Kapan Datang?

10 2 0
                                    

Bel tanda pulang bergema di antara jendela kecil ruang kelas. Beradu dengan sorak sorai gembira anak manusia yang menantikan tempat tidur mereka dan pelukan mama tercinta. Langit menghitam udara mencekam. Ku tunggu dia datang membawa yang selama ini selalu ku nantikan, layaknya hari kemarin yang berakhir tanpa ada jawaban.

Satu persatu riuh menjauh. Menyisakan lantai putih dengan bercak hitam jejak kaki. Bel pulang berhenti, hati kecil tetap menanti.

Warna warni payung dalam pandangan, aku bisa menyanyikannya sepanjang sepi penantian. Hijau, merah, merah muda, hitam, oh ada juga yang memakai jas hujan menerjang rintik sore sendiri tanpa penantian.

Tepuk pundak silih berganti untuk ajakan pulang bersama. Aku lebih memilih tuli hanya pada saat itu, dan menanti dia datang meski kutau akan dikecewakan.

Asa putus harap pupus. Sepatu putih kecoklatan basah hingga terasa di telapak kaki. Perlahan dingin merambat dari ubun hingga ujung jari. Diiringi saut saut jerit hati yang tak kalah guruh dari guntur di langit kami.

Si kecil besar mimpi tak tahan lagi, menyembunyikan tangis di balik deras air langit. Terpojok di persimpangan dan terpuruk akan harapan kasih sayang. Besar harap kecil perihal, hanya sebuah payung hijau dan pelukan rindu wanita dambaan yang dia nantikan.

Cerita Pendek AmatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang