3. Dery Berry Dery Berry Dery Berry [rev]

164 17 21
                                    

"Karena nama kalian mirip, gue kasih kalian satu tim di panitia sponsor bareng Kak Dejun," ucap Kak Jefri tiga hari yang lalu.


***

Lovely Pearl Bear Cafe, 10:44 AM

Menu yang gue pesen kali ini; Korean Garlic Bread, Creamy Mushroom Soup, dan Coffe Milk Bath. Kombinasi sempurna untuk brunch.

Roti gurih yang permukaannya retak; merekah dan masih meliukkan asap tipis-tipis dipasangkan dengan saus jamur yang creamy. Adapun, kopi krim vanila yang ditata cantik di dalam mug putih dengan karikatur beruang berwarna cokelat tengah tersenyum hangat.

Tak hanya menunya, tata letak kafe ini juga memanjakan pengunjungnya, didesain mininalis dengan ungu pastel sebagai warna dominasi. Sebuah etalase besar diisi sampel menu pastry dengan warna-warna arbei, lampu kuning redup-redup menggantung di langit-langit gelap, meja kursi putih ditata kecil-kecil, beberapa tanaman hijau berdiri di atas lantai berwarna semen.

"Kalian suka sama menunya?"

Gue, Hendery, dan Kak Dejun serempak mengangguk. Di pojok, gue duduk di samping Hendery, Kak Dejun di depan gue, dan Kak Seulgi—pemilik kafe— duduk di samping Kak Dejun, saling menikmati makanan yang rasanya mantap jiwa di depan masing-masing.

Gue menyodorkan peta lapangan HUT SMA, supaya Kak Seulgi bisa memilih sendiri di mana stand-nya akan didirikan.

"Di kalangan anak SMA kami, kafe kakak itu cukup terkenal. Kami harap dengan adanya kerja sama pihak SMA kami juga kafe kakak bisa menjalin hubungan yang bagus."

Kak Seulgi mengangguk-ngangguk dan memilah dengan teliti denah stand.

Alunan musik yang lamban juga menjaga pengunjung supaya santai dan tak terburu-buru memakan menu pesanannya. Kami berempat tertawa sesekali karena Kak Dejun dan Hendery berkali-kali melempar candaan.

Kak Seulgi cantik banget btw, apalagi pas ketawa. Kak Dejun yang tadinya PD bukan main langsung kicep pas liat Kak Seulgi ketawa.

"Cakep bener, dah?" celetuknya, dengan mata berbinar juga bibir menganga.

Niat ingin mengajukan proposal sponsor sedikit terjeda dengan kagetnya Kak Seulgi dan malu-malunya Kak Dejun. Untung saja Hendery si raja ice breaker bisa dengan cepat mencairkan suasana dengan candaannya, sehingga kita semua terutama gue yang sejak awal mati kutu bisa sedikit bernapas lega.

"Maksudnya, ini kafe interiornya cakep bener astaga, apalagi lampunya ya ampun... pen ambil satu rasanya," Hendery mendongak sambil menunjuk-nunjuk belasan bohlam kuning redup di atas.

"Buwong apa tuh, men?" Hendery menyenggol lengan gue.

"O-owh, buwong puyuh," lanjut gue gagap karena kaget.

Apa sih?

Walau jayus, untung Kak Seulgi ketawa melihat tingkah gue sama Hendery. Begitupun Kak Dejun yang ikut ketawa jayus.

"Eum, kalo begini kayaknya kakak harus sedikit diskusi dulu sama yang lain," ucap Kak Seulgi. "Ayo, ikut kakak sebentar,"

Kak Seulgi bangkit dan berjalan ke suatu ruangan. Gue ikut berdiri.

"Ssstt..." Kak Dejun menahan gue dengan menyuruh untuk duduk kembali. "Biar gue aja, lo habisin makanan lo yang belum abis," dengan menyeruput minuman sampai habis, Kak Dejun lari kecil-kecil sembari membersihkan area bibir dengan tangan.

INTJ And Life | Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang