🌸 ピアノ [Piano] 🌸

646 188 32
                                    

⏳ Day 4 ⏳

🎹
.

[Keesokan paginya]

"Pagi kak Hanniel. Kak, hari ini aku ada kelas musik, jadi ga langsung pulang ya." ucap Reiko yang baru saja keluar dari kamar.

"Okey, semangat yaa Rei."

"Iya kak, makasih."

"Oh iya Rei, kalo ga salah bulan depan kamu ada kompetisi musik kan? Kalo lagi ada waktu senggang, latihan juga di rumah, nanti aku bantu." ucap Hanniel yang sedang menyiapkan sarapan dan bekal untuk Reiko.

"Loh, emang kakak bisa?" Reiko menaikkan alisnya.

"Bisa dong, aku kan multitalen hahaha."

"Masa sih?" Reiko masih tidak percaya.

"Hmm ga percaya? Yaudah liat aja nanti. Nih, sarapan sama bekelnya." memberikan sepiring nasi goreng dan sekotak tempat bekal.

"Waw mantap, selamat makan." ucap Reiko semangat.

"Selamat makan." balas Hanniel.

°-°-°-°-°-°-°

Setelah Reiko sudah berangkat sekolah, di rumah Hanniel membersihkan peralatan memasak yang tadi ia gunakan untuk memasak nasi goreng.

Kemudian ia duduk termenung melihat langit-langit yang dihiasi lampu gantung yang besar. Ia berusaha mengingat apa yang sebenarnya terjadi.

"Apa alasan aku ada di rumah ini? Kalau memang aku sudah meninggal, bukankah seharusnya aku tidak berada disini? Tetapi kalau ternyata aku masih hidup, sampai kapan akan seperti ini?" gumamnya dalam hati.

Hanniel ragu kalau dirinya sudah meninggal. Ia tidak merasa seperti hantu pada umumnya. Selain tidak bisa keluar dari rumah, ia juga tidak bisa menembus dinding atau pintu yang ada di dalam rumah itu.

Tanpa sadar ia tertidur dalam lamunannya. Ia merasa sangat nyaman dan lama-kelamaan ia dibuai untuk memasuki alam mimpi. Di dalam mimpinya ia bisa merasakan bebasnya bergerak, berjalan dan pergi kemana pun ia mau.

Ia terus merasakan kebebasan di dalam mimpinya sampai akhirnya ia melihat ada sesosok bayangan yang menyilaukan datang mendakitinya. Ia tidak dapat melihat wajah dari pemilik bayangan itu. Tetapi ia dapat mendengar dengan jelas bahwa bayangan itu mengatakan "Waktumu tinggal 4 hari".

Tak lama kemudian ia terbangun dari tidurnya. Ia dapat mengingat dengan jelas apa yang dikatakan sesosok bayangan itu.

"Waktuku tinggal 4 hari?" gumamnya pelan.

°-°-°-°-°-°-°

[Di kelas musik]

"Reiko, ini udah jam 6 malem. Kamu ga pulang?" tanya Pak David, guru musik Reiko yang sedang berjalan menghampirinya.

"Wah iya udah jam segini. Yaudah kalau begitu saya pulang pak." ucap Reiko mengehentikan permaianan pianonya.

"Reiko, bapak boleh bicara sebentar?" cegah guru musik itu.

"Iya boleh pak, silahkan."

"Hmm Reiko... Bagaimana jika mulai sekarang kamu berhenti bermain piano?" ucapnya dengan wajah sedih.

"Berhenti? Maksudnya bagaimana ya pak? Maaf saya tidak mengerti pak." tanya Reiko sambil mengerutkan keningnya.

"Maaf Reiko, untuk saat ini saya tidak bisa menjelaskan alasannya. Saya hanya bisa mengatakan bahwa waktumu sudah tidak lama." meskipun ragu, guru musik itu terus menjelaskan.

"Maaf pak, maksudnya waktu apa ya? Bukannya waktu buat kompetisi musik masih ada sekitar 1 bulan lagi ya pak?" tanyanya dengan wajah yang masih bingung.

"Ah sudahlah, lupakan. Bapak hanya becanda haha. Mari kita pulang Reiko." ucap guru musik itu yang berusaha menetralkan suasana.

"Hmm iyaa pak, saya pulang dulu ya pak." pamit Reiko yang berjalan keluar gedung itu.

°-°-°-°-°-°-°

Disepanjang perjalanan pulang Reiko terus memikirkan perkataan Pak David. Walaupun Pak David mengatakan bahwa itu hanya becanda, tetapi ia yakin kalau yang dikatakan guru musiknya itu adalah hal yang serius.

Pak David adalah guru musik yang mengajari Reiko bermain piano sejak kecil. Ia selalu sabar mengajari Reiko dari yang tidak pandai bermain piano sampai hebat seperti sekarang.

Reiko tidak mengerti mengapa pak David tega menyuruhnya berhenti bermain piano. Padahal Pak David juga tau jika piano sudah menjadi bagian dari diri .

°-°-°-°-°-°-°

[Di rumah]

Sejak pulang Reiko langsung masuk ke kamar dan belum keluar sampai sekarang.

"Reiko, kamu kenapa? Katanya mau liat aku main piano?" mengetuk pintu kamar Reiko.

"Gapapa kok kak." jawab Reiko dari dalam kamar.

"Kalo kamu ada masalah, kamu bisa cerita sama aku Rei. Yuk sini keluar."

Tak lama Reiko keluar dari kamar dengan wajah sedih. Ia hanya berjalan menuju pianonya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Hanniel yang sedari tadi menunggu di depan kamar Reiko hanya bisa mengikuti dari belakang.

"Kak Hanniel, tolong mainkan beberapa lagu untukku." menarik tangan Hanniel untuk duduk di sampingnya.

Hanniel duduk sambil terus memandang Reiko. Ada raut sedih di wajah cantik Reiko yang membuat dirinya menjadi tidak tenang. Ia hanya berharap Reiko akan kembali ceria setelah mendengar permainan pianonya.

Ia mulai menyentuh lembut tuts piano dan memainkan beberapa lagu yang dapat menenangkan hati Reiko.

Reiko hanya diam mendengarkan alunan piano yang dimainkan Hanniel. Tanpa sadar airmata mengalir membasahi pipinya.

Hanniel menghapus air mata Reiko dengan jari tangannya, kemudian ia memeluknya erat dan mengusap rambut kepalanya dengan lembut.

Setelah merasa cukup baik, Reiko mulai angkat bicara dan menceritakan perkataan yang diucapkan Pak David kepadanya.

Hanniel mendengarkan dengan setia segala kesedihan yang dirasakan Reiko. Ia tidak sedikitpun melepaskan pelukannya. Begitu pula dengan Reiko yang merasakan kenyamanan berada dipelukan Hanniel.

°-°-°-°-°-°-°

Kuy lanjut ke part selanjutnya ⬇️

Ai no KisekiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang