Bingung||04

10 3 0
                                    

Happy reading:)

---

Jam menunjukkan pukul setengah sembilan malam saat Arzu sampai di rumahnya. Ia sengaja pulang awal karena sang Ibu akan menerornya dengan pesan beruntun atau melakukan panggilan sampai Ia ada tanda unutk pulang. Masuk ke dalam rumah setelah Dhirga berlalu elum Dia membuka pintu, Gadis itu berhenti karena ada yang memanggilnya.

"Ar, Malam." Suara itu Arzu sering dengar, suara yang sudah lebih dari dua bulan ini tidak Ia dengar.

Arzu membalikkan badan, menatap tak percaya. Badannya kaku, bingung dengan apa yang Ia lihat malam ini. Tak mungkin cowok itu ada disini, Ia tak pernah menceritakan kepindahannya, bahkan tak pernah menyinggung tetntang alamat rumah nenek kakeknya saat mereka bersama dulu.

"Ini Gue halusinasi kayaknya mah, nggak mungkin. Gue pasti ngantuk berat sampai kebayang gini" Arzu menggeleng-gelengkan kepalanya, berharap Ia akan sadar.

"Hei, ini Aku asli." Cowok itu melambaikan tangannya di depan Arzu, membuat gadis itu kaget.

"Lah tadi masih di pinggir jalan situ, kok udah di sini aja." Gumamnya heran.

"aku cuma mampir mau nyapa, tadi nggak sengaja liat Kamu di Manahan." Ucap cowok itu lagi. Mata Arzu sudah berkaca-kaca. Baru tadi Ia membicarakan kronologi dirinya putus, sekarang Laga ada di depan matanya, menatap teduh penuh sayang.

Ya Tuhanku, cobaan apa yang engkau berikan, nggak kuat saya tuh.

"Aku kangen, Kak. Kakak kangen Aku?" Tanya Arzu pada Laga, tapi yang di tanya hanya diam. Laga mengangkat tangannya, membawanya ke kepala Arzu. Mengelus sayang pada surai hitam yang cepolannya sudah tak aturan itu.

"Kakak mau jalan-jalan sebentar?" Kali ini Laga menggeleng, membuat Arzu ikut terdiam.

"Sudah ya, Kakak pamit." Ucap Laga kemudian pergi begitu saja.

"Kak, hei!" Gadis itu memanggil-manggil nama Laga. Tapi menoleh saja tidak, Laga terus berjalan tanpa menggubris panggilan dari Arzu.

~*~*~

Gadis dengan baju tidur salah satu karakter kartun anak itu terbangun. Ia mengusap matanya sebelum melihat jam dinding kamarnya. Pukul tiga lebih lima belas menit dini hari. Ia terbangun karena mimpi bertemu dengan Laga.

Arzu menghela napas, "Sial! Enam jam tidur tapi dapet mimpi singkat doang kayak gitu. Mana efeknya bikin bingung, linglung waktu bangun lagi."

Arzu dibuat heran dengan mimpi yang Ia dapat. Akibat dari curhat dadakannya saat di Manahan semalam memang luar biasa, bisa membuat Ia bertemu dengan Laga walau sedang tak ingin tahu menahu tentang cowok itu.

"Pantesan waktu di tanyain kangen apa nggak diem aja, setan kan nggak tau perasaannya Laga. Lagian liar banget sih, dalam mimpi aja begayaan banget ngomong kangen." Rutuk Arzu memukul bibirnya yang begitu licin mengeluarkan kata keramat itu.

Gadis itu mengikat rambutnya asal kemudian beranjak menuju dapur, teggorokannya perlu disiram air karena kering. Menenggak habis segelas air putih lalu duduk di ruang makan.

"Males mau balik tidur tapi ngantuk." Matanya berat tapi otaknya tak ingin kembali istirahat.

Menghela napas entah yang keberapa kali. Mereka putus tak jelas penyebabnya, tapi efek yang Ia terima tak begitu besar. Arzu mengenang lagi saat-saat Ia baru saja putus dengan Laga, tak ada yang berbeda. Ia melakukan kegiatan seperti biasanya, tetap sesemangat biasanya. Hanya, saat dirinya sendiri atau memandangi barang-barang pemberian mantannya, Ia teringat masa-masa di mana Laga adalah pusat dunianya. Semua tentang Laga, di sekolah, rumah, saat malam minggu, semua Laga. Segitunya Dia dulu terpikat pada cowok bermata hitam itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Someone You Love(d)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang