Pertama Masuk||01

18 5 0
                                    

Happy reading

jangan lupa putar mulmednya;)

---

Surakarta, Jawa Tengah

"Assalamu'alaikum, Yah. Tumben belum berangkat?" Sapa Dhirga saat menyalami Ayah Arzu.

"Waalaikumussalam, Kamu tahu nggak ini jam berapa, Ga?" Dhirga nyengir, tetep nggak bisa basa-basi dari dulu.

"Dhirga masuk ya, Yah." Sasro hanya berdeham, Dhirga berlalu menuju dapur. Menyalami Yani- bunda Arzu, kemudian mengganggu Ivad yang sedang sarapan.

"Kakak mu dimana, Vad?" Ivad menoleh kemudian menunjuk kamar. "Bun, Dhirga masuk kamar Rain ya."

"Iya, kayaknya tadi juga udah mau selesai."

Mengetuk pintu kamar kemudian Dhirga masuk setelah mendapat ijin dari Arzu. "Udah, Nyil, nggak usah dandan menor-menor, nanti disangka cabe-cabean kamu, muka sama leher beda jauh."

Arzu melempar sisirnya, enak saja Ia disamakan dengan perempuan seperti itu, padahalkan Ia hanya memakai pelembab yang dilapisi bedak tipis kemudian sedikit sentuhan lipbalm agar tak terlihat pucat.

"Nyil, ntar harus punya temen baru ya, satu aja nggak papa." Ucap Dhirga lagi, hari ini hari pertama Arzu masuk sekolah baru. Harusnya Ia sudah masuk saat awal semester hari Senin kemarin tapi Arzu masih harus membereskan barang-barangnya yang baru sampai.

"Iya-iya Radhit nanti Rain nyari temen, biar nggak ngerepotin Radhit kan maksudnya?" Dhirga menatap Arzu tak suka. "Bukan itu maksud Aku Rain, biar kamu betah aja di sekolah nggak bosen. Nggak mungkin jugakan kamu seterusnya sama Radhit terus."

"Udah ayo, Kamu sarapan dulu nanti kita kesiangan."

Seperti halnya siswa baru, pertama Arzu harus bertemu dengan kepala sekolah atau wakil kepala sekolah bagian kesiswaan. Basa-basi memperkenalkan diri kemudian dipertemukan dengan wali kelasnya.

"Pagi semua, perkenalkan nama saya Arzu Raindra Putri. Saya pindahan dari Jakarta, mohon kerjasama untuk kedepannya." Arzu tersenyum agar terkesan baik. Setelah perkenalan Guru yang mengajar mempersilahkan Arzu untuk duduk lalu memulai pelajaran. Jangan harap ada yang bertanya seperti di dalam novel, sebab itu mustahil.

~*~*~

"Hai, Aku Arzu, semoga kita bisa jadi teman semeja yang akur ya." Ucap Arzu pada teman baru di sampingnya. Uluran tangannya di sambut, "iya, Aku Salsa, semoga ya."Balas Salsa, kok jutek sih anaknya.

Sebab ini Dia tidak suka berbasa-basi, tak semua orang baru akan bersikap ramah, membuat malas bersosialisasi saja. Kemudian Ia berkenalan dengan teman depan dan belakang mejanya, mereka ramah. Semoga saja Ia betah dengan Salsa walau cuek.

"Zal, mau nyari Arzu ada?" Arzu menoleh, suara Radhit. Sontak saja gadis itu berdiri dari kursinya, menghampiri Radhit yang sedang bertanya pada Rizal ketua kelas IPA-3.

"Radhit." Dhirga dan Rizal menoleh.

"Nyil, ayo, Radhit ajak keliling trus nanti ke kantin, Duluan ya." Dhirga menepuk pundak ketua kelas itu kemudian berlalu. Rizal hanya mengangguk, "Itu tadi beneran bang Dhirga sama cewek kan?" Gumam Rizal sambil terus menatap Arzu dan Dhirga yang terlihat akrab.

Setelah berkeliling, mereka menuju kantin sekolah. Baru saja tiba di depan pintu kantin semua pasang mata langsung menatap Arzu penasaran, membuat Ia tak nyaman.

"Udah biarin aja." Ucap Dhirga yang sadar dengan sikap Arzu.

"Nnyil duduk situ ya, sekalian Radhit kenalin sama temen Radhit." Arzu mengangguk, mengikuti Dhirga.

"Widih, si Kapten tumbenan bawa cewek." Ucap salah satu teman Dhirga. Arzu hanya diam tak tau harus merespon apa.

"Dia Arzu, sahabat Gue dari Jakarta yang kemarin Gue ceritain."

"Nyil, kenalin mereka teman-teman Radhit, yang paling kanan itu Dimas, yang pake kacamata namanya Rafli, yang dari tadi tebar pesona ini namanya Naufal."

"Hai Kak, salam kenal ya." Ucap Arzu sambil tersenyum. "Alamak manisnya cewek si Kapten ini." Ucap cowok berkacamata, Arzu lagi-lagi hanya tersenyum.

"Dosa banget Lo, Ga, masa imut gini dipanggil 'Nyil', Panggilan sayang ya?" Tanya Rafli

"Kebiasaan dari kecil." Balas Dhirga sekenanya.

"Cantik mau makan apa? Aduh!" Naufal mengelus mulutnya yang dipukul Dhirga, "Nggak usah genit Lo!" Arzu tertawa kecil.

"Emang Kakak mau traktir Arzu makan?"

"Boleh, Mau makan apa Kakak bayarin." Jawab Naufal kesenangan.

"Dasar si Burik, sama yang imut aja gercep." Ucap Rafli.

"Ati-ati sahabat kesayangan Lo entar diambil sama si Kunyuk." Timpal Dimas saat melihat Naufal sudah pergi memesan makanan dengan Arzu.

~*~*~

"Radhit ternyata famous ya di sekolah, kirain masih tetap jadi bocah kentang kaya dulu" Dhirga mendelik, "Mulutmu kalo ngomong, gini-gini Aku nggak kalah ganteng sama ­oppa-oppa-mu itu."

Arzu hanya tersenyum geli, memang Arzu akui pubernya Dhirga itu sukses besar. Dengan alis tebal, tinngi badab bak tiang, bibir merah muda yang jika tersenyum akan membuat Dhirga terlihat sangat manis, dan jangan lupakan pipinya yang sedikit chubby.

"Nyil, Radhit tau kalo Radhit tuh ganteng, imut, gemesin nggak usah bikin salah tingkah gitu natapnya, Radhit jadi malu." Arzu mulai mendekatkan wajahnya, Dhirga menjauh menatap horor tapi Arzu tetap mendekatkan wajahnya kesamping kepala Dhirga, Ia seperti ingin membisiki sesuatu.

"NAJIS, BEGO!" Teriaknya kemudian tertawa berlari memasuki rumah. Dhirga mengusap kupingnya yang berdengung kemudian ikut masuk mengejar Arzu.

"MAMI..HAHA.." Arzu terus berlari menuju dapur, meminta pertolongan pada Sinta-Mami Dhirga. Dhirga mengepung gadis itu yang bersembunyi di belakang Maminya.

"Mau kemana Kamu, Nyil, hah!" cowok itu beregerak kanan kiri mengikuti Arzu, "Hahaha, emang enak diteriakin! Makanya jangan besar kepala jadi orang!" balas Arzu masih di belakang Sinta.

"Hop! Uwes-uwes, aduh Mami puyeng iki diputer-puter, kalian itu kenapa? Ganggu aja Mami baru masak ini, Dhirga diem nggak usah ngejar Rain lagi." Arzu menjulurkan lidahnya, lalu keluar dari balik badan Sinta.

Dhirga menatap gemas sudah siap untuk kembali mengejar Arzu, "Ga!" interupsi sang Mami sambil mengangkat pisau yang sedari tadi dipakai untuk memotong sayuran.

"Dhirga, masuk kamar ganti baju! Rain juga sana ganti, bajumu Mami simpen di kamar biasa." Mereka kemudian pergi ke kamar. Dhirga yang masih gemas pun kembali mengejar gadis nakal itu. Bakal rame terus omahku nek ngene ki, batin Sinta mendengar teriakan Arzu.

~*~*~

tau banget aku tuh kalo kriuk-kriuk:")

share ke temen" kalian kalo kalian suka(maksa:*)

jangan lupa vote dan komennya, kritik dan saran diperlukan untuk perkembangan cerita ini

Perbatasan Boyolali-Karanganyar-Solo

Someone You Love(d)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang