Aroma obat-obatan tercium jelas pada indera penciuman Jungkook. Terasa kuat sampai-sampai membuat perutnya merasa mual. Langkah kakinya melangkah mengekori tubuh ayahnya yang berjalan di depan. Tanpa banyak bicara. Lagipula dirinya juga tidak ingin untuk membuka suara.
Membelah koridor dengan warna putih gading yang pada beberapa pilar diletakkan pot-pot bunga besar . Ciri khas sekali dengan jajaran ruang rawat kelas-kelas VVIP di rumah sakit ini.
Ceklek
Pintu kamar rawat paling ujung itu dibuka. Dari balik tubuh ayahnya manik gelap milik Jungkook mendapati sosok wanita di sana. Bersandar pada ranjang dengan sebuah buku yang langsung ia letakkan di samping tubuhnya begitu sadar pintu rawatnya dibuka.
" Kalian datang " ucapnya
Senyum itu lembut, berbanding terbalik dengan kondisi tubuhnya yang tampak buruk. Selang infus terlihat mengalir pada tangan kanan wanita itu . Ditambah degan lilitan perban putih dengan bercak kemerahan yang melilit kepalaya.
Jungkook tak bergeming dirinya tetap tidak bergerak dari ambang pintu ketika ayahnya memilih melangkahkan kakinya mendekati wanita itu. Mendudukan tubuhnya pada kursi yang tepat berada di samping ranjang.
" Bagaimana keadaanmu ? " tanyanya
Wanita itu tersenyum tipis. Matanya melirik ke arah kakinya yang tertutup selimut tebal. Yang mau tidak mau membuat kedua pria di ruangan itu ikut menengok ke arah yang sama.
" Seperti yang kau lihat. Patah. Selebihnya hanya memar dan lecet di beberapa bagian "
Jeon In Sung berdecak
" Ck, sudah kubilang kan tidak usah datang. Aku bisa menjemputmu sepulang kau kerja "
Wanita itu hanya tersenyum tipis. Memandang sang lawan bicara yang sudah menampilkan ekspresi kesal pada wajahnya.
" Merepotkanmu. Lagipula aku bisa menyetir sendiri "
" Lalu membuat dirimu menabrak pembatas jalan dan dilarikan ke rumah sakit karena patah tulang ? "
Tak ada jawaban, wanita itu menipiskan bibir. Merasa tidak mampu menjawab karena keadaannya sekarang sudah mampu menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan.
Jeon In Sung menghembuskan nafasnya pelan. Lengan kanannya terulur mengelus rambut wanita itu dengan lembut.
" Kau memang tidak pernah berubah Han Jimin. Selalu saja membuatku khawatir "
Jungkook yang masih berdiri di ambang pintu rawat itu mengalihkan pandangan. Dirinya seperti tidak terlihat. Beberapa kali dirinya mengumamkan kalimat-kalimat umpatan di dalam hati. Menyalahkan kenapa tidak melawan ketika sang ayah tiba-tiba saja menjemputnya dan membawanya kemari .
Kalau begini ceritanya lebih baik dirinya ikut teman-temannya saja bermain di PC Bang yang ada di dekat rumah Bambam. Lebih menyenangkan dibanding harus terjebak bersama dengan ayahnya dan wanita itu diruangan ini.
" Jungkook "
Yang dipanggil mendongak. Sebuah senyuman lebar bisa Jungkook lihat terpantri pada wajah pucat wanita itu. Terlihat begitu senang melihat presensinya di tengah tengah dirinya dan ayahnya.
" Kenapa hanya berdiri disana, kemarilah sayang " ucapnya halus.
Jungkook tak bergeming selama beberapa detik . Iris matanya bertemu dengan manik gelap milik sang ayah. Tatatapan itu tampak begitu mengintimidasi. Seolah menekannya untuk segera mengiyakan apa yang dikatakan Han Jimin tadi.
Jungkook menghela nafasnya sejenak. Setelahnya dilangkahkannya kakinya mendekat dengan hati yang berat.
" Imo senang sekali melihatmu disini Jungkookie. Rasanya sudah lama sekali kita tidak bertemu ya. Kau menjadi semakin tampan sekarang "
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Poem ; Sinkook
FanfictionEunbi dan Jungkook bertemu dalam kondisi hati yang sama-sama terluka. Eunbi dengan luka akibat berakhirnya hubungannya dengan sang cinta pertama dan Jungkook yang mulai meragu pada kekasih jarak jauhnya.