"cause i was an asshole, and i hate that."
- hungover and i miss u, gnash◾◾◾
buat kalian yang belum tau, siapa 'dia' yang dimaksud kiana, 'dia' ini adalah bianca. iya, bianca, cewek yang selama hampir setahun ini jadi pacar gue. dulu, bianca jadi salah satu alasan yang bikin gue yakin kalau ninggalin kiana adalah hal yang tepat.
bianca jadi salah satu alasan disini bukan berarti secara verbal dia 'nyuruh' gue buat ninggalin kiana, ya. jadi kalian jangan ngehate dia, please.
mereka berdua itu sama-sama korban gue, cuma kadarnya aja yang beda. iya, kadar sakit hatinya. kiana lebih banyak nanggung sakit daripada bianca.
jadi inget ya, sekali lagi gue ingetin, yang brengsek di cerita ini tuh gue. bener-bener cuma gue. the one and only calum thomas hood.
"kok ngga jawab, cal?" pertanyaan kiana berhasil membawa gue kembali ke dunia nyata.
"eh?"
"aduh maaf ya, gue terlalu excited gini ketemu lo," ucap kiana sambil menggaruk kepalanya. "gue kira kita bisa bahas apa aja, ternyata topik tentang dia masih jadi pengecualian ya."
kenapa lo selalu minta maaf atas sesuatu yang bahkan bukan salah lo, na?
tiba-tiba saja dengan satu tarikan nafas, gue mengucapkan kalimat yang sedari tadi, bahkan sejak kemarin tertahan di bibir gue. "i'm sorry that i ghosted you, na. i was an asshole."
"you were an asshole but it's okay, cal," suara lembut kiana memenuhi pendengaran gue, rasanya bener-bener cuma suara dia yang ada disini. "kaya kata gue tadi, gue udah maafin lo dari jauh-jauh hari."
"kenapa, na? kenapa semudah itu lo maafin gue?" tanya gue, manik mata gue beradu dengan manik mata cewek itu.
iya, silahkan, kalo kalian mau bilang lebay. emang rada tai juga kalo dipikir-pikir kalimat gue barusan, tapi yaudah lah.
"karena gue yakin lo pasti punya alasan, cal."
pandangan gue kini beralih ke salah satu meja yang berada di sudut ruangan. "and guess what? i don't even have one."
"lo selalu punya alasan di setiap tindakan lo, cal." tandas kiana tegas, gue merasakan tatapannya menghunus ke arah gue.
belum sempat gue menjawab, kiana sudah melanjutkan, "sejak awal lo udah tau kalo gue suka sama lo, cal. tapi lo ngga ilfeel sama gue, dan lo masih ngerespon baik semua chat gue."
"iya, tapi akhirnya keterusan dan gue jadi ngasih lo harapan kan?" pandangan gue kini kembali beradu dengan kedua mata yang dibalut soflens berwarna coklat terang itu. "gue harusnya ngga ngerespon semua chat lo in the first place, na."
"you're just being friendly, and nothing's wrong about it."
anjing, maki gue na, please. dibuat dari apa sih hati nih lo? setelah semua yang gue lakuin ke lo, lo masih tetep nganggep gue seseorang yang 'baik'.
gue terdiam sebentar, lidah gue benar-benar kelu. gue kehabisan kata-kata untuk menyadarkan kiana.
"gue jahat, na. inget awal kenapa kita jadi lost contact gini? waktu itu gue ngga ngebales chat lo lagi. gue pergi gitu aja tanpa ngasih penjelasan apapun."
"cal, don't blame yourself. gue malah berterimakasih banget karena lo ngga ngebales chat gue waktu itu. kalo aja lo masih ngebales chat itu, gue pasti ngga akan sadar posisi gue, gue pasti akan tetep ngejar lo, cal."
mendengar itu, dada gue benar-benar terasa sesak. seperti dihimpit dua buah batu berukuran jumbo. gue kembali mencoba menyadarkan cewek di depan gue ini kalo gue bukan cowok baik seperti yang ada di benaknya. i was a jerk.
jauh di dalam lubuk hati gue, gue bener-bener pengen dia maki-maki gue sekarang.
"inget waktu gue juga pernah ngebohongin lo waktu lo tanya gue ada cewek apa engga?" setengah mati gue menahan air mata yang hampir saja keluar dari mata gue. gue belum pernah ngerasain hal-hal kaya gini, sama sekali. waktu dimana ngomongin tentang kejujuran adalah hal yang paling menyakitkan.
"lo ngga bohong, cal," kiana membalas sambil menggelengkan kepalanya sebagai bentuk penegasan. "waktu itu hubungan kalian juga belum jelas dan lo juga bukan tipe cowok yang mau ngumbar-ngumbar hubungan yang belum jelas arahnya bakal kemana."
"gue bohong, kiana. gue bohong biar lo tetep ngerasa kalo lo satu-satunya."
cewek itu menghela nafas, yang ia tidak tau, helaan nafas itu membuat gue semakin dihujani oleh rasa bersalah, "jauh dari sebelum gue nanya ke lo, gue udah tau kalo lo deket sama bianca. gue udah tau gimana deketnya kalian. gue udah tau tentang berapa banyak instastory bareng bianca yang sengaja lo hide dari gue."
gue berani sumpah kalo ini fakta yang baru gue ketahui sekarang. kiana tau darimana?
"lo tau berapa kali gue pengen mundur buat ngejar lo?" tanya kiana. "ngga keitung."
"setiap ada yang cerita ke gue tentang lo sama bianca, gue selalu mikir gini, ibarat kalo gue sama bianca itu atlet," kiana menjeda kalimatnya sebentar. "dia udah liat garis finish, sedangkan gue baru aja kelar pemanasan."
gue menelan ludah, masih tidak memberikan jawaban karena gue lihat kiana masih ingin melanjutkan kalimatnya. nafasnya sedikit tersengal-sengal tanda ia juga sedang mati-matian menahan air matanya.
"mau sejauh apapun gue lari, tetep ngga akan kekejar cal." tepat setelah kiana mengucapkan itu, muncul beberapa titik air mata kiana yang merembes keluar. "gue ngga bakalan deket sama lo sedeket lo sama dia."
◾◾◾
lagi lagi gue ngga nyangka bakal sepanjang ini, wow.
KEMAREN SALAH UPLOAD GUYS, MALAH UPLOAD CHAPTER INI HUHU
KAMU SEDANG MEMBACA
korban ghosting • hood
Fanfiction[lowercase intended] setelah lebih dari enam bulan lost contact dengan satu-satunya cewek yang jadi korban ghosting gue di tahun pertama gue duduk di bangku perkuliahan ini. akhirnya, malam ini, gue berani mengajaknya bertemu untuk menjelaskan semua...