Kita pernah bertanya-tanya, bagaimana cinta tumbuh. Kita pernah mencari, kemana cinta berlabuh. Kita saaat itu terdiam pada garis senja yang mulai tenggelam, sepertinya hari mulai letih. Menunggu jawaban dari semua kalimat tanya itu.
Benarkah takdir yang mempertemukan cinta? Ataukah sebaliknya? Cinta yang mempertemukan takdir? Bukankah kita ditakdirkan bertemu karena cinta? Cinta membuat segalanya menjadi mungkin, apa yang kita sebut sebagai pencarian pada akhirnya ditemukan oleh satu kata nadir. Cinta, menjadi titik akhir.
Kita bisa saja bertemu karena sebuah kebetulan, tapi bukankah rangkaian kebetulan itu adalah rencana-rencana Tuhan yang sudah Ia tetapkan? Begitulah kita menyebutnya kini sebagai sebuah takdir, tahu apa kita tentangnya?
Jadi biarkan kita menikmati pertemuan ini, cukup kita jalani dengan apa adanya. Kalau perlu, kita jalani kisah ini seperti kisah cinta pada umumnya. Kau panggil aku dengan sebutan "sayang," begitupun aku memanggilmu dengan kasih sayang.
Aku memang bukan lelaki pertama yang berhasil singgah di hatimu, seperti yang telah kau katakan dengan jujur di awal perjanjian kita untuk menjadi sepasang kekasih. Tak apa, aku tak kecewa, peduli apa aku dengan masa lalumu? Karena masa yang sedang kau jalani saat ini adalah aku.
Terima kasih sudah menerima ketulusanku, kau bisa mempercayakanhatimu padaku, karena jujur, kau adalah benih pertama yang kelak kutahu pastimekar pada waktunya. Meski umur kita baru belasan tahun, dan orang-orang dewasamenyebutkan kisah cinta hanyalah permainan anak-anak belaka, aku tak peduli.Bagiku, memilikimu adalah lengkapnya semestaku.
"Kinikita memiliki harapan yang sama, meski belum ada yang pasti dengan waktu yangterus bergulir di masa yang akan datang. Kau dan aku saling percaya saja, jujurdengan semua perasaan yang sedang kita jalani. Baik kini maupun nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Monokrom Senja
Romance"Perjalanan kita melawan waktu memang tidak akan pernah usai, kita akan selalu menemukan ketidakpastian dengan benturan perasaan. Kita percaya jika waktu mempertemukan karena sebab mendewasakan jiwa yang kekanak-kanakan. Apa sebab kita tidak boleh m...