"Prolog. "
"Oh iya sebelum lu pada baca gua mao jelasin ini cerita versi kakak senior gua yang mana dia tidak di perbolehkan pulang karna tahun ini adalah tahunnya dia untuk menjaga pondok. Jadi kalo tulisan nya agak berbeda karna itu dia sendiri yang menulis. Kenapa gua minta dia untuk berbagi cerita di sini karna menurut gua ini cerita yang cukup menarik untuk di ambil yah ini cerita sisi baik nya anak santri lah oke langsung aja. "
Senin, 6 Agustus 2015
Hari Senin tiba. Memang seperti hari Senin yang biasa berulang di tiap hari ke tujuh usai. Namun, Senin kali ini adalah hari yang popular bagi kami para santri Pesantren as syafi'iyah. Sudah sejak lama dinanti kedatangannya. Sebuah hari yang menjadi tanda berubahnya rutinitas harian kami yang seharusnya hadir ke kelas guna mencerap pelajaran, menjadi hari bebas yang terserah kami mau melakukan aktivitas apa.
Oh iya gua lupa cerita kalo pesantren gua itu ada singkatannya "asvie" jadi gua kalo pas cerita nyebutnya asvie aja ya bukan as syafi'iyah kepanjangan soalnya wkwwk.
Ya, hari Senin di tanggal ini adalah awal dari liburan kami para santri Pesantren asvie. Kami diberi jatah libur dua minggu setelah dan sesudah lebaran. Sebuah rentang libur yang cukup panjang. Empat minggu atau bisa juga dibilang satu bulan.Siapa yang tidak senang. Sebagian besar dari kami memanfaatkan liburan ini untuk pulang ke rumah masing-masing yang tersebar di berbagai pelosok Indonesia. Ada yang dari berbagai daerah di Jawa, Kalimantan, dan Sumatra. Kampung halaman yang begitu jauh menuntut santri untuk memikirkan kepulangannya jauh-jauh hari sehingga rencana yang dibuat benar-benar matang. Kami harus memikirkan bagaimana dan menggunakan modal transportasi apa untuk sampai ke rumah. Apakah dengan pesawat, bus, kereta, atau dijemput keluarga. Dan yang tak kalah pentingnya, tiket juga harus dipesan jauh-jauh hari sebelum hari H kepulangan. Kalau tidak, bisa jadi rencana pulang batal karena kehabisan tiket.
Itu bagi mereka yang pulang. Lalu bagaimana dengan mereka yang memilih tidak pulang? Kenapa mereka nampak begitu betah di pesantren? Kalau dibilang betah sih tidak juga.
Ada beberapa orang keluarga besar Pesantren asvie yang memilih tidak pulang ke kampung halaman. Terdiri dari santri, staf, dan pengajar.
Juga tak lupa, di liburan kali ini saya juga ingin melakukan salah satu hobi saya, membaca dan menulis. Membaca beberapa novel dan cerpen yang sebenarnya sudah lama saya punya. Namun, karena padatnya jadwal belajar, mungkin saya baru bisa membacanya pada kesempetan liburan kali ini. Diharapkan dari kegiatan membaca ini, akan muncul ide-ide baru dalam aktifitas menulis saya.
Awalnya, saya mengira bahwa awal liburan adalah hari yang santai. Tak ada lagi kegiatan rutinitas wajib yang harus dilakukan. Oleh karena itu, saya yakin pengerjaan target yang saya rencanakan sudah bisa dijalankan sejak hari Senin ini. Namun, di hari Sabtu, secara mendadak, Ustadz Andi, guru komputer saya meminta saya selama empat hari menjadi panitia dadakan untuk acara Pesantren Ramadhan yang diadakan oleh pesantren as syafi'iyah khusus untuk anak yatim berbeda dengan modern. Kebetulan Ustadz Andi adalah ketua Tim Kimbani, sebuah tim ekstrakulikuler eksternal yang mengajarkan agama di sekolah tersebut.
Sehingga praktis seharian ini saya tak ada di rumah. Tugas saya adalah mengawal dan membimbing sebuah kelompok bernama Yaqin. Sebuah kelompok yang sebagian besarnya terdiri atas anak-anak bandel sekolah ini. Susah diatur.
Wah, tanpa sadar sudah sangat banyak hal-hal yang saya tuliskan untuk hari Senin ini. Saya harus hentikan menulis diary untuk hari ini karena malam telah larut. Saya harus cukup istirahat karena besok pagi harus kembali ke pesantren yatim.
KAMU SEDANG MEMBACA
kehidupan di pesantren
Casualeini cerita tentang pengalaman hidup gua menjadi anak pesantren.