"but I still don't know where to start, still finding my way.
still talk about you like it was yesterday."
- long gone and moved on, the script.◾◾◾
gue ngga tahan, asli, liat kiana sedih kaya gitu di depan gue. anjing rasanya pengen ngetawain diri sendiri aja gue. gue benci banget liat dia sedih tapi selama ini yang gue lakuin cuma bikin dia sedih doang.
emang tolol gue.
gue memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan, membawa mood percakapan ini jadi agak sedikit cerah. "tadi waktu di parkiran gue liat sekarang lo udah bisa buka cetekan helm sendiri ya?"
"iya," kiana tersenyum, walaupun agak sedikit dipaksakan. "ngga enak kalo minta tolong orang mulu."
kaitan di helm milik kiana emang agak susah dilepaskan oleh orang yang memakainya. alhasil, apabila ingin melepas helm itu, mau tidak mau harus meminta bantuan orang lain.
ngomongin kisah tentang kiana dan kaitan helmnya bikin gue jadi inget kejadian lucu yang bahkan sampai tua bakal gue inget.
waktu itu pertama kalinya gue keluar sama kiana buat makan di salah satu rumah makan deket kampus. kita kesana boncengan naik motor kiana, karena kebetulan waktu itu gue lagi ngga bawa motor ke kampus.
pas sampe sana, gue dengan pedenya masuk duluan karena kiana ngomong kalo dia mau ngambil barang di jok dulu. kalo ngga salah inget waktu itu gue nunggu kiana cukup lama, sampai akhirnya gue mutusin buat keluar nyusulin dia.
di parkiran motor, kiana berdiri di antara motor-motor itu sambil mencoba untuk membuka kaitan di helmnya sambil sesekali memaki. di sebelahnya, tukang parkir restoran ini yang jadi tidak bisa mengerjakan perkerjaannya karena posisi kiana yang berdiri di tengah-tengah dan tergolong nanggung menatap cewek itu dengan pandangan heran, ingin menegur tapi sungkan. ditambah lagi, dua orang pengunjung restoran ini yang baru saja sampai memandang kiana dengan pandangan yang sama herannya.
asli, kalo kalian lihat langsung gimana situasinya, kalian bakal tau alasan gue tertawa terpingkal-pingkal saat itu juga. iya, gue ketawa yang akhirnya baru dapat berhenti setelah sebuah tabokan dari kiana mendarat di lengan kanan gue.
dan semenjak saat itu, ketika gue pergi keluar dengan kiana, menunggu kiana mencoba membuka kaitan helmnya adalah hal yang wajib gue lakukan setelah sampai di tempat tujuan.
iya, kalian ngga salah baca. gue bakal nunggu dulu.
tuh ampe gue bold sama underline.
gue nunggu karena biasanya kiana selalu kekeh bilang kalo dia bisa dan mau nyoba dulu. baru ketika cewek itu akhirnya menyerah dan meminta bantuan gue, gue baru nyopotin kaitan di helmnya.
iya, kiana dan gengsinya yang semata-mata hanya karena tidak ingin dianggap sebagai cewek yang manja.
"lagian gue juga udah ganti helm, cal," tambah kiana saat diliatnya gue ngga merespon perkataannya yang sebelumnya.
"lah iya? gue malah ngga nyadar," jawab gue jujur karena emang gue ngga terlalu merhatiin helm yang dia pakai berhubung parkiran restoran ini cukup gelap. "eh, tapi helm lo yang dulu kan masih bagus na, yang bermasalah cuman cetekannya doang."
"pengen aja," balas kiana sambil nyengir. kayanya moodnya ni anak udah balik. "ngga ding, boong."
"dih?"
"kalo ngeliat helm gue yang dulu rasanya jadi keinget lo terus, cal. jadi yaudah deh, gue ganti."
gue menelan ludah, merasa tidak enak dengan kiana. "maaf ya na."
kiana tergelak mendengar ucapan gue itu. dia ngga nyangka kali ya gue bakal minta maaf?
ngga tau aja lo, na, berapa kata maaf yang udah bakal gue ucapin malam ini.
"udah gue maafin dari jauh-jauh hari, cal," balas kiana masih dengan sisa-sisa tawanya. "kalo gue belum maafin lo, mana mungkin gue mau lo ajakin ke restoran kaya gini?"
gue menahan senyum yang hampir terbit di bibir gue. "ngga enak ya makanannya?" tanya gue sambil menunjuk ke arah nasi goreng milik kiana menggunakan dagu. dari tadi gue amati, kiana benar-benar hanya memakan satu suap saja.
dari pengalaman dekat dengan kiana selama 6 bulan gue menyimpulkan kalau kiana bukan orang yang terlalu pemilih dalam hal makanan. ia tidak terlalu rewel dengan rasa makanan yang ia makan, selama itu bentuknya makanan pasti ia akan makan. tapi ada satu hal yang tidak bisa ia tolerir, yaitu saat makanannya keasinan.
"keasinan," balas kiana sambil menggaruk rambutnya.
bener kan dugaan gue, na.
"apa mau makan punya gue aja?" tawar gue mengingat satu porsi ayam bakar yang daritadi tidak gue sentuh sama sekali.
"boleh emang?" tanya kiana sambil memandang gue dengan pandangan berharap. kiana pasti lapar, pasti.
"boleh lah," jawab gue, kemudian gue menukar piring nasi goreng milik kiana dengan piring ayam bakar milik gue. "lagian gue juga ngga biasa makan malem."
kiana tersenyum sambil menggumamkan terimakasih kepada gue. kemudian ia menyantap seporsi ayam bakar itu dalam diam. sedangkan gue hanya memperhatikan cewek di depan gue ini dengan satu tangan yang menyangga dagu gue.
kalo lagi ngeliatin lo makan kaya gini, bikin gue jadi inget momen-momen waktu kita deket dulu. gimana lo yang sering ngomel gara-gara gue ngga pernah sarapan dan selalu ngajak sarapan dulu di mirasa sebelum kelas. tapi lo juga yang bakal marahin gue kalo gue makannya lelet.
aduh, na, rasanya kaya baru kemarin.
◾◾◾
haaaai! ini part yang ketiga dan semoga kalian suka! by the way, gue mau nanya serius. kalian sebel ngga sih sama calum di cerita ini?
oh iya tentang gue yang ngebedain kata 'cetekan' sama 'kaitan' itu gara-gara 'kaitan' terkesan terlalu formal aja buat diucapin hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
korban ghosting • hood
Fanfiction[lowercase intended] setelah lebih dari enam bulan lost contact dengan satu-satunya cewek yang jadi korban ghosting gue di tahun pertama gue duduk di bangku perkuliahan ini. akhirnya, malam ini, gue berani mengajaknya bertemu untuk menjelaskan semua...