Sesampainya di lapangan basket, Alana dan Aldan masuk dan bertemu dengan Bejo serta Alex di sana. Jika kalian bertanya Alina ke mana? Alina sedang pergi ke toilet karena ia kebelet katanya.
"Eh, Neng Alana. Abang Bejo tebak, pasti ke sini karena pengen liat ketampanan abang kan?" Bejo dengan PD-nya berkata seperti itu, membuat Aldan terkekeh geli dan Alana yang menatap sinis ke arahnya.
"Biasa aja, Neng, natapnya. Abang takut ini," lanjutnya. Alana menginjak kaki Bejo, membuat lelaki itu meringis kesakitan.
"Aduh, sakit! Cantik-cantik sadis ya, Neng." Aldan semakin tertawa kencang mendengar perkataan Bejo.
Oh iya, Bejo nama aslinya adalah Benedict Jonathan. Dia laki-laki yang selalu menggoda perempuan dengan perkataan manisnya, sebelas-duabelas dengan Aldan. Bejo itu tingkat kepedeannya tinggi banget.
"Mau gue tambahin lagi sakitnya, Bejo?" ujar Alana dengan tangan yang menyilang di dada.
Bejo menggelengkan kepalanya, lalu menoleh ke arah Alex yang sedang memainkan game. Bejo meminta bantuan pada Alex, takut ia di serang lagi oleh kesadisan Alana.
"Alex yang tampan, boleh kali bantuin gue biar gak kena amukan nenek sihir lagi." Bejo menggoyang-goyangkan tangan Alex, membuat lelaki itu menatap tajam ke arahnya.
"Lo berani bilang gue nenek sihir? Lo mau gue tonjok? Mau di sebelah mana?" Alana lama-lama kesal dengan kelakuan Bejo.
"Ampun, Neng. Maafin abang, gak lagi-lagi deh gue godain lo apalagi ngatain lo." Bejo memohon kepada Alana dengan menunjukkan pupy eyes-nya.
"Sumpah, geli banget gue liatnya, Jo." Aldan benar-benar tertawa melihat Bejo yang memohon seperti itu.
"Lex, bantuin temen lo ini kek. Gue di bully nih, lo mah gak ada belas kasihannya sama sekali!" kesal Bejo pada Alex. Ya, Alex Nathanael lelaki itu memang benar-benar dingin, tidak peduli dengan omong kosong temannya. Menurutnya daripada mendengarkan omong kosong temannya, lebih baik bermain game online saja. Alex tak menanggapi ucapan Bejo, ia hanya menoleh sekilas lalu kembali lagi menatap handphone-nya.
"Kasian banget, Jo. Makanya kalo minta tolong jangan ke kulkas dua pintu," ungkap Aldan sembari diselingi tawa. Sedangkan Alana, ia hanya mampu menahan tawa ketika melihat kelakuan Bejo.
Suara pintu terbuka, semua menoleh ke arah sana kecuali Alex. Alina tersenyum kepada mereka semua, lalu berjalan menghampirinya.
"Halo, kakak-kakak."
"Halo, Dek Alina." Bejo menyapanya dengan senyuman dan kedipan mata, membuat Alana yang melihatnya mencubit pinggang lelaki itu.
"Ampun deh, lo! Mainnya kekerasan mulu ih, serba salah banget gue. Godain lo salah, godain adik lo juga salah." Bejo berkata dengan mimik muka sedih.
"Ya emang lo salah, daripada godain gue sama Alina lebih baik lo godain cabe-cabean yang suka boncengan tiga tuh."
Perkataan Alana sukses membuat Aldan dan Alina tertawa.
"Udah-udah, Lan. Kita main basket aja yok, kalo terus di sini bisa-bisa lo darah tinggi." Aldan cepat-cepat mengajak sahabatnya itu sebelum dia badmood dan gak jadi main.
Alana menganggukkan kepalanya, mereka berdua hendak turun ke lapangan tetapi langkah mereka terhenti saat mendengar ucapan Alina.
"Tunggu, Kak!"
"Iya, ada apa Alina cantik?" jawab Aldan.
Alina tersipu malu mendengar itu, lalu ia menyodorkan sebotol air minum pada lelaki itu.
"Ini buat kakak," ucap Alina.
"Buat kakak? Makasih loh cantik."
"Sama-sama, Kak."
"Buat kakak mana?" tanya Alana.
"Eum ... maaf, Kak, Alina tadi uangnya cukup buat beli satu doang. Soalnya, anu ... eum ... dompet aku ketinggalan di kelas dan di saku cuma ada uang sisa pas tadi makan di kantin."
"Yah, yaudah deh gak apa-apa," keluh Alana.
"Tenang nanti gue kasih, Lan," ujar Aldan dengan mengusap rambut Alana.
"Oke, makasih. Ayo kita main basket," ajak Alana.
"Oke, ayo, sebelum bel masuk bunyi."
Mereka berdua berlari menuju lapangan.
***
Di menit terakhir, Alana berusaha merebut bola dari Aldan. Namun, lelaki itu bermain dengan cukup lihai. Alana tidak menyerah untuk merebut bola itu, tetapi lagi-lagi gagal. Aldan cukup jago dalam mendrible bola-nya.
Lelaki itu melemparkan bola ke ring basket dan akhirnya masuk. Aldan bersorak, lalu meledek Alana. Perempuan itu kesal karena tidak bisa menangkas bola-nya agar tidak masuk.
"Gue bilang apa, gue pasti menang," ledek Aldan dengan diselingi kekehan.
"Tau ah, harusnya lo ngalah dong sama cewek!" kesal Alana.
"Yee, masa iya gue ngalah. Gak bisa gitu lah, haha."
"Gue capek, mau minum." Alana terduduk dan menyenderkan badannya ke tembok dan diikuti oleh Aldan.
"Oke, nih, lo dulu yang minum. Jangan sedih gitu dong, entar gue ajarin biar lebih jago." Aldan mengacak rambut Alana.
Perempuan itu menerima dan meneguk sebotol air minum, Aldan yang merasa kesal karena menunggu giliran untuk minum pun iseng melempar bola basket ke arah Bejo.
"Jo, tangkap!" Bejo yang kaget dan tak siap langsung menoleh ke arah bola itu, tetapi sayang bola itu melesat ke arah Alina bukan Bejo.
Alina yang kepalanya terkena bola itu pun pingsan, membuat semua yang ada di sana panik.
"Alina!"
***
Oke, gimana? Lucu gak si Bejo wkwk. Si Alex emang kulkas banget gaes wkwk.
Gimana kira-kira keadaan Alina? Ikutin terus cerita Triple A ini ya gaes💗
Happy reading!
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIPLE A [REVISI]
Fiksi RemajaSebuah kisah sederhana tentang Alana yang mencintai Aldan. Dan tentang Aldan yang begitu mencintai Alina. Tentang luka yang harus di terima. Dan tentang sebuah pengorbanan yang sangat berkesan. Semoga kalian menyukai kisah sederhana ini. Kisah Alana...