14. Seolah, Ada Pelangi di Langit Senja

87 11 34
                                    

.
.
.

Apabila cinta memanggilmu, ikutilah dia. Walau terjal berliku-liku jalannya. Dan apabila sayapnya merangkummu, pasrahlah, serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu. Dan jika dia bicara kepadamu, percayalah, walau ucapannya membuyarkan mimpimu, bagai angin utara melantakkan taman kota.

Sebab sebagaimana cinta memahkotaimu, demikian pula dia menyalibmu. Demi pertumbuhanmu, begitu pula demi pemangkasanmu...

Kahlil Gibran, The Propeth.[]

.
.
.

Bila cinta telah datang, menyerahlah, jangan melawan cinta. Begitu katanya. Isi sebuah buku usang berwarna kuning pucat karya filsuf ternama asal Lebanon, Kahlil Gibran.

Katanya, cinta adalah anugerah paling indah dari Tuhan untuk umatnya. Lebih dari segalanya. Sebab, cinta merupakan kekuatan bagi orang lemah, tapi cinta juga menjadi kelemahan bagi orang kuat. Begitulah. Jadi bila cinta sudah datang, biarlah, jangan ditolak.

Karena itu anugerah dari Tuhan yang akan diterima manusia jika sudah tepat masanya. Dan bisa jadi, sekarang waktunya buat gue menerima anugerah itu.

Tuhan, memang Maha Pengasih. Tuhan mengirimkan anugerah perasaan kasih ini lewat orang yang nggak bisa disangka-sangka sebelumnya. Gue pikir, gue bakal jatuh cinta sama seorang cowok yang berasal dari kota lain yang jauh banget, seseorang yang kelabu latar belakangnya, seseorang yang misterius, seseorang yang akan mengenalkan banyak hal baru. Seseorang yang seperti ada dibayangan gue selama ini.

Tapi nyatanya nggak begitu. Anugerah itu datang lewat seseorang yang sering gue liat. Seseorang yang gue hapal betul baik-buruknya, seseorang yang suka banget noyor kepala gue, seseorang yang punya banyak kesamaan sama gue, seseorang yang sayangnya satu-satunya best friend yang gue punya.

Gue nggak bakal banyak nanya kenapa dari banyaknya manusia, kenapa harus Mark yang gue suka. Mungkin Tuhan eneg karena gue males keluar rumah, makanya Tuhan milih Mark menjadi kelinci percobaannya. Menjadi perantara anugerah itu. Begitu mungkin.


Hubungan gue sama Mark jadi nggak semurni dulu. Yang tadinya biasa saja, lama kelamaan berubah jadi perasaan yang berkelok juga susah banget buat ditempuh.

Gue bingung. Ada perasaan yang mendorong gue supaya mencari sesuatu yang gue sendiri nggak tau apa yang harus dicari di diri Mark. Seolah, ada obat mujarab penawar rasa rindu di dalam diri Mark. Tapi satu sisi, gue juga sadar, persahabatan gue jadi kotor gara-gara ada bunga harapan yang makin subur setiap deket sama dia.

Kadang, gue sampe nggak sanggup buat sekadar menatap dia. Dan akhirnya, gue jadi banyak diem bahkan memilih menghindar dari dia. Gue yang masih lugu, selalu serba salah kalo mikirin itu.

Tapi kayaknya dia langsung ngeh kalo beberapa kebiasaan gue berubah drastis. Perlu gue tekankan kalo Mark itu tipe orang yang sangat sensitif buat merasakan suatu perubahan. Apalagi dia juga tipe orang yang sangat menjaga keharmonisan hubungan dengan orang lain.

Sadar kalo gue menjauh, dia langsung atur strategi dengan mencegat gue di depan kelas setelah jam pelajaran berakhir.

"Gue ikut ke perpus ya?" kata dia tanpa ba-bi-bu.

Gue menggeleng pelan lalu terpaksa senyum, "Gue mau baca buku dulu. Kalo lo mau pulang, duluan aja. Soalnya gue bakal lama di perpus."

Tapi Mark tetap Mark, kalo dia sudah niat dengan tekadnya dia nggak bakal nyerah begitu aja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INTJ And Life | Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang