—
Jika aku harus pulang, aku akan pulang kerumah//itu kamu
—Jakarta, Indonesia 2020
Genta terbangun dari tidurnya, ia meregangkan tubuh yang sedikit kaku karena tertidur. Ia merasa sudah lebih baik dari sebelumnya.
Genta berjalan menuju ruang kerjanya yang tepat berada di depan kamar tidurnya. Genta selalu seperti ini, dia akan merasa sendirian namun semuanya akan normal ketika ia mulai bekerja. Ia memaksakan diri untuk terus bekerja, karena untuk mengusir rasa sepinya.
Hanya tinggal beberapa perbaikan yang dilakukan di rancangan Genta, sepertinya besok sudah bisa ia serahkan kepada kliennya. Genta selalu menyelesaikan pekerjaannya sebelum deadline, alasannya karena sisa hari menuju deadline akan ia habiskan untuk perbaikan—jika ada.
Seorang Genta, adalah pribadi yang ramah dan murung di saat bersamaan. Ia memiliki banyak teman, namun posisi Oki sebagai sahabatnya tidak akan tergantikan. Mungkin bisa dibilang Genta dan Oki seperti seorang adik dan kakak, karena perbedaan umur mereka yang terpaut 4 tahun.
Tapi bagi Genta, sahabat tetaplah sahabat. Mau sejauh apapun jarak umur mereka berdua, Oki akan tetap menjadi sahabat terbaik untuk Genta. Mungkin itu pikir Genta saat ini.
Ya, hanya Oki.
.
.
.
Zürich International AirportDisinilah Oki berdiri, ia masih tidak menyangka bahwa ia akan segera pulang.
Banyak pertimbangan yang Oki lakukan untuk melakukan hal ini. Dan bukan suatu hal yang mudah bagi Oki untuk mengambil keputusan ini, yang pasti ia sudah siap untuk pulang. Dan sudah siap bertemu Genta. Mungkin.
"Oki, jaga diri di sana. Nanti Ayah, bunda dan kedua abang kamu akan menyusul".
"Okay bunda, i'll wait you"
Oki memeluk bundanya dengan erat, ia ingin menangis karena akan berpisah untuk sementara waktu dengan bundanya. Lalu menatap ayahnya, dan memeluknya juga dengan erat.
"Dek, jaga diri baik-baik. Kalau ada project buku baru jangan lupa sama kesehatan kamu okay?"
"Okay, bang"
Informasi keberangkatan pesawat Oki sudah terdengar, ia menatap keluarganya lalu tersenyum. Langkah kakinya mantap menuju pesawat, dia yakin akan pilihannya kali ini. Dia ingin menepati janjinya pada Genta, bahwa dia akan kembali. Dan sekarang saatnya.
.
.
.Jakarta, Indonesia
"Baik pak Genta, sudah tidak ada revisi. Ini sudah sangat bagus".
Klien Genta sangat puas dengan hasil kerja Genta. Tidak sia-sia ia begitu keras mengerjakan proyek ini.
"Kalau begitu, jika ada revisi lainnya bapak bisa menghubungi saya. Karena waktu untuk deadline masih 5 hari lagi".
"Baik, sekali lagi terimakasih".
Genta dan kliennya berjabat tangan, Genta memberikan senyuman terbaiknya. Lega rasanya pekerjaannya sudah selesai, dan dia bisa beristirahat dengan nyaman malam ini. Pikirnya seperti itu.
Setelah urusannya dengan klien sudah selesai, Genta memutuskan untuk pergi ke Gramedia. Dia butuh bahan bacaan yang baru untuk kegiatan tanpa pekerjaan untuk sementara waktu.
Genta memilih beberapa buku, kegiatan seperti ini cukup menyenangkan untuk Genta. Karena tidak terlalu berisik, dan sangat tenang. Genta suka itu.
Tak lama, handphone nya berdering. Ia segera mengangkatnya. Tertera di sana
"Mama"
Dengan cepat ia menempelkan benda pipih itu ke telinganya.
"Halo ma, ada apa?"
"Kamu bisakan tolong ke supermarket"
"Bisa ma, mau beli apa emangnya?"
"List belanjaannya nanti mama kirim, beneran bisa kan?"
"Iya ma bisa kok"
"Yaudah, makasih ya Genta"
"Iya mama, sama-sama"
Setelah menutup telepon Genta bergegas ke kasir untuk membayar buku yang ia pilih.
Sudah sering seperti ini, ketika Genta diluar mamanya akan meminta tolong untuk berbelanja kebutuhan dapur. Genta tidak masalah untuk hal ini, karena ini juga menjadi salah satu kegiatan favoritnya. Sangat aneh memang.
Setelah membayar, ia segera pergi ke supermarket yang berada di lantai 2. Ia berjalan dengan santai, penampilannya sangat terlihat kontras dengan yang lain. Kemeja putih yang lengannya di gulung sampai siku dan sepatu pentofel yang ia pakai, menambah kesan sugar Daddy dalam diri Genta keluar.
Aura ketampanannya cukup membuat dirinya menjadi pusat perhatian para wanita, menatap dengan kagum pada Genta. Proporsi tubuh yang sempurna, bahu yang lebar dan dada yang bidang. Tidak ada wanita yang tidak ingin bersandar di dada bidang Genta.
Ketika ia sampai di supermarket, dengan cekatan ia melihat list dan mulai memilih belanjaan yang akan ia beli.
Dan lagi, Genta menjadi pusat perhatian di supermarket. Memang ketampanan paripurna 'bak dewa yang turun dari langit—oke ini sedikit berlebihan, namun itu nyata. Benar adanya.
Bahwa Genta memang setampan itu.
.
.
.Oki sudah berada di dalam pesawat. Ia masih tidak menyangka akan pulang, terlebih sebelumnya rencana yang ia buat selalu gagal. Karena Oki harus menyelesaikan project bukunya yang tidak bisa ditunda.
Ia menatap keluar jendela, melihat hamparan laut biru. Membuatnya teringat pada Genta, laki-laki itu suka dengan view seperti ini. Dan lagi, Oki masih harus berpikir bagaimana ia akan datang kepada Genta, bertemu dengan laki-laki itu untuk pertama kalinya setelah perpisahan yang bisa dikatakan kurang menyenangkan.
Setelah menimbang selama seminggu ini, Oki memutuskan untuk tinggal sementara waktu di apartemen yang disewakan oleh teman orangtuanya. Tentunya ia ingin ke rumah lamanya, namun sangat tidak mungkin mengingat Genta masih tinggal di samping rumahnya itu.
Oki juga akan mulai berkuliah S2 di Indonesia, ia tidak ingin menjadi penulis yang terus berada di rumah tanpa kegiatan. Setidaknya tidak buruk untuk meneruskan pendidikan, sambil menulis karya-karya baru.
"Aku kembali Genta".
Hi guys! Akhirnya aku update lagi!! Mungkin setelah ujian nanti aku bakalan rutin up, ya buat ngisi kegiatan aku selama liburan^^.
Dan untuk visualisasi Genta dan OKI bakalan aku keluarkan di chapter selanjutnya, tentunya secara berkala ya!!!
Semua cast pendukung juga bakalan muncul pada saatnya \^0^/.
— Moenlight —

KAMU SEDANG MEMBACA
- Promise
Teen Fiction'Janji harus ditepati', seperti itulah katanya. Bagaimana bisa ketika sebuah rasa bersalah terus menghujam hati, malu untuk bertemu namun juga harus menepati janji. Persahabatan yang lugu, janji yang dulu. Semua seharusnya terlupakan. Namun, bagi...