🌸 ハンニエル [Hanniel] 🌸

608 181 24
                                    

⏳ Day 7 ⏳

👼🏻
.


[Hari Berikutnya]

"Kak, mau makan apa? Biar aku yang masakin hehe." berjalan ke arah dapur.

"Apa aja deh, sebisa kamu. Asal jangan makanan gosong aja." ucap Hanniel meledek.

"Ih jahatt!" menyubit tangan Hanniel.

"Ngga kok, becanda. Mau gosong juga tetep aku makan kalo yang masak pacar sendiri mah." mengusap kepala Reiko.

"Yeay asikk, aku gosongin aja kalo gitu."

"Yaaa janganlah say." ucap Hanniel.

"Oh iya kak, boleh nanya sesuatu?" tanya Reiko memecah keheningan.

"Iyaa, kenapa Rei? Tanya aja."

"Udah inget belom apa penyebab kakak jadi arwah kaya gini?"

"Hmm belom, aku masih ga bisa inget apa-apa Rei. Emang kenapa?"

"Tapi kakak inget kan rumah kakak dimana?"

"Kalo tentang rumah, keluarga & kehidupan aku selama ini, aku inget. Aku cuma ga inget kenapa aku bisa jadi arwah gentayangan kaya gini. Aku juga masih ga bisa inget sebenernya sekarang masih hidup atau ngga." ucapnya menunduk sedih.

"Kakak kasih alamat rumah kakak yaa. Nanti aku yang cari tau. Okey? Jangan sedih kak."

"Ga usah Rei. Yang ada aku malah nyusahin kamu."

"Gapapa kok. Aku juga mau tau sebenernya apa yang terjadi sama kak Hanniel." menatap dengan penuh keyakinan.

"Kamu mau pergi sama siapa Rei?"

"Hmm, sama Pak David mungkin."

°-°-°-°-°-°-°

[Di sekolah musik]

Awalnya Reiko ragu untuk menceritakan semuanya ke Pak David. Ia takut Pak David tidak akan mempercayainya dan menganggapnya seperti orang gila.

Tetapi setelah ia jelaskan pelan-pelan, akhirnya Pak David percaya dan bersedia mengantarkannya ke rumah orang tua Hanniel untuk menelusuri apa yang sebenarnya terjadi.

°-°-°-°-°-°-°

[Di rumah Hanniel]

Setelah sampai di depan sebuah rumah yang sesuai dengan alamat yang diberikan oleh Hanniel, mereka pun turun dari mobil.

Rumah besar dengan pekarangan yang cukup luas adalah rumah Hanniel.

Pak David membunyikan bel yang ada di pinggir pintu pagar. Tak lama keluar seorang wanita paruh baya yang terlihat seperti pekerja rumah tangga di rumah itu.

Ibu itu membukakan pintu gerbang. "Maaf, ada keperluan apa ya pak?"

"Maaf bu. Saya ingin bertanya, apa benar ini rumah orang tua Hanniel?" tanya Pak David memastikan.

"Iya, benar pak. Silahkan masuk pak. Kebetulan orang tua Hanniel sedang ada di rumah." melebarkan pintu gerbang dan mempersilahkan masuk.

"Iya bu, terimakasih."

Pak David dan Reiko melewati pekarangan rumah yang cukup luas dan akhirnya tiba di pintu masuk rumahnya. Mereka dipersilahkan masuk dan duduk, sedangkan ibu yang membukakan pintu tadi berjalan masuk ke dalam rumah untuk memberitahu sang pemilik rumah.

Setelah menunggu beberapa menit, datanglah seorang laki-laki dan perempuan yang kemungkinan besar adalah orangtua Hanniel.

Pak David bangkit berdiri dan bersalaman dengan mereka. Tetapi ketika Reiko mengulurkan tangan dan ingin bersalaman, orang tua Hanniel mengabaikannya dan menganggapnya seperti tidak ada.

Kemudian Pak David mulai bertanya mengenai Hanniel. Orang tuanya menceritakan segala kenangan tentang putra bungsunya itu.

°-°-°-°-°-°-°

Satu tahun yang lalu Hanniel menghembuskan nafas terakhir setelah selama 3 tahun berjuang melawan penyakitnya. Ia menderita penyakit langka ldiopathic Pulmonary Fibrosis (IPF) atau yang biasa disebut fibrosis paru.

Fibrosis paru merupakan suatu penyakit mematikan yang menyerang paru-paru dan dapat menyebabkan kerusakan, gangguan atau luka pada jaringan paru. Keadaan tersebut akan membuat si penderita menjadi sulit bernapas sehingga menyebabkan tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup.

Sedangkan bila kita tidak mendapatkan oksigen yang cukup (walaupun hanya dalam beberapa menit), kondisi tersebut dapat berlanjut menjadi hipoksia dan merusak organ-organ di dalam tubuh, seperti jantung, otak, ginjal, dan organ penting lainnya juga dapat rusak dan tidak berfungsi dengan baik.

Kerusakan paru-paru yang disebabkan oleh fibrosis paru tidak dapat diperbaiki. Obat-obatan dan terapi, hanya dapat membantu meringankan gejala yang timbul dan meningkatkan kualitas hidupnya saja.

Kehilangan orang yang disayangi memang berat, tetapi orang tua Hanniel yakin bahwa mengikhlaskan kepergiannya adalah jalan yang terbaik. Bagi mereka Hanniel adalah anak yang kuat karena ia mampu melawan penyakitnya selama 3 tahun.

°-°-°-°-°-°-°

Setelah mengetahui kenyataan pahit mengenai Hanniel, mereka pun pamit untuk pulang. Sebelum pulang mereka sempat mengunjungi makam Hanniel.

Saat sampai di pemakaman, Reiko berjalan melewati jalan setapak yang tersedia di pemakaman. Ia memperhatikan satu persatu batu nisan yang ada di sana.

Kemudian tiba-tiba langkah kakinya terhenti di depan sebuah batu nisan yang terukir nama "Hanniel Archie", seketika Reiko jatuh berlutut.

Ia menumpahkan semua air mata dan juga perasaan sedih yang ia rasakan. Selama ini ia selalu berharap bahwa Hanniel masih hidup dan saat ini sedang berada dalam kondisi koma. Ia tidak menyangka bahwa kenyataannya akan sesakit ini.

°-°-°-°-°-°-°

[Diperjalanan pulang]

Pak David mengusap kepala Reiko "Udah Rei jangan nangis lagi."

"Iya pak. Saya cuma kepikiran gimana cara jelasin ke Hanniel. Pasti dia sedih kalo tau kenyataannya. Saya ga tega pak." jawab Reiko sambil menghapus air matanya.

"Tapi sepahit apapun itu, dia harus tau kenyataannya. Nanti bapak coba bantu jelasin." ucap Pak David menenangkannya.

"Iya pak, makasih banyak atas semua bantuannya."

"Iya sama-sama, santai aja. Kamu udah bapak anggap kaya anak bapak sendiri Rei."

"Iya pak, bapak juga sudah saya anggap seperti orang tua saya sendiri."

"Baguslah, bapak senang dengarnya. Oh iya Rei, nanti ada yang mau bapak jelasin ke kamu."

"Ada apa pak? Kenapa ga sekarang?" tanyanya bingung.

"Gapapa, nanti aja kalo udah sampe di rumah."

"Baik pak."

°-°-°-°-°-°-°

Kuy lanjut ke part selanjutnya ⬇️

Ai no KisekiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang