Welcome

1K 102 11
                                    

Sasuke menatap tajam sakura. Begitu juga Sakura yang tidak mau mengalah. Karin yang ada diantara mereka berdua merasa ingin pergi saja, tidak menyukai keadaan canggung ini. Dalam hati karin merasa jika ia tidak seharusnya bersikap sok pahlawan kemarin.

"Pergilah karin. Aku akan bicara denganmu nanti." Nadanya selalu datar namun terdapat kemarahan disana. Dan karin? Tidak ada niatan menolak. Ia memilih hidup dan tidak ingin mati ditangan sasuke. Sudah cukup dan dia kapok.

"Kau ingin menjelaskan sesuatu?" Kini beralih pada sakura. Mereka saling berhadapan dan menatap tajam. sama-sama tidak ingin mengalah.

"kau tidak memberiku kabar."

"Apa kau tidak bisa menunggu!" Bentakan itu akhirnya keluar. Kesabarannya habis. Selamat sakura! Bentakan pertama sasuke untukmu.

Tapi

"Eh kampret! Ayam!" Itu karin. Bentakan itu membuat Karin yang masih tidak jauh dari mereka yang terkaget. Lagi dan lagi merasa tidak nyaman. Padahal sudah menjauh.

Kembali pada mereka berdua.

"Iya! Apa kau tidak ingin melihat anak kita? Kau jahat jika membuatku melahirkan sendiri." Suara feminim itu memelan. Sakura sebenarnya orang yang pengertian dan tidak memaksa, namun kondisi ini berbeda. Sasuke tidak memberi kabar membuatnya agak kecewa ditambah perasaan sensitif saat hamil. Dan juga perasaan rindu yang tak terbendung.

Tiba-tiba Sakura merasa mulas dan sakit melanda perutnya, membuatnya merintih "Akh. Auw.."

"Sakura! Kenapa? Ada yang sakit?!" Tangannya tanpa pikir panjang memegang sakura yang mengeryit kesakitan. Tubuhnya menyanggah tubuh sakura agar tidak terjatuh.

"Akhh. Sasuke-kun! Perutku."

"Karin!" Teriakan sasuke menarik atensi karin.

Sakura akan melahirkan.

Memutuskan untuk kembali ke persembunyian Orochimaru, posisi mereka tidak jauh jadi disana adalah pilhan terbaik karena alat yang lebih lengkap.

***

Sasuke tidak dapat mendiskripsikan perasaannya saat ini. Bahagia? Tentu saja namun perasaannya campur aduk, dalam arti positif. Melihat sakura yang sedang menyusui buah hati mereka. Ia membeku, masih tidak tau bagaimana untuk bersikap. Sakura yang melihatnya menyuruh sasuke untuk mendekat.

"Anata, kemarilah." Kakinya otomatis membawa tubuh kekar itu mendekat dan duduk disebelah sakura. Dirinya masih hanya melihat anak perempuannya. Sakura mengerti jika sasuke orang yang kaku dan tidak tahu bersikap dengan perasaannya yang terlihat sedang kagum? Iya sasuke kagum. Tidak percaya dirinya sekarang adalah seorang ayah.

"Sentuhlah anata."

Sasuke diam. Menatap mata sakura, merasakan kenyamanan itu tanganya menyentuh pipi anaknya. Lembut sekali. Tanpa sadar air matanya menetes, tidak sampai menangis. Tapi itu adalah perasaan nyata sasuke, hanya untuk mereka perasaannya lepas. Sakura dan..

"Sarada." Ucapnya. Mata tajamnya melihat anaknya kemudian beralih pada sakura. Sakura paham.

"Nama yang indah. Sarada." Tambah sakura sambil tersenyum.

"Terimakasih sakura." Sakura kembali menangis haru dan mengangguk. Momen ini tidak akan ia lupakan seumur hidupnya begitu pula sasuke.

"Apa kau mau menggendongnya?"

"Aku tidak yakin." Sasuke takut menyakitinya.

"Sarada akan sangat nyaman denganmu."

"Akan kucoba." Memindahkan hati-hati Sarada ke Gendongan sasuke. Melihat suami yang menggendong anaknya membuat perasaan sakura terharu. Sasuke sudah tidak sendiri lagi. Dirinya punya sakura dan Sarada sekarang. Jalannya sudah sangat benar. Ia bahagia.

"Tidak adil bukan? Tidak ada yang kirip denganku." Gerutuan kecil keluar dari mulut istrinya. Sasuke mengamati kembali sarada dan memang benar. Sarada adalah jiplakannya.

Sasuke tersenyum. "Ah. Di anakku."

"Hey! Bagaimanapun aku yang mengandungnya. Tidak adil."

"Iya, nanti buat lagi yang mirip denganmu."

Mulut sakura menganga. Oke, apa benar ini sasuke? Sejak kapan mulut kaku itu bisa lugas sekali. Seharusnya ia rekam tadi.

"Uchiha sarada."

***

Sasuke keluar Membiarkan sakura dan sarada istirahat. Mereka tertidur sekarang. Niat ingin tetap didalam namun ada yang harus dilakukannya. Melihat Karin yang masih berada tudak jauh dari kamar yang mereka tempati dirinya mendekat.

"Bagaimana perasaanmu sasuke?"

"Baik." Bukan itu maksud Karin. Tapi sudahlah. Memang apa yang ia garapkan dari sasuke.

"Karin."

"Ada apa?"

"Terimakasih. Dan ma'af." Karin terpaku. Mendengar ucapan sasuke. Meneliti pria itu, raut wajah yang tidak sedingin dulu. Sasuke memang sudah berubah. Perasaannya pada sasuke memang masih belum hilang sepenuhnya tapi karin yang melihat sasuke seperti ini dirinya ikut senang.

"Berbahagialah. Ayam sialan." Sejak kapan karin berani memanggilnya sepertu itu.

"Itu sebutan untukmu dari sakura." Ceplosnya lalu melenggang pergi. Dengan sasuke yang masih berdiri dengan alis terangkat.

"Ayam sialan?" Dalam pikirnya, sejak kapan sakura mengumpatinya. Ia akan tanya nanti, Sedikit tidak terima. Sebenarnya.

***

Memutuskan untuk segera pulang ke desa. dan disinilah mereka dengan karin bermaksud berpamitan dan mengucap kata terimakasih.

"Karin.." belum sempat bicara omongannya sudah terputus.

"Iya-iya aku sudah tahu. Sama-sama"

Sakura tersenyum lalu memeluk karin. Karin temannya sekarang.

"Hati-hati, jaga sarada-chan." Tida ada hubungan darah namun karin merasa menyayangi sarada. Membuat matanya berkaca-kaca saja dan dengan cepat dihapusnya.

"Kapan-kapan mampirlah dan temui sarada."

"Ah. Sudah sana. Hari akan petang jika tidak segera pergi."

"Sampai jumpa karin." Pamit sakura. Sasuke? Dia hanya diam seperti patung dengan menggendong sarada. Tidak ada kata-kata dari sasuke. Ia merasa sudah menyampaikan apa ia rasakan kemarin.

Lalu mereka berjalan untuk pulang. Sekarang sudah tidak hanya berdua.

"Sakura."

"Iya anata?"

"Masih ada yang harus kita bicarakan nanti. Dirumah."

Sakura tersentak. Ia kira sasuke sudah melupakan kemarahannya. Ternyata cuma hutang ya.

"Dan juga tentang siapa itu ayam sialan." Oke. Sakura tidak menyangka sasuke akan tahu. Dalam hati mengutuk karin.

"Aku akan membuatkanmu sup tomat anata."

Pembelaan yang pintar.

Tbc.

Pendek?

From Me to You [End]Where stories live. Discover now