Nanon's Pov.
Malem ini Chimon ngajak gue makan malem di luar. Udah 15 menit gue nunggu dia buat jemput gue, tapi dia gak dateng-dateng juga. Gue mutusin buat nungguin di dalem rumah sambil mainin ponsel. Pas gue lagi ngescroll timeline instagram, muncul username Ohm yang baru aja posting foto bareng temen-temennya.
Ngomong-ngomong soal Ohm, gue udah gak pernah ngobrol sama dia lagi sejak kejadian di kafe. Kadang gue suka nyesel kenapa gue memperlakukan dia kayak gitu, tapi gue masih gak percaya dia jelek-jelekin Chimon seenak jidatnya. Tapi semarah-marahnya gue sama Ohm, gue tetep gak hapus kontaknya dari ponsel. Gak tahu kenapa, gue gak bisa aja ngelakuinnya.
"Non? Belum berangkat?"
Gue menoleh ke asal suara. Ternyata Bunda gue yang lagi bikin teh. "Chimon belum dateng?"
"Belum, Bun. Paling bentar lagi dateng."
"Bunda heran deh, Non."
"Heran kenapa, Bun?"
"Kalo Bunda liat-liat, tiap kali kalian mau keluar bareng, Chimon mesti terlambat datengnya. Kamu sadar nggak?"
"Umm... Gak juga sih, Bun. Waktu itu pernah kok gak telat."
"Tapi 'pernah' kan bukan 'sering'?"
"Iya sih..."
"Kamu nggak curiga?" tanya Bunda yang sedang meminum tehnya sambil bersandar di pinggiran pintu menuju dapur.
"Curiga? Curiga kenapa?" tanya gue heran.
"You know what I mean, Non."
Gue masih gak ngerti sama perkataan Bunda dan berpikir. Apa maksud Bunda kalo Chimon bisa jadi selingkuh di belakang gue? Ah gak mungkin. Chimon gak kayak gitu. Selama gue pacaran sama dia, dia belum pernah bikin gue kecewa. Dan selama ini gue fine-fine aja sama dia. "Udah lah, Bun. Chimon gak mungkin kayak gitu."
"Oke, oke. Terserah kamu. Bunda cuma mau ngingetin aja," jawab Bunda. "Sekarang mending kamu berangkat sendiri deh, keburu kemaleman, Non."
Gue nurut sama Bunda. Langsung aja gue ambil kunci mobil dan pergi dari rumah. Selama perjalanan, gue masih kepikiran sama kata-kata Bunda. Gimana kalo semua kata-kata Bunda kejadian beneran? Shit, kenapa gue jadi mikir yang nggak-nggak sih?!
Sampai di tujuan, gue bisa liat ada mobil Chimon yang parkir tidak jauh dari mobil gue. Di dalem restoran gue nyoba buat cari di mana Chimon berada tapi sama sekali gak ada tanda-tanda keberadaannya. Aneh, ya kali gue salah restoran? Jelas-jelas di luar sana ada mobil Chimon. Kayaknya gue harus tanya sama resepsionis di depan.
"Ada yang bisa saya bantu?"
"Meja atas nama Chimon Wachirawit."
"Ada di luar, di meja nomer 14."
Gue mengangguk dan langsung menuju ke meja yang disebutin resepsionis tadi. Dari kejauhan gue bisa liat Chimon lagi... pegangan tangan sama cewek? Dan detik berikutnya yang bikin gue makin kaget adalah pas Chimon tiba-tiba mencium cewek itu pas di bibir. Gue mengedipkan mata gak percaya. Jujur, gue gak kuat liatnya. Dada gue sakit.
Karena gak tahan, gue langsung lari dari tempat itu, tapi untung aja sebelumnya gue udah sempet foto mereka sebagai bukti. Orang-orang mungkin liatin gue aneh, tapi gue udah gak peduli. Sampai di mobil, gue nangis. Jujur, gue sakit hati banget. Gue gak menyangka kalau apa yang ditakutin orang-orang terdekat gue bener-bener kejadian sekarang.
Tangisan gue makin deres pas otak gue tiba-tiba keinget semua omongan Ohm di kafe waktu itu. Gue bener-bener nyesel sekarang. Ya tuhan, berarti selama ini dia jujur? Kalo aja gue percaya sama dia, mungkin hati gue gak bakalan sesakit ini. Penyesalan emang datang di akhir. Karena gue, pertemanan kita jadi renggang.
Gue tahu harus apa sekarang.
Gak berlama-lama, gue langsung tancap gas ke apartemen Ohm.
.....
Ohm's Pov.Gue lagi kerjain tugas dari dosen sambil ditemenin lagu-lagu kesukaan yang gue dengerin pakai headphone lewat iPod. Sebenernya tugas ini gak wajib dikerjain karena fungsinya cuma buat tambah nilai, tapi karena gue lagi bosen jadi ya dikerjain aja. Gue kerjain kurang lebih 4 jam dan pastinya diselingi istirahat juga.
Lagu dari iPod gue berenti tiba-tiba. Gue taruh pensil dan liat layarnya yang menunjukkan kalo baterai udah terlalu lemah. Males-malesan gue cabut headphone dari iPod terus lanjut kerjain tugas dengan sepi. Ya, gue tinggal sendiri di apartemen yang lumayan luas ini.
Pas gue mau coba browsing lewat ponsel, tiba-tiba kedengeran ada suara ketukan pintu depan apartemen gue. Jujur aja, agak kaget, tapi gue langsung berdiri dan berjalan ke arah pintu masuk apartemen. Otak gue berpikir, siapa malem-malem kayak gini yang nyariin gue? Ragu-ragu gue buka dan gue kaget lagi.
Di situ Nanon berdiri. Mata dan hidungnya merah seperti habis nangis, rambutnya berantakan. Gue liatin dia dari atas sampai bawah. Dia cuma pakai kaos lengan panjang tipis sama celana jins hitam. Gue baru aja mau ngomong sesuatu, tapi terpotong.
Nanon tiba-tiba meluk gue erat sambil nangis.
Gue sama sekali gak tau apa yang terjadi sama dia. Pastinya gue masih terheran-heran, kenapa dia tiba-tiba dateng nemuin gue sambil nangis terus meluk gue? Padahal terakhir kali ketemu, dia masih marah sama gue. "Non... Lo kenapa?" tanya gue dengan nada sehalus mungkin.
Dia diem aja, gak jawab.
Akhirnya kita cuma berdiri di situ sambil meluk satu sama lain. Gue berusaha nenangin dia sambil mengelus-elus punggungnya. "Udah Non, jangan nangis, ya? Ada gue di sini sama lo."
Tangisannya sedikit mereda tapi gue bisa ngerasain dia masih sesenggukan. Gue lepasin pelukannya terus gue arahin Nanon ke sofa di ruang tengah. Gue berlutut di depan Nanon yang terduduk. "Lo tunggu di sini ya? Gue bikin sesuatu yang anget buat lo," pinta gue lembut, gue tersenyum simpul ke dia. Dia cuma bisa ngangguk-ngangguk.
Gue langsung pergi ke dapur, bikinin dia coklat panas. Minuman kesukaan dia dari dulu. Pas gue mau taruh cokelat panas itu di atas meja ruang tengah, dari ujung mata gue liat Nanon udah tertidur lelap dengan posisi yang sepertinya tidak nyaman di sofa. Mau gak mau akhirnya gue menggendong Nanon dan turunin dia di atas kasur kamar gue. Gak lupa gue juga bantu menyelimutinya.
"Lo keliatan tenang kalo lagi tidur gini," bisik gue lembut di telinganya sambil mengelus rambutnya lembut, "good night, Non."
Entah dateng dari mana, gue mengecup kening Nanon dan keluar dari kamar dengan hati gue yang berdegup kencang dan otak masih berpikir keras. Alesan pertama, gue baru aja cium keningnya dan yang kedua, gue penasaran sama apa yang terjadi. Dan ada satu lagi yang mengganjal di pikiran gue...
Gue mesti apain cokelat panas yang telanjur gue buat itu?!
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST SAYING • ohmnanon ✔
Fanfiction"He says he loves you But it's all an act He's seeing someone else right behind your back You know I'd never do that Just saying" - Just Saying by 5 Seconds of Summer [COMPLETED] NARRATION BY © daeyumbruh, 2020