02; Pesan yang tak terbalas

285 55 3
                                    

Jeon Jungkook menyandarkan tubuhnya pada pembatas jendela . Iris gelapnya mengamati setiap tetes demi tetes air hujan yang turun dari lapisan kaca yang sudah mulai mengembun. Tangannya bersidekap, mengamati bulir demi bulir air hujan yang turun.

Hujan yang tiba-tiba turun siang ini mau tak mau membuat jadwal latihan basketnya dibatalkan. Cho Saem tidak mau ambil resiko dengan memaksa anak didiknya untuk tetap berlatih di bawah guyuran hujan. Bisa-bisa mereka akan terpeleset dan berakhir dengan cedera. Hal itu akan menjadi mimpi buruk karena bisa-bisa sekolahnya tidak akan memiliki pemain untuk turnamen basket tingkat nasional yang akan diadakan bulan depan.

Alhasil disinilah dirinya. Berada di kamarnya lengkap dengan setelan jersey klub basket yang masih melekat pada tubuhnya. Jungkook belum mengganti bajunya, beberapa saat yang lalu sebenarnya dirinya sudah hampir menstarter motornya menuju lapangan, namun hujan tiba-tiba turun dan pesan masuk dari Cho saem jika latihan dibatalkan. Itulah yang menyebabkan sang kapten ini kembali masuk menuju kamar tidur tercintanya.

Jungkook beranjak dari tempatnya, merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk dengan seprai bergambar logo klub NBA favoritnya.

Ah.. benar kata orang-orang, rebahan adalah kegiatan yang paling menyenangkan.

Lengan kanannya terulur, meraih ponselnya yang tadi ditaruhnya di atas meja. Jemarinya kemudian dengan lincah menggeser tombol menu. Ikon pesan yang tersemat di ujung kanan itu menjadi tujuan utamanya. Perhatian Jungkook langsung tertuju pada roomchat paling atas. Helaan nafas pelan keluar dari bibirnya kemudian.

Belum dibalas juga ternyata.

Jemari Jungkook kembali bergerak lincah diatas keypad ponselnya. Mengetikkan beberapa baris kalimat sebelum akhirnya menekan tombol kirim.

" Latihan hari ini dibatalkan karena hujan. Aku hanya berbaring di kamarku tanpa tau apa yang akan kulakukan kemudian. Kau pasti sibuk ya kan, sampai-sampai tidak sempat membalas pesanku beberapa hari ini. Tak apa, jangan khawatir aku akan menunggu. Jangan sampai kelelahan, aku mengkhawatirkanmu "

Ibu jari Jungkook menekan tombol kembali setelah membaca sekilas pesan yang baru saja ia kirimkan. Menutup roomchat itu dan membuatnya kembali pada mode layar utama. Iris gelap Jungkook mengerjap perlahan. Mengamati dengan seksama potret cantik seorang gadis yang menjadi walpaper ponselnya.

Cho Miyeon, kekasihnya.

Miyeon adalah teman masa kecil Jungkook. Rumah keduanya bersebelahan, orang tua mereka juga saling mengenal dengan baik. Hampir sebagian usianya ia habiskan bersama dengan Miyeon. Tumbuh bersama dan melewati segala hal.

Hubungan mereka sudah memasuki tahun keempat sekarang. Dengan dua tahun yang dihabiskan dengan hubungan jarak jauh. Miyeon mendapatkan beasiswa di sebuah sekolah opera di London.

Awalnya Miyeon ingin menolak, gadis itu tidak mau dengan alasan tidak bisa jauh dengan keluarganya dan ketakutan akan kelanjutatan hubungannya dengan Jungkook akibat hubungan jarak jauh. Namun Jungkook tau, menjadi penyanyi opera adalah mimipi Miyeon sejak kecil. Jadi pria itu berusaha dengan keras agar Miyeon mau menerima tawaran itu.

Lagipula apa yang perlu dikhawatrikan dari hubungan jarak jauh. Sampai kapanpun dirinya juga tak akan pernah bisa berpaling dari Miyeon. Hanya Miyeon satu-satunya gadis yang selalu ada di hati Jungkook. Tidak ada yang bisa menggantikan sosok Miyeon sampai kapanpun itu.

Karena bagi Jungkook , Cho Miyeon adalah sosok yang paling berharga dalam hidupnya.

Keluarga Jungkook sebelumnya adalah keluarga yang sempurna. Kehidupan Jungkook kecil dikelilingi kasih sayang yang melimpah dari ayah, ibu dan juga kakak laki-lakinya. Setiap harinya selalu saja ada tawa dan canda yang memenuhi rumah mereka. Hubungan keluarganya dan keluarga Miyeon juga terjalin dengan begitu baik. Setiap sebulan sekali keluarga mereka sering mengadakan piknik keluarga di halaman rumah secara bergantian.

Love Poem ; SinkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang