"Hai.." Kata Aslan tersenyum kepada Rox ketika perlahan dia membuka matanya. Rox pun tersenyum.
"Ini Hari apa Lan?"
"Kamis. Kenapa?" Tanya Aslan. Rox terdiam.
"Eh Berarti aku udah 2 Hari disini?" tanya Rox. Aslan mengangguk.
"Gua gak tau Harus ngehubungin siapa. Jadi ya Selama ini lo Gua yang jagain, Kadang emak Gua, Kadang Adek Gua." Kata Aslan.
"Maaf ya.. " Kata Rox.
"Gapapa udah. Ibu aku kebetulan Dokter disini. Jadi Gak repot, makan tinggal telpon 'Mak Laper..' Ibu gue bawain Makanan kesini kan enak.." Kata Aslan. Rox tertawa kecil.
"El.. Terus ini nanti gue bilang apa ke keluarga lo. Maksudnya gak ada yang nelpon ke hp lu tuh dari kemaren. Aaaa kasian pasti gak dicariin ya???" kata Aslan.
"Gausah ngomong apa apa. Gue aja yang ngomong Kalo ditanya." katta Rox. Sementara Aslan terdiam memperhatikan wajah Elnara yang cantik meskipun pucat.
"El.." kata Aslan. Rox menoleh
"Iya?"
"Lo mau jadi apa?"
"Hmm, apa ya? Kok tiba tiba nanya gitu?"
"Oke jangan lo mau jadi apa deh. Tapi, apa salah satu keinginan terbesar lo di masa depan?" Aslan menatap mata Rox. Sementara Roz terdiam sejenak.
"Gue pengen.. Suatu saat, gue duduk atau berdiri di depan microphone, dimana ribuan atau jutaan penonton nyanyiin lirik lagu gue. Dan gue bilang, itu adalah lagu favorit yang gue bikin dan gue nyanyiin untuk seseorang yang paling besar mendiami ruang hati gue.
Gue juga pengen suatu saat ketika gue udah pensiun kerja, gue bisa nulis suatu buku tentang orang yang sama yang gue jadikan subjek di lagu favorit itu." kata Rox saat matanya sedang membayangkan hal yang dia katakan. Sementara Aslan tersenyum melihat perempuan itu dari pinggir.
"Boleh gue minta sesuatu sama lo El?"
"Apa?"
"Gue mau lo hidup sampe keinginan lo itu terlaksana"
"Ya lan. Umur siapa yang tau?"
"Lo tau maksud gue kemana El. Ayo, gue bimbing lo. Kita sama sama ngehadapin ini ya? Lo harus disiplin El. Gue temenin lo ke lab pertiga bulan, gue temenin lo ke dokter, gue temenin lo ngantre beli obat. Apapun El, gue bersedia nemenin. Gue bersedia membantu kalo lo bersedia gue bantu."
"Lo belom tau aja gue gimana Lan. Lo gakkan kuat ngebimbing gue untuk disiplin."
"Semua datang dari diri sendiri El. Lo harus sadar inilah keadaan lo. Lo harus terima dan ngejalanin ketimbang lo mempertanyakan kenapa harus lo yang sakit kayak gini. Setidaknya dengam keinginan lo itu, lo udah janji bakalan 'hidup' sampe keinginan lo itu terwujud. Gue pengen semua rutinitas yang lo jalanin itu bukan suatu beban buat diri lo sendiri, dan gua bakalan bantu" kata Aslan.
"Terserah Lan. Kita liat aja seberapa kuat lo ngebantu hidup gue yang kayak gini" kata Rox kemudian melihat ke arah lain. Aslan hanya tersenyum sabar.
"Mungkin lo capek, lo istirahat aja.." kata Aslan berdiri. Rox kemudian menoleh,
"Aslan.." kata Rox.
"Ya?" tanya Aslan.
"Lo mau kemana?"
"Ke toilet. Kenapa?"
"Lo pulang?"
"Gak. Gue nginep disini dari kemaren. Tuh liat" kata Aslan. Rox menoleh ke arah sofa di seberang tempat tidurnya yang ditumpuk bantal.
"Seragam lo?"
"Woles gua mah seragam gak dicuci juga. Asal jangan main lumpur." kata Aslan. Rox tertawa, sementara Aslan pergi ke kamar mandi.
"Makasih Lan.." kata Elnara pelan.
"Masama.." kata Aslan berteriak dari dalam kamar mandi. Rox tersenyum.*********
"Gila lu lan ini film apa??" kata Rox menutup mata saat banyak adegan berdarah darah. Aslan hanya tertawa.
"Jangan jangan lu pyshco ya?" tanya Rox. Aslan melempar kuaci kepada El.
"Ishh, ih bilang kalo adegannya udah selesai"
"Udah.." kata Aslan. Rox membuka matanya kembali dan melihat layar laptop Aslan tepat ketika adegan punggung si pemeran utama sobek tergesek pagar.
"Aaaaa!! Aslan jail maneh mah ah" kata Rox kembali menutup mata. Aslan tertawa terbahak bahak. Kemudian tangannya bergerak menutupi mata Rox. Sementara Rox terdiam.
"Udah sekarang mah serius udah" kata Aslan kemudian melepaskan tangannya dari mata Rox.
Rox terdiam melihat Aslan yang sedang fokus pada layar laptopnya sambil mengunyah kuaci. Kemudian mencoba untuk fokus pada isi film.
"Selamat pagi.." seorang dokter masuk ke ruangan Rox. Aslan segera mempause film dan menyembunyikan kresek berisi sampah kuaci.
"Elnara.. Apa kabar? Aduhh udah cantik ini. Udah siap mau pulang ya?" kata Dokter. Sementara itu mahasiswa mahasiswanya mengekor di belakang seperti biasa.
"Udah gak ada yang terpasang ya? Semuanya udah dilepas? Kateter? Infus, Insulin, sama oksigennya? Tapi tunggu hasil lab yang terakhir ya. Kita liat kreatininnya. Besok paling baru bisa pulang ya.."
"Makasih dok.." kata Aslan dan Rox bersamaan.
"Mamah gimana Aslan sehat?"
"Alhamdulilah sehat dok.." kata Aslan.
"Ini ponakannya dokter Reitha." kata dokter itu menujuk Elnara kepada mahasiswa mahasiswanya.
"Yaudah ya, gitu aja. Semangat Elnara.." kata Dokter itu kemudian keluar dari ruangan itu.
"Ponakan?"
"Gue ngaku sebagai kakak sepupu lo. Biar gak dimarahin terus sama tu dokter. Lagian gue juga ga tau kalo harus manggil keluarga lo manggil siapa." kata Aslan kemudian kembali membuka cangkang kuaci.
"Lan makasih ya.." kata Rox.
"Masama. Dah nonton lagi yuk" kata Aslan. Elnara tersenyum dan kembali mengalihkan pandangannya ke arah laptop Aslan.
**********
![](https://img.wattpad.com/cover/223676519-288-k972370.jpg)