- a plan

7 2 1
                                    


Mungkin kita punya rencana dari andai yang kita punya. Namun Tuhan punya rencananya sendiri untuk kita jalani

Janewa, Swiss

Oki, terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Setelah kemarin, seharian penuh ia habiskan waktunya untuk kegiatan launching buku ke-5 nya. Sekarang ia bisa menikmati paginya tanpa gangguan deadline lagi.

Suasana di rumah keluarga Willson memang sudah ramai sejak pagi menyambut. Kedua kakak Oki, yang hobi sekali bercanda sudah membuat seisi rumah ricuh. Hanya karena Gama—kakak sulung, itu tidak sengaja mengoleskan washabi  pada roti tawar milik Oka.

Gama yang mengira itu adalah selai matcha yang ia beli kemarin, hanya bisa tertawa terbahak-bahak. Melihat adik laki-lakinya terbatuk kepedasan, Bunda dan ayah pun hanya bisa melihat tingkah kedua putranya itu.

"Moring!!!".

Suara nyaring, yang sudah dipastikan milik siapa muncul dari lantai atas. Oki, gadis itu juga sama berisiknya seperti kedua kakak laki-lakinya. Namun Oki bisa dikatakan kategori normal, tidak seperti kakaknya yang bersuara seperti burung beo.

"Bang Oka kenapa?"

"Itu..uhuk abang tua kamu itu, ngoles washabi ke roti tawar abang".

Oka mengatakan itu dengan nada yang memelas, namun sayangnya Oki tidak bisa menahan tawanya yang pecah begitu saja. Ketika Oka selesai dengan cerita tragisnya di pagi hari yang cerah ini.

"Loh kok adek malah ketawa?! Seneng ya liat bang Oka menderita gini".

"Bhahaha.. nggak gitu bang, cuma lucu aja. Kok pagi gini bang Oka udah sial aja. Bahahah ".

Gama dan Oki tertawa sangat keras, dan Oka hanya bisa mendengus kesal. Adik dan kakaknya ini sangat senang jika Oka jadi bahan candaan, walaupun begitu Oka tetap menyayangi mereka.
.
.
.
Sarapan kali ini berlangsung sangat ceria, mengingat Oki yang tidak di kejar deadline dan kedua kakaknya yang sedang tidak ada kelas di pagi hari ini. Membuat sarapan keluarga Willson sangat menyenangkan.

"Oki, kamu jadi pulang ke Indonesia?"

Pertanyaan itu, Oki rasa ini kesekian kali ayahnya menanyakan rencananya untuk pulang ke Indonesia.

"Hmm, aku belum tau Yah. Mungkin jadi, tapi aku masih harus mengurus beberapa hal soal buku yang belum selesai"

"Ayah ngerti, kamu kangen Indonesia. Dan tentunya sama sahabat kamu itu... Kamu boleh pulang nak".

Oki hanya tersenyum canggung, lalu meneruskan sarapannya. Yang dikatakan ayahnya sangat benar adanya. Ia merindukan Indonesia, dan juga Genta.

Rencana di tahun ini mungkin akan terlaksana, dan Oki sangat bahagia akan hal itu. Ia hanya perlu mengurus bukunya dan memesan tiket. Oki selalu siap sedia paspor karena bisa saja ia ingin pulang ke Indonesia di hari itu juga.

.
.
.

Jakarta, Indonesia 2020

Di bumi bagian lain pula ada manusia yang tidak tidur sepanjang malam. Karena mengejar deadline rancangan bangunan yang sudah ia kerjakan selama 2 bulan ini.

Genta, laki-laki itu hanya bisa menahan kantuknya dan berusaha untuk tetap fokus pada rancangannya. Karena jika salah sedikit saja, ia harus mengulang beberapa hal.

Sudah 2 bulan ini ia sulit untuk tertidur dengan nyenyak, karena proyeknya kali ini sangat besar. Jika salah sedikit saja akan berakibat fatal. Genta melirik jam yang menempel di dinding ruang kerjanya. Menunjukkan pukul 06:00 pagi hari.

Genta segera beranjak dari ruangan kerjanya menuju dapur. Ia melihat mama nya sudah selesai menyiapkan sarapan. Genta tersenyum pada mamanya lalu segera duduk di meja makan.

"Wih nasi goreng kesukaan Genta nih Mah !".

"Iya sayang, sengaja mama buatin. Kasian liat kamu semalaman nggak tidur".

"Hehe, maklum Mah aku kejar deadline. Lebih cepat lebih baik, biar aku bisa istirahat".

"Cepat sih bagus nak, tapi kamu tetap harus menjaga pola tidur dan makan kamu. Biar tetep sehat".

Setelah mendengar nasihat dari mama tercinta Genta langsung melahap nasi goreng kesukaannya. Tanpa banyak bicara ia menghabiskan makanannya itu.

Genta termasuk orang yang tidak pilih-pilih makanan, jadi ia akan memakan masakan yang sudah dibuat oleh mamanya itu.

.
.
.

Setelah selesai sarapan, Genta pamit pada mamanya untuk pergi istirahat ke kamarnya. Agar nanti ia bisa melanjutkan tugasnya setelah tidur sebentar.

Namun, bukannya tidur Genta malah membuka paket berisi buku yang baru saja ia beli. Buku berisi puisi yang menjadi favoritnya dalam beberapa tahun ini, dan ini merupakan buku ke-5 yang baru saja launching.

Genta melihat cover buku yang sangat unik, penulis ini sangat menarik perhatian Genta. Sebab puisi yang ditulis sangat menggambarkan bagaimana kondisi Genta selama beberapa tahun ini. Karena Oki.

"Soul part 5, aku penasaran apa lagi yang kau tuliskan di buku ini"

Genta sangat penasaran, buku ini adalah buku puisi berbahasa Indonesia yang terbit di Swiss, lalu diterjemahkan ke berbagai bahasa di belahan dunia. Genta tidak habis pikir dengan penulis ini, bisa menerbitkan buku dengan bahasa Indonesia di luar negeri.

Genta membuka, dan membaca tiap halaman. Dan ada satu yang sangat menarik sekaligus membuat Genta tercengang.

"Janji yang dibuat mungkin belum bisa ditempati
Kenangan yang indah mungkin belum bisa kita sudahi
Rangkaian kalimat ku jadikan perantara
Rinduku padamu yang membara

Hanya kalimat 'aku akan kembali' yang menjadi jaminanku
Agar kau mau menunggu aku"

Genta sedikit tidak asing dengan hal itu, bagaimana bisa sangat kebetulan. Namun Genta tidak ambil pusing, ia terus membaca halaman demi halaman hingga akhirnya ia tertidur karena rasa kantuknya yang tidak bisa di tahan.

.
.
.

– sebelum Soul part 5 launching –

Oki merasakan kepalanya hampir saja meledak. Ia bingung harus menuliskan apa lagi untuk puisinya. Dikejar waktu ia tidak bisa berpikir dengan jernih.

Sampai akhirnya, Genta dan janjinya muncul di kepala Oki. Entah kebetulan, Genta seperti sebuah pemberi inspirasi pada Oki. Ketika memikirkan Genta, ide untuk baris-baris puisi sangat mudah ia dapatkan.

"baiklah, Genta semoga kau membaca ini"

'Janji yang dibuat mungkin belum bisa ditepati
Kenangan yang indah mungkin belum bisa kita sudahi
Rangkaian kalimat ku jadikan perantara
Rinduku padamu yang membara

Hanya kalimat 'aku akan kembali'yang menjadi jaminanku
Agar kau mau menunggu aku'

Setelah menulis puisi terakhirnya untuk segera di serahkan ia tersenyum simpul dan bergumam dalam hati.

"Terimakasih, Genta sudah menjadi inspirasiku"











Halo para penikmat karyanya aku!><
Semoga kalian menikmati dan memberi apresiasi yang baik buat cerita aku kali ini!!!

- vote, komen (jika ada kritik dan saran).

Moenlight

- Promise Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang