12- Perjuangan Safira

201 19 4
                                    

Hari ini Safira sengaja bangun begitu pagi, ia menyiapkan sarapan untuk Alex. Perempuan itu ingin meluluhkan hati lelaki kulkas, semoga saja tips kali ini berhasil.

Sang mama yang sedang melihat aksi anaknya pun menghampirinya, karena ini adalah kejadian langka bisa melihat Safira memasak pagi-pagi. Biasanya, kalau disuruh olehnya Safira akan menolak.

"Tumben anak mama masak," ledek Sisi—sang Mama.

Safira hanya terkekeh mendengar ledekan mamanya.

"Masak apa dan buat siapa, hayo?"

"Masik nasi goreng spesial, Ma."

"Loh, pertanyaan satu laginya belum dijawab tuh." Sisi terus meledek Safira, yang membuat perempuan itu malu sampai-sampai pipinya merah seperti kepiting rebus.

"Aaa, Mama. Jangan gitu dong, malu aku," jawabnya sembari tersenyum.

"Hayoloh, buat siapa?" godanya.

"Buat orang spesial, dia pokoknya ganteng. Mama pasti suka deh kalo ketemu," jawab Safira, "Tapi, dia dingin banget kayak kulkas tiga pintu, Ma, " sambungnya.

"Mau mama kasih tips supaya dia gak dingin sama kamu?"

Safira antusias, tentu saja ia sangat ingin mendapatkan tips apapun untuk meluluhkan sang pujaan hati. Sisi yang melihat tingkah laku anaknya hanya terkekeh.

Safira sudah selesai dengan kegiatan memasaknya, ia buru-buru menyajikan nasi goreng buatannya ke kotak bekal. Lalu, setelah itu ia duduk di hadapan mamanya untuk mendengarkan tipsnya.

"Cara ini sebenarnya sangat bagus, tapi kalo ini gak berhasil, kamu deketin dia terus. Kasih kode, kalo gak mempan juga, coba deh kamu menjauh sebentar. Biarin dia ngerasa kehilangan kamu, biarin dia cari kamu. Tapi, kalau malah semakin jauh berarti memang bukan dia orangnya. Kamu harus berusaha untuk tinggalin dan ikhlasin dia."

Safira begitu serius mendengarkan ucapan mamanya, tetapi kata yang terakhir membuatnya menunjukkan raut wajah sedih. Semoga saja cara ini paling ampuh untuk meluluhkan Alex, ia akan memperjuangkan lelaki itu meskipun tanpa pernah direspon.

****

Seperti biasa, Alana kembali berangkat bersama adiknya dan Aldan. Sekarang hanya tersisa berdua, Aldan dan Alana berjalan menuju kelasnya setelah mengantarkan Alina terlebih dahulu.

Pemandangan di dalam kelas XI IPA 3 begitu beragam, namun yang paling membuat Aldan dan Alana tertarik adalah aksi Safira yang sedang menggoda Alex.

"Teman lo gak pernah berhenti berjuang, ya?" tanya Aldan sambil menggelengkan kepalanya.

Alana tertawa kecil. "Teman lo juga gak pernah berhenti nyuekin Safira."

"Bilangin sama Safira, mending berhenti deh buat perjuangin Alex. Dia gak akan pernah respon juga," kata Aldan.

"Namanya juga cinta, Al. Safira bakal pepet terus sampai Alex bisa nerima dia, gak peduli deh mau direspon atau gak. Bilangin sama Alex, berhenti buat cuek sama Sapii. Dia gak akan pernah berhenti buat berjuang."

Mereka berdua terkekeh, Aldan merangkul bahu Alana lalu melanjutkan langkahnya. Setelah Alana duduk di bangkunya, Aldan melanjutkan perjalanan untuk sampai di meja paling belakang. Namun, lelaki itu mundur kembali menghampiri Alana.

"Oh iya, pulang nanti gue mau cerita sama lo," ucap Aldan.

Alana mengernyitkan keningnya. "Mau cerita apa?"

TRIPLE A [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang