Bidadariku (Part 1)

2 0 0
                                    

Hari ini, semuanya berjalan dengan lancar. Segala macam adat istiadat untuk pernikahan sudah dilaksanakan.

Rasa lelah menghampiri kedua mempelai yang sedang membersihkan dirinya masing-masing itu. Sang mempelai pria sedang berada di kamar mandi. Sedangkan mempelai wanita sedang menghapus make-up nya dan mengurai rambut panjangnya.

Rasa debar menghampiri keduanya saat mempelai pria keluar dari kamar mandi dan melihat mempelai wanita yang saat itu juga melihat kearah mempelai pria.

Fatir Ahmad, itu lah nama sang mempelai pria. Sering di panggil Fatir dan bekerja sebagai pelukis. Sedangkan sang mempelai wanita bernama Fauziah Ramadhan. Sering dipanggil Fafa dan bekerja sebagai CEO di restorannya.

Fatir menghampiri Fafa yang sedang menundukkan kepalanya karena malu. Pria itu lalu mengusap rambut sang istri yang sedikit berantakan karena ditutupi jilbab.

"Sini, biar mas yang bantu." Ucap Fatir sembari mengambil sisir di atas meja.

Fatir lalu menyisir pelan rambut Fafa. Untungnya, rambut Fafa bukan lah tipe yang susah untuk disisir.

"Dulu, Ummi sering nyisir rambut sebelum mandi. Katanya, supaya nanti kalau udah keramas rambut nya nggak rontok." Ucap Fatir dengan masih menyisir rambut Fafa.

Setelah rambut Fafa selesai di sisir, Fatir lalu melihat kearah kaca dan melihat Fafa yang sedang menunduk malu dengan wajah yang memerah.

"Adek kenapa? Malu?" Tanya Fatir dengan tangan di bahu Fafa.

Jelas saja Fafa yang baru pertama dekat dengan seorang pria merasakan merinding sekujur tubuhnya. Tidak karena takut, hanya saja dirinya merasa deg-deg an berduaan dengan pria yang saat ini sudah resmi menjadi suaminya.

"Adek jangan takut, mas nggak akan mulai kalau ada nggak siap. Mas akan menunggu adek kok." Ucap Fatir dengan nada memastikan.

Fafa merasa bersalah saat mendengar hal itu. Bukan, bukan itu yang dia inginkan. Dia ingin menjadi istri yang patuh dengan suaminya. Hanya saja, dirinya belum terbiasa dengan keberadaan Fatir.

"M-mas, aku ti-tidak takut. Hanya saja.." ucapan Fafa tergantung karena tangan Fatir mengusap rambutnya, "Mas ngerti, adek lagi malu kan? Mas paham kok." Ucap Fatir dengan senyum manisnya.

"Adek minta maaf mas." Ucap Fafa sembari berusaha memegang tangan Fatir.

Hangat, itu yang pertama kali dirasakan Fafa saat berhasil mengenggam tangan Fatir.

"Adek mau jadi istri yang berbakti untuk mas. Maafkan sifat penakut adek, mas." Ucap Fafa dengan berusaha menatap wajah Fatir.

Keduanya lalu bertatapan dengan wajah merah pada keduanya. Tak heran, mereka sama-sama baru merasakan hal seperti ini. Berduaan dengan orang asing namun dengan cinta di hati masing-masing.

"Aku mencintaimu, dek." Ucap Fatir dengan senyumannya lalu mengecup dahi Fafa.

"Adek juga mencintaimu, mas." Balas Fafa pelan karena malu.
.

.

.
1 tahun kemudian..

"Dek, mas pergi ke museum dulu." Ucap Fatir dengan membawa tas kerja nya.

"Harus sepagi ini, mas? Kamu bahkan belum sarapan loh." Ucap Fafa dengan wajah yang tertunduk lesu.

"Mas minta maaf, dek. Mas harus ada sebelum jam 6 di sana." Ucap Fatir sembari menangkup wajah Fafa karena gemas dengan nya.

"Yasudah, tidak papa. Nanti adek kirimkan sarapannya ke museum saja, mas." Ucap Fafa dengan senyumannya.

"Gitu dong, itu baru istrinya mas." Ucapnya lalu mengecup dahi Fafa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan Short Story (Hurt Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang