(6) PERASAAN ANEH

29 5 2
                                    

"Terakhir kali aku menempatkan hati,
Aku menyesalinya."

Ucinana

Beberapa saat sebelum kejadian tadi.

Arga memakan keripik singkong miliknya. Ia duduk di teras sedang menunggu seseorang. Cukup lama ia menunggu namun tak ada tanda-tanda kemunculan Diza.

Ya. Arga sedang menunggu Diza. Mereka sudah berencana akan ke gallery Pak Yusuf sore ini. Tak lama ponsel Arga berdering. Tanda pesan masuk. Diraihnya benda pipih berwarna hitam itu dari atas meja.

Ternyata pesan dari Diza. Ia memberi kabar jika ia tak bisa pergi bersama Arga sore ini. Ada urusan katanya. Arga menghela napas panjang.
Tak mau membuang waktu, Arga bangkit dari duduknya lalu pergi menuju gallery dengan mengendarai mobilnya.

Kling!
Lonceng pintu gallery berbunyi. Saat itu keadaan tidak terlalu ramai juga tidak terlalu sepi.

Ini bukan kali pertama Arga datang ke tempat itu. Seseorang pernah mengajaknya kesini, dua tahun lalu.
Arga sangat menyukai seni terutama seni lukis. Tempat seperti ini adalah surga dunia baginya.

Tidak ada yang berubah dari tempat ini. Kenangan itu masih amat sangat terasa di benak Arga, begitu ia memasuki gallery.

"Permisi." sapa Arga pada salah seorang pegawai.

"Iya, ada yang bisa saya bantu?" tawar pegawai itu ramah.

"Saya ada keperluan dengan Pak Yusuf, apa beliau ada di tempat?" tanya Arga to the point.

"Maaf, Pak Yusuf sudah pulang sejak siang tadi." jelas pegawai itu.

"Begitu ya, boleh saya minta alamatnya?" pinta Arga.

Pegawai itu mengangguk paham, ia menuliskan sesuatu di secarik kertas lalu diberikannya kepada Arga.

"Terima kasih banyak." ujar Arga sembari menundukan sedikit kepalanya.

"Sama-sama." senyum pegawai itu.

Arga pergi meninggalkan gallery dengan potongan kertas di tangannya. Belum sempat ia memasuki mobilnya, langkahnya terhenti.

"Rumah Pak Yusuf, rumah Laras juga kan?" pikir Arga, sedikit ragu.

Arga mengambil napas dalam-dalam lalu ia hembuskan. Ia memantapkan hatinya dan berusaha menepis
jauh-jauh keraguan itu.

Lagipula menemui Laras bukanlah hal yang buruk kan?

***

Arga mengetuk pintu rumah seraya mengucapkan salam. Suasananya begitu sepi seperti tidak ada orang di dalam rumah bercat kuning itu.

Arga terus mencoba mengetuk pintu harap-harap tuan rumah akan keluar. Tak lama usahanya membuahkan hasil, seseorang membukakannya pintu. Seorang perempuan dengan rambut hitam terikat menyambut kedatangannya dengan ocehan.

Arga terdiam. Menatap seseorang dihadapannya. Sosok dihadapannya ikut terdiam melihat Arga. Tubuh keduannya mendadak mematung.

Bahkan gadis itu belum menjawab salam Arga, saking kagetnya.

Suasana macam apa ini.

"Laras?" sebuah suara keluar begitu saja dari bibir Arga.

"A-arga?" lirih Laras gagap.

Keduanya kembali terdiam.

"A-ada perlu apa?" Laras memberanikan diri melontarkan pertanyaan.

Arga terdiam sejenak. "Ada perlu dengan Pak Yusuf." ujar Arga terus terang.

Lara(s) Hati [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang