap pelan punggung putrinya, lalu melepaskan pelukannya. Menangkup pipi diwajah cantik sang putri, dengan tangannya yang mulai memperlihatkan kerutan tangan dan urat urat yang menonjol.

"Kamu boleh kesini kapan aja, kapanpun yang kamu mau. Yang penting kamu baik baik aja di sana, jaga kesehatan, jaga ucapan, jaga prilaku, dan jagain tante Ratna disana." Tuturnya dengan nada lembut, tapi sang putri malah terus mengeluarkan cairan bening dari matanya. Ibu jarinya mengusap pipi yang basah dengan lembut. Lalu di dekapnya lagi. "Papah sayang sama kamu."

Setelah merasa gadisnya membaik ia mengajaknya untuk turun ke bawah, menemui tamu -nya yang sudah menunggu mereka.

"Udah siap?" Tanya Om Feri, yang di angguki oleh gadis itu.

Mencium punggung tangan Mama tirinya, lalu berpelukan. "Teh aku pergi dulu yah."

"Hati-hati ya sayang." Tangannya mengelus rambut anak dari suaminya. Lalu gadis itu beralih kepada sang adik, berjongkok lalu memberi kepalan tangan untuk ber-tos ala keduanya.

"Kaka pergi dulu ya, jangan nakal disini. Kerjain PR nya, oke?" sang adik hanya mengangguk lalu tersenyum masam. Raramengacak ngacak rambutnya, membuatnya berantakan. Iya berdiri dan memeluk tubuh Papahnya lagi.

"Ingat yang Papah bilang tadi ya, sayang."

"Iya pah." Melepaskan pelukannya, lalu beralih mencium tangan besar milik Papahnya. Berbalik lalu tersenyum kepada Om Feri.

"Ya sudah kalo begitu kita pamit." Om Feri bertos dengan Yudis.

"Jagain anakku." Titah Yudis kepada Feri yang akan membawa anaknya.

"Pasti." Lalu mereka keluar menuju mobil Feri dan memasukinya. Sebelum benar benar di tutup ia memerhatihan Papahnya lalu tersenyum kecil, sangat kecil. Lalu menutup pintu mobil, dan mobilnya melaju meninggalkan pekarangan rumah, tak lupa klaskson yang di bunyikan, pamitnya terakhir. Sebelum benar benar menghilang tak terlihat.

,- honest

Selama di perjalan Feri tak henti menceritakan Ratna dan Reon-anak Feri dan Ratna- pada dirinya. Ratna yang masi di rawat di RS dan anak nya yang berbeda satu tahun di atas Rara, yang selalu merawat sang Bunda di RS.

Sekarang mereka berada di kediaman Feri Brata Adijaya, mereka menurunkan barang barang Rara yang di bantu oleh mang Dodo-satpam rumah- masuk kedalam dengan 3 koper, 2 yang berisikan baju bajunya dan 1 koper yang berisikan barangnya.

Dari arah berlawanan terlihat seorang pria muda dengan kaos hitam polos dan celana jeans pendek, menghampiri mereka dengan wajah sumringahnya.

"Udah pulang yah." Dengan tangan Ayahnya yang ia cium. Refleks Rara mengulurkan tangannya untuk menyalami lelaki itu yang ia tebak adalah Reon. Lalu lelaki pun membalas uluran tangan gadis itu, lalu mendarat di dahis mulus sang gadis.

Sopan

Lelaki itu tersenyum samar. "Reon, ini Andira yang selalu Ayah ceritakan dan mulai sekarang akan menjadi adik kamu."Tutur Feri kepada Reon yang sedang menatap Rara.

honestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang