🍃6

3.3K 263 3
                                    

Segera aku mengambil biodatanya dan ku letakan di map lain berwarna hijau.

"Bismillah, ku pilih kamu untuk menjadi suamiku."

Pov Atun off.

****

Pov Author.

Pagi yang sangat cerah dengan angin berhembus pelan. Hari ini berbeda dengan hari biasanya. Seluruh santri sibuk mempersiapkan acara wisuda alfiyah yang akan di laksanakan esok hari. Tidak hanya santri yang sibuk, keluarga ndalem juga sibuk mempersiapkan jamuan untuk para tamu esok hari.

"Udah kamu duduk aja, Nduk. Wong lagi hamil besar juga kok jalan kesana kesini," ucap Gus Fuad kepada Ning Dina.

"La masa yang lain sibuk, aku cuman diem aja, Mas," balas Ning Dina.

"Udah, nurut aja kalo Mas perintah," ucap Gus Fuad kemudian memberikan kursi untuk Ning Dina.

Ning Dina duduk sambil mengusap lembut perutnya yang kini telah berisi jabang bayi. Sementara itu, dia melihat keluarganya sibuk mempersiapkan ini dan itu.

Matahari mulai meninggi, seluruh santri bersiap-siap untuk salat dzuhur berjamaah.

Setelah semua sudah siap, kini saatnya untuk istirahat terlebih lagi untuk keluarga ndalem yang lebih sibuk mengurus keperluan wisuda. Ketika seluruh santri beristirahat, Atun berjalan menuju ndalem karena di panggil oleh Bu Nyai. Tidak lupa dia membawa map pemberian Bu Nyai tempo hari lalu.

Di ndalem sudah ada Gus Fuad, Gus Faid, Gus Lana, Ning Dina serta Umi dan Abi. Atun duduk di samping Bu Nyai dan mulai memberikan map tersebut. Bu Nyai membukanya, kemudian membaca biodata siapa yang telah di pilih oleh Atun.

"Alhamdulillah. Nanti acara khitbah satu hari setelah alfiyah nggih, Nduk," ucap Bu Nyai dengan senyum serta wajah teduhnya.

"Nggih, Nyai. Kalo gitu saya pamit ke asrama dulu," pamit Atun kemudian pergi menuju asrama.

Sementara itu, kedua Gus kembar penasaran dengan isi map dan siapa yang telah di pilih. Sebab antara Umi dan Atun tidak menyebutkan nama orang tersebut. Gus kembar menatap ke arah sang Umi. Umi yang mengetahui hal it segera tersenyum dan berkata, "Bukan jodoh kalian, Le."

Bagai badai di siang hari. Tapi apa boleh buat, dia memilih pendamping hidup yang menurutnya pantas untuknya. Gus kembar saling bertatap dan melempar senyum, setelah itu larut dalam pikiran masing-masing. Dalam pikiran mereka, ada sebaris pertanyaan tentang siapa yang telah mengalahkan dia dalam memikat hati Atun si Mbak ndalem.

Setelah siang itu, Gus kembar selalu menghindar jika tanpa sengaja bertemu dengan Atun. Mereka mencoba untuk membuang jauh-jauh rasa yang pernah singgah, tetapi bertepuk sebelah tangan.

Malam hari terasa lama. Gus Fuad ingin malam terus terjadi dan tidak ada hari esok dan esoknya lagi. Sementara Gus Faid ingin jam segera berputar cepat hingga dia tidak perlu melihat orang yang pernah singgah di hati di khitbah dengan pangeran lain.

"Allah tidak akan menguji melebihi kemampuan hamba-Nya."

Acara wisuda berjalan lancar. Sementara para senior melaksanakan wisuda alfiyah, Gus Azam dan Ning Azhra melakukan syukuran atas gelar hafidz dan hafidzahnya.

"Barakallah, Nduk, Le." Itulah yang di ucapkan keluarga ndalem untuk Gus Azam dan Ning Azhra.

Mereka semua bersuka cita atas gelar hafidz dan hafidzah. Ada kebahagian di dalam keluarga ndalem yang sebelumnya bersedih karena Gus kembar. Mereka bercanda tawa, terkecuali Gus kembar yang lebih banyak diam dan fokus membaca kitab.

Gus Fuad dan Gus Faid membaca kitab bukan karena hendak mengajar. Melainkan untuk menghilangkan jejak sosok wanita yang pernah singgah di dalam hatinya.

Kisah Cinta si Gus KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang