Perpustakaan Kecil Dua hati yang bersembunyi

12 0 0
                                    

Kau pernah merasakan kesepian yang begitu sunyi, satu-satunya yang bisa diajak bicara hanya lembaran kertas. Hati berdecak kagum membaca setiap kalimat yang tertuang didalamnya. Meski terkadang sulit untuk memahaminya. Buku mengajarkan banyak hal, apa yang tidak bisa terlihat di dunia ini, selalu bisa ditemukan didalamnya.

Duniaku begitu sederhana, tak ada yang benar-benar bisa membuatku merasa bahwa dunia ini begitu menarik untuk ditelisik. Sesekali kekosongan datang mengusik, sedikit hal yang bisa kulakukan ketika kesunyian itu menyapa. Jika bukan petikan gitar yang menggemakan ruanganku, aku hanya akan bercengkrama dengan larik-larik puisi yang kucipta sendiri.

Puisi adalah interpretasi dari berbagai emosi, ada banyak hal yang bisa kita tuangkan kedalamnya. Dengan sedikit kata, akan tetapi mengandung banyak makna. Tak ada arti tunggal dari setiap larik yang tercipta.

Semesta ini menyimpan banyak rahasia, kau pernah merasa diselimuti oleh rasa ingin tahu yang begitu mengusikmu? Seperti untuk apa manusia tercipta, apa tujuannya lahir di bumi ini. Sejak kecil aku selalu mempertanyakan hal itu. Namun, sampai detik ini aku tak menemukan jawaban yang memuaskan.

Di sela-sela pencarianku menyibak dunia ini, kau pun datang dengan anggun. Duduk disebelahku tanpa kau sengaja, aku mengerti. Kita belum saling mengenal, itu sebabnya kali ini aku tidak merasakan apa-apa saat beberapa detik kau duduk manis dan termenung. Sesekali kau tersenyum bersenda gurau dengan teman disebelahmu. Aku tidak pernah memperhatikan senyum seseorang sebelumnya, tapi melihat senyum kecilmu saat itu. Ada rasa yang berbeda, perasaan yang belum pernah aku rasakan sama sekali sepanjang hidupku.

Sejak saat itu hatiku mulai bergetar hebat.

Aku mulai mencari tahu tentangmu dengan gayaku yang senyap, tak kusangka. Jarakmu denganku ternyata tidak begitu jauh, sahabatku sudah mengenalmu dengan sangat baik, naif sekali jika kukatakan aku tidak ingin mengenalmu lebih jauh, tapi keraguanku muncul. Apakah perempuan cantik sepertimu mau mengenalku? Pada akhirnya perasaan itu hanya bisa mengendap, tak bisa aku ungkap.

Entah bagaimana waktu bisa membuat pertemanan kecil diantara kita, saat itu aku hanya bisa menyebutnya sebagai sebuah kebetulan. Kebetulan kau adalah teman dari sahabatku, sesekali sahabatku bertemu denganmu di wakktu jam istirahat sekolah. Aku tidak bisa menghindar, karena bagaimanapun aku berusaha berpaling, sahabatku selalu saja bisa membawaku pergi bersamanya. Apa dia menyadari perasaanku padanya? Ah, sudahlah, bodohnya aku jika tak kumanfaatkan kebetulan itu. Karena jika bukan karena pertemuanmu itu, aku takkan pernah bisa mengenalmu lebih jauh.

Aku pun mulai terbiasa dengan obrolan kecil kita di sela-sela waktu jam istirahat sekolah, dan obrolan itu terkadang berlanjut ketika jam belajar kita telah usai. Membosankan, memang. Aktifitas ini terus berulang selama tiga tahun lamanya. Dan akan berlanjut lagi tiga tahun di waktu yang akan datang. Aku memang bukan seseorang yang menyukai proses belajar di dalam kelas, bagi siswa tingkat akhir sepertiku, duduk di bangku kelas tiga adalah masa-masa paling menggairahkan untuk mencoba hal-hal baru.

Dan semenjak kau hadir dalam lingkaran pertemanan ini, semua kewajibanku sebagai seorang siswa seolah teralihkan. Aku begitu sibuk mencari cara bagaimana bisa membuatmu tersenyum, karena aku sendiri tak tahu mengapa. Saat tiba waktunya bertemu denganmu, hanya detik-detik saat kau tertawa riang saja yang aku nantikan.

Hari terhitung minggu, minggu menjadi bulan. Aku merasa ada yang kau sembunyikan dariku, ada yang berbeda saat hari terakhir kita bertemu pada senja yang mulai tenggelam. Kau memanggil namaku dari kejauhan dan tertegun, tersenyum lebar beberapa saat. Aku pun membalasnya dengan senyum kecil dengan raut wajah yang terheran-heran, sambil memiringkan kepala mencoba memberi isyarat tanda tanya. Namun kau tak hiraukan isyarat tanya itu, dan beralu begitu saja.

Apa harapku terlalu berlebih?






"Haruskah kita menggadaikan pertemanan kecil kita hanya untuk perasaan yang masih samar?

Apa kita berhak tenggelam lebih dalam?

Kita tidak akan pernah tahu kisah apa yang akan tercipta dalam satu kata cinta.

Apapun itu, biarkan saja waktu yang menjawabnya.

Karena waktu selalu tahu bagaimana cara mengubah segalanya."

Monokrom SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang