#4 - Pembunuh

13 4 0
                                    

VoMent nya jan pelit pelit awww

🌻

Nuka menggrutu kesal, bisa bisanya tadi pagi dia lupa membawa hp nya. Sekarang dirinya hanya bisa menatap jalanan yang  mulai sepi, langit yang mulai gelap. Nuka masih setia berdiri didepan gerbang sekolah, tidak ada yang menjemput atau mencari nya sama sekali. Mungkin Bunda nya mengira Nuka ada kerja kelompok.

Ingin pulang jalan kaki, namun rumah Nuka sangat jauh, tapi mau sampai kapan menunggu didepan gerbang sekolah, mana SMA Negara punya banyak mitos mitos hantu tak kasat mata. Membayangkannya saja Nuka tidak mau.

Akhirnya dengan berat hati, Nuka memilih pulang jalan kaki, menelusuri jalanan yang sepi karna sekolahnya memang masuk lorong, dan sangat sepi bila malam tiba. Kaki nya senantiasa menendang nendang batuan kecil, biasa disebut kerikil.

Sebuah lampu kini menerangi jalannya — bukan, itu bukan lampu jalan, melainkan lampu motor yang ada dibelakang nya. Jantung Nuka tak karuan sekarang, bagaimana kalau orang yang dibelakangnya ini seorang penculik???!

"Nuka" suara berat itu mengisi pendengaran Nuka. Nuka tidak mau menoleh ke belakang, bisa saja orang itu membaca gantungan kunci tas Nuka, yang memang tertulis nama nya NUKA. Itu pasti bukan temannya.

Motor itupun menyamai posisinya dengan Nuka, gadis itu semakin takut. Kepalanya semakin nunduk kebawah, tangan Nuka benar benar gemetaran sekarang.

"Nuka ini gua, Jaya" ucap Jaya. "Lo Nuka kan?" Jaya mematikan motornya, lalu mengejar Nuka yang malah berlari — bodoh Jaya, bukannya mengejar menggunakan motor, malah ikut berlari.

"Nuka, gua Jaya" Jaya menarik tangan Nuka. Tubuh Nuka seakan melayang karna Nuka tidak punya energi sepersenpun sekarang, sedangkan tenaga Jaya yang cukup kuat berhasil membuat Nuka didalam pelukannya sekarang.

Jaya mendengar suara isakan itu, tidak mungkin suara kuntilanak yang tiba tiba datang dan mengganggu Jaya dan Nuka. Suara itu berasal dari mulut Nuka, ternyata gadis malang ini menangis.

"Nuka lo gpp?" Tanya Jaya dengan nada lembutnya.

Jaya memang pahlawannya sekarang, sifat cengeng Nuka tiba tiba datang disaat yang tidak pas —seharusnya Nuka tidak menangis didepan Jaya, malu.

Nuka hanya menjawab Jaya dengan gelengan. Karna rasa takut yang semakin besar, tangan Nuka melingkar dipinggang Jaya. Ya, gadis itu memeluk Jaya. Nuka butuh ketenangan sekarang.

Angin berhembus begitu kencang malam ini, menambah suasana dingin dijalan. Nuka memeluk badannya sendiri erat erat, mana mungkin ia memeluk Jaya. Sudah cukup malu tadi ia kelepasan dan memeluk Jaya.

"Nuka, lo kok bisa sendirian tadi, temen temen lo mana" tanya Jaya. Nuka dapat melihat Jaya meliriknya lewat kaca. Kejadian ini benar benar menarik Nuka ke masa lalu, saat mereka masih mesem mesemnya dulu.

"Gua tadi ketiduran di Perpus" jawab Nuka. Jaya hanya tersenyum, tapi senyumnya terhalang helm fullfacenya. Tidak apa apa, Jaya juga tidak mau senyum depan Nuka, ego nya tinggi.

"Emang lo ga bawa hp?" Tanya Jaya lagi. Ini bukan Jaya yang Nuka kenal setelah seakan bermusuhan beberapa hari lalu, Jaya kembali hangat. Tapi jangan Nuka, mungkin ini kelakuannya hanya sementara, saat kumat saja.

"Gua lupa bawa hp, dan ongkos gua habis" jelas Nuka.

Motor yang dibawa Jaya pun sangat pelan, Nuka teringat kalimat yang diucapkan Jaya dulu.

"Kalo gua lagi bahagia, atau lagi seneng, gua bakalan pelaaannn banget naik motor sama orang yang bikin gua seneng"

"Kenapa?" Tanya Nuka saat keduanya diatas motor pada saat itu.

DANUJA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang