gerçek = Fact

26 10 2
                                    

     "Ayo ini mana yang Putri jangan duduk aja di pinggir lapang.  Main juga dong.." Kata Pak Dicki. Siswa Putri kemudian mulai berdiri dan memasuki Lapangan.
     "Yang Putra agak kesana Mainnya. Lapangannya bagi Dua Sama Putri." Kata Pa Dicki.
     Siswa Putra kemudian bergeser ke arah Kiri membagi wilayahnya dengan siswa Putri.
     "Ban pass ban.. " teriak Aslan. Kemudian Bani melempar Bola basket ke arah Aslan, dengan sigap Aslan menangkapnya Dan mulai berlari.
     Bunyi peluit ditiup Oleh Syafiq sebagai wasit. Tim Aslan menang. 
     "Jago euyy.  Gilee.. SMP Dimana lan?" Tanya Alby.
     "Eta dimana.. Haduh Pohoo.." Kata Aslan sambil Menepuk lututnya yang kotor.
     Alby yang sedang minum tak sengaja menyemburkan air di dalam mulutnya.
     "Bisa kitu Ai Maneh?" Kata Alby tertawa. Aslan pun ikut tertawa.
     "Mbar kuyy.. Nungguin yang cewek maen" Kata Bani tiba tiba nimbrung.
     "Teu Mawa hp urang. Aya di kelas" Kata Aslan.
     "Jangan jangan mabar,  kita liatin yang cewek maen aja.  Rame siah.." Kata Alby. Aslan menggeleng sambil tertawa.
     "Parahh..  Tiba bisa dibiarkan anda.. Harus dilanjutkan itu.." Kata Bani. Aslan mendorong kepala Bani pelan sambil tertawa.
     "Pak! Pak!  Ini gimana pak??" teriak Kintha panik.  Semua siswi bergerombol mengelilingi sesuatu.
     Pak Dicki berlari ke arah Siswi siswi itu.
     "Ada apaan sih?" tanya Bani.  Aslan mengangkat bahunya pertanda 'tidak tahu'
     Alby terus memperhatikan kumpulan siswi itu.  Dia menyipitkan matanya.
    "Itu si Elnara pingsan" kata Alby.
    "Hah?" Aslan dengan cepat menyimpan botol minumnya dan berlari ke arah kumpulan siswi itu.
    "Misi misi.. " kata Aslan berusaha masuk ke dalam lingkaran.
     Rox terkapar setengah sadar dengan nafas yang sangat cepat. Lingkaran matanya sangat dalam dan dia terlihat pucat. 
    "Minum.." Kata Rox dengan kesadaran yang mulai turun.  Cindy berdiri dan hendak mengambilkan minum.
    "Jangan.. Jangan diambilin minum. Cindy tolong bawain Tasnya Elnara aja di kelas. Sama kresek Kalo Ada." Kata Aslan.  Cindy kemudian mengangguk.
    "Aslan Kamu tahu sesuatu?  Bapak Gatau ini Kenapa Dan Harus gimana?" Kata Pak Dicki.
    "Nafasnya tersengal Pak,  Dia dehidrasi. Ada yang bisa Bawa Mobil?" Tanya Aslan. 
    "Gua.." kata Leo. 
    "Tolong.." Kata Aslan. Kemudian Leo dengan cepat pergi ke parkiran.
    "Lan bukannya Kalo dehidrasi dia Harusnya dikasih minum ya?" Tanya Hesti.
    "Dia setengah gak sadar. Dan nafasnya tersengal kayak gitu Takutnya air minum masuk ke saluran pernapasan. Diafragmanya lagi Gak stabil. Dia Harus direhidrasi pake infusan." Kata Aslan.
    "Jadi ini mau dibawah ke Rumah sakit?" Kata Pak Dicki.
    "Iya Pak..  Ke IGD. Kasian Kalo lama lama, sesek." Kata Aslan kemudian menyambut Tas Dan kresek yang dibawakan Oleh Cindy.
    "Dia sakit apa Lan?" Tanya Alby.
    "Gua juga Gak tau.  Tapi hal kecilnya yang bisa kita lakuin ya ini." Kata Aslan kemudian mendekati Rox yang sedang bersandar pada Kintha.
     "Kin..  Awas Kin.  Udah Gua aja." Kata Aslan mengambil posisi Kintha. 
     "El? El lo denger gue?" Kata Aslan. Elnara mengangguk.
     "Sekarang apa yang kerasa? Hmm?" tanya Aslan. Namun Rox tampak seperti orang mabuk,  yang tidak sadar Dan perlahan kepalanya melemas Dan bersandar di dada Aslan.
      "El jangan tidur El.. Lo Harus tetep sadar. Elnara? Heyy.. " Kata Aslan.
      "Mual.." Kata Rox pelan.  Aslan kemudian dengan sigap membuka kresek yang dibawakan Cindy.
      "Bersih ini?" Tanya Aslan kepada Cindy. Cindy mengangguk. Aslan menghirup aroma di dalam kresek memastikan tidak Akan membuat Rox tambah Mual.
      "Muntah aja Gapapa.." Kata Aslan Menepuk nepuk punggung Rox. Segera Setelah kresek itu disediakan Rox mulai menumpahkan semuanya.
      "Kalo geleh kalian duduk aja Gapapa disana" Kata Aslan. Namun tidak Ada yang Kunjung beranjak meninggalkan lingkaran itu.
      "Masih mau Muntah?" Tanya Aslan. Rox menggeleng. Aslan kemudian mengelap mulut Rox dengan tisu.
      "Bersandar dulu ya kita nunggu Leo" Kata Aslan menyandarkan kepala Rox pada bahunya.
      Tak lama kemudian Leo datang dengan membawa mobilnya.
      "Yang cewek Boleh tolongin gue?" Kata Aslan. Beberapa siswi kelas kemudian membantu Aslan membuka pintu Mobil,  mengangkat tubuh Elnara, Dan membawakan tasnya.
      "Bapak nanti nyusul ke Rumah Sakit, Bapak urusin kalian berdua dispen." Kata Pa Dicki kepada Aslan Dan Leo.
       Mereka kemudian pergi ke Rumah sakit.

*************
       "Lo Kalo mau Balik Gapapa.." Kata Aslan.
       "Serius lo Gapapa?" tanya Leo.
       "Gapapa,  nyokap Gua Dokter disini tenang aja." Kata Aslan.
       "Oo Pantesan. Yaudah Gua Balik ya? Maaf gak nemenin sampe akhir." Kata Leo. Aslan mengangguk, Dia melihat ke arah jam dinding, menunjukkan pukul 8 malam.
       Setibanya di IGD,  Elnara segera ditindak. Diambil darah perjam,  diinfus di kedua tangan, Dan dipasang  kateter.
       Aslan mengantarkan sample Hasil darah ke lab.
      "Selamat malam.." seorang Dokter memasuki sekat di IGD tempat Elnara terbaring. Aslan yang sedang terduduk kemudian berdiri.
      Sekumpulan mahasiswa kedokteran mengakir di belakang Dokter senior itu.
      "Elnara Aduuh,  ini Kenapa lagi ni anak? Dia udah lama gak kontrol Berarti.  Udah 7 bulan gak kontrol gimana ini? Hasil lab nya juga jelek,  pasti obatnya gak dimakan" Kata Dokter itu. Aslan hanya terdiam.
      "Ini siapanya ini?" Kata Dokter itu.
      "Saya Kakaknya dok" Kata Aslan berbohong.
      "Tolong adiknya ini lebih disiplin lagi ya? Gak Boleh kayak gini." Kata Dokter itu.
      "Baik dok.." Kata Aslan.

*******

     

He Used To Be Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang