🍁🍁🍁"Selesai." Nayla mereganggakan jari-jarinya.
"Akhirnya kelar juga. Tinggal tunggu teman-teman datang." sambungnya riang.
Nayla baru saja selesai menyiapkan segala sesuatu untuk acara sore ini.
Sesuai kesepakatan waktu itu, acara bertempat di rumah Nayla. Halaman depan rumah Nayla cukup luas, dilengkapi dengan tanaman-tanaman hijau sehingga menambah kesan cantik dari tempat itu.
Nayla tak pernah serajin ini, sampai-sampai menyiapkan segala sesuatunya sendiri. Ia sangat detail untuk memastikan tidak ada yang terlupa. Sepertinya suasana hatinya sedang bagus.
Sheril dan Maya sudah tiba disana. Nayla mempersilahkan mereka untuk duduk sembari menunggu kedatangan Laras, Gio dan juga Revan yang belum juga menunjukan batang hidungnya.
Tak lama sebuah bayangan mendekat, seseorang gadis dengan sesuatu di tangannya menghampiri mereka.
"Ini aku bawa kue dari toko Ibuku." ujar Laras.
"Laras memang terbaik." puji Maya dengan senang hati menerimanya.
Laras tersenyum.
"Laras, kapan sampai?" tanya Nayla yang baru saja keluar dari dalam rumah.
"Baru saja, Nay." saut Laras.
"Revan dan Gio belum datang?" tanya Laras heran.
"Belum, biasa cowo suka ngaret." saut Sheril yakin.
Lagi-lagi Laras tersenyum.
"Sambil tunggu mereka, bantu aku potong-potong ini." ajak Nayla menyodorkan keranjang dengan sayuran di dalamnya.
Mereka memotong sayuran itu sambil membicarakan banyak hal. Mulai dari harga skincare, gosip terbaru, oppa-oppa korea, dan masih banyak lagi.
Dasar perempuan.
"Aku dengar, Arga akan bertunangan ya?" tanya Laras tiba-tiba.
Bak disambar petir di siang bolong. Semua orang terdiam. Sontak membuat kegiatan potong memotong itu terhenti.
Sheril, Maya dan Nayla saling bertukar pandangan akibat tak menyangka. "Kamu tau dari mana?" tanya Nayla heran.
"Aku tau sendiri. Lagi pula tidak ada yang memberi tau." saut Laras terus terang.
"Maaf, Ras." lirih Nayla diikuti raut wajah perasaan bersalah mereka.
"Kenapa harus minta maaf?" tanya Laras
"Karena kita menutupi kabar itu dari kamu." terang Nayla.
Laras tersenyum. "Ngga papa kok," sautnya.
"Lagipula, tidak pernah ada apa-apa antara aku dengan Arga kan."
"Jadi jangan terlalu dipikirkan." imbuhnya.
"Hiks.. Hiks.." desis Maya seraya mengelap matanya yang basah.
"Apa si May, gitu aja nangis." cerca Sheril keheranan.
"Pedes ini lo, potong bawang. Hiks. " jelas Maya
"Ah elah!" gerutu Sheril.
Mata Maya terasa perih dan terus mengeluarkan air mata. Dia belum terbiasa memotong bawang. Dia terus mengucek matanya harap-harap perihnya hilang. Namun nihil.
"Ayo May, aku antar cuci muka biar perihnya hilang." ajak Laras.
Maya mengangguk.
"Ras, sekalian minta tolong ambil dagingnya di dapur, ya." pinta Nayla
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara(s) Hati [On Going]
Teen Fiction"Kita pernah sedekat nadi sebelum kita menjadi sejauh matahari." - Azkia Dwi Larasati Ini tentang perasaan cinta di masa lampau yang belum terselesaikan. Pengakuan yang dinyatakan di saat yang tidak tepat dan bisa dibilang sudah terlambat. Waktu b...