bagian 2 : Abang laknat

42 2 0
                                    

Typo adalah jalan ninjaku.

Sebuah ruangan bernuansa abu muda, yang kurang dari 4 tahun silam ia tinggalkan dan masi tertata rapi, wangi dan sejuk. Ia mulai membuka lebar pintu kamarnya, dan menutupnya setengah terbuka untuk masuk lebih dalam menuju kamar yang selalu ia rindukan itu.

Ia mulai mendekati lemari pakaian nya, dan menata rapi baju, serta alat-alat yang ia bawa ke Bandung dulu. Selepas menata barang-barangnya, Azra berbaring ke ranjang tidur nya dan membaringkan tubuhnya yang mulai lelah.

"Gila, Bandung - Jakarta lumayan cape juga ya"

Brakk

"Azra!"

"ALLAHUAKBAR, Ihhh Bang Gibraaannn!" Kagetnya hingga terduduk. Bayangin aja, pintu yang bisa dibuka secara despacito malah di buka seperti orang  kesetanan.

"Ehehe ya maap, kebablasan gue" Jawab Gibran dengan cengiran anehnya.

"Mau apa?!" Sarkas Azra

"Dih santai kali Bu. Nih, lo belanja sana, Bunda yang nyuruh".

Azra memicingkan matanya mendengar perintah sang Abang.

"Gue yang di suruh Bunda, atau lo yang di suruh?"

"Ya lo lah, siapa lagi" Jawabnya sambil bersedekap dada

"Dih ga percaya gue, lo kan yang di suruh Bunda, trus lo mager mau beli, ujung-ujungnya lo malah nyuruh gue, —Ngaku lo!"

"Ehehe, yauda sih tinggal beli aja susah, itu kata Bunda ada kembaliannya. Lo beliin pulsa deh, hape epel pulsa kaga ada" Julidin aja terus adiknya.

"Najis, lo kali yang ga ada pulsa!"

Demi apa belum juga sehari gue disini udah di uji aja kesabaran gue, batin Azra bermonolog.

"Apa lo liatin gue kaya gitu? Dongkol lo sama gue?!" Udah ganti posisi gais, lagi kacak pinggang si aa sekarang.

"Sebelum gue di buat juga gue udah dongkol sama lo! Apa lo? Mau marah?!"

Ini abang adek perkara belanja aja ributnya se-abad ye!

"Durhaka lo ngomong gitu ke gua!"

"Apaan, lo tuh yang durhaka sama Adik sendiri!" Balasnya tak kalah menyolot

"Gua jeblusin ke neraka juga lo ya!"

"LO MAH NYEB—"

"ABANG, CEPET BELANJA NYA, MALAH RIBUT KAMU DI ATAS!" Sang ibunda pun ikut andil dalam pertengkaran ini

"Tuh Bunda udah marah, sana beli! Ucap Gibran sambil memberi 3 lembar uang berwarna merah, serta catatan belanjaan.

"Bye!" Ucap Gibran lalu keluar dari kamar sang adik

"BUNDA!! BISA GA SI BANG GIBRAN DI MASUKIN LAGI KE RAHIM BUNDA!"

...

"

Ihhh nyebelin banget si, kenapa coba harus gue yang punya abang nyebelin kaya bang Iban!" hei, siapa yang ga merasa kesal jika kalian berada di posisi Azra, ia baru beberapa jam sampai di Jakarta, udah main di suruh-suruh aja sam— Tiiiinnnnnn

"ASTAGHFIRULLAHALAZIM!" Kagetnya seraya memegang dada dengan kedua tangannya, Azra mendelik tajam ke arah pengendaranya motor yang hendak turun dari motornya itu

"Heh Mbak, kalo jalan pake mata dong, buta lo ya!" Hardik si pengendara motor tersebut

"Lo apa gue yang buta! ga liat gue jalan pake kaki, otak lo tuh yang rusak! Jalan kok pake mata." Balas Azra tak terima

si pengendara yang mulai kalut pun membuka helm nya dengan kasar.
"Lo tuh ya! Udah salah, ga mau minta maaf, malah nyolot lagi!" Ucapanya sembari menunjuk Azra

Azra yang merasa di tantang pun maju selangkah, "Ya terus kenapa? Perlu gue ganti rugi sama lo? Tukang ojek kan lo? Belagu amat sih jadi orang!"

Si pengendara tersenyum smirk mendengar pertanyaan berantai yang di lontar kan Azra.

Bar-bar juga nih cewe

"Denger ya. Pertama, gue bukan tukang ojek. Kedua, gue bakal minta ganti rugi sama lo kalau kita ketemu lagi. Dan gue pastiin, hidup lo ga akan tenang setelah ketemu sama gue untuk yang ke dua kalinya, camkan itu."

Setelah mengucapkan kalimat yang panjang nya hampir dua paragraf, si pengendara motor itu pergi meninggalkan Azra di tepi jalan yang lumayan sepi.

"IHHH, NYEBELIN BANGET SIH. BARU JUGA HARI PERTAMA, UDAH APES DUA KALI AJA GUE!"

SAZRA (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang