Mudifah singkat

40 2 0
                                    

"Mungkin aku hanya bisa menerima semua"

         -Aisyah Shalsabilla Maulidya-

( kita sambil belajar bahasa pondok ya gaess)
:)

**
*

Aisyah selalu memasang raut wajah malas plus semraut, setiap hari ahad tiba. ya menurut Aisyah bahagia memang ahad ini ia di jenguk (mudifah) tapi Aisyah bosan dengan kegiatan hari ahad yg selalu terasa singkat tidak seperti hari-hari yg lain.

Hari ahad/minggu adalah hari dimana para santri mengawali pagi setelah sholat subuh berolahraga keluar pondok, sekedar lari dan tidak melakukan hal macam-macam yg melanggar peraturan.

Moment piket rayon(gedung) dilaksanakan setelah piket ma'had(pondok).

"Anti man?"perempuan bersuara sedikit serak dan mata seram itu menunjuk Aisyah dengan pulpen ditangan kanannya. Suara itu membuat bulu kuduk Aisyah merinding, Ukhti yg ini cukup galak.

Semua Teman-teman segedungnya menatap Aisyah horor, bukan untuk menakut-nakuti Aisyah tapi melainkan memberi syarat agar Aisyah menjawab pertanyaan dari Ukhti seniornya itu.

"Aisyah ukhtiii.. " Jawab Aisyah setenang mungkin, tersenyum ramah.

"Anti wa wahid! Itsnani! Tsalatsah! bil futhoh naam?" Ukhti senior itu menulis nama Aisyah di buku keramat kanis-nya.

"Na'am ukhti" Jawab mereka bersamaan. Mereka berempatpun mulai mengambil futhoh (pel'lan).

"Aisyah anti roisah!, Afwan saantik lughotan indunisia!" Ukhti itu izin tak berbahasa.

"La ba'sa"(tidak apa-apa)ucap sebagian santri digedung itu.

"Aisyah kalo lantai masih kotor Ukhti hukum kamu! Bagi tugasnya! lantai putih depan gedung yah, bukan lantai kamar! " Tegas ukhti senior itu, namanya ukhti Sinta (menjabat sebagai keamanan pondok).

"Iya ukhti" Aisyah mengangguk seraya menatap naas ketiga temannya yg sama-sama memegang pel'lan.

Aisyah dan tiga temannya Sahwa, Nasya, dan Sintia. Memilih duduk di pojok gedung memisahkan diri Aisyah pun mengikuti, menunggu lantai putih disapu dan pel'lan ditangan mereka dicuci bagian yg dititah.

"Ana capek! kanis mulu.. Kapan nyuruh kanis!! " Cerocos Aisyah menatap Ukhti-ukhti senior yg membagikan piket itu.

"Tunggu!! kita bentar lagi jadi pengurus" Nasya menautkan kedua alisnya bangga, bentar lagi punya jabatan.

"Mau amat jadi pengurus! " Sekak Sahwa melongo aneh.

"Iyaa kalian mau amat, nanti mah dihukum Ustadz-Ustadzah bukan Ukhti-ukhti lagii.. " Sintia menepuk lengan Aisyah dan Nasya.

"Biarin! Setidaknya gak lari-lari ke kelas! Ke masjid! Ke sini situ sono..di itungin.. Digebrak-gebrak" Aisyah tak mau kalah.

"Iya yahh Syaa! " Nasya bertepuk tangan riang, setuju ucapan Aisyah.

"Iya-iya..  Up to you-lah" Sintia bodo amat, memilih nyenderkan kepalanya dibahu Sahwa.

"Kepalanya berat" Sahwa menjauh, membuat Sintia memegangi kepalanya iba! Hampir terpentok tembok.

"Untung kepala ana gak kena tembok" Sahwa mengusap-usap kepalanya naas.

Aisyah dan Nasya hanya tertawa kecil menatap tingkah konyol Sintia.

**
***
****

Aisyah sedang berada disaung tempat mudifah(penjengukan).

"Gimana dipondoknya makin seru? " Tanya Abi menatap Aisyah yg sedari tadi memakan apel.

"Atuh ya seru Bi, seru!!! seru banget.. Sampe Aisyah malesss" Jawab Aisyah asal.

Umi Aisyah yg sedang memotong apel langsung menatap Aisyah, anaknya itu selalu menjawab asal.

"Belum betah juga Sya?" Tanya Umi yg entah yg ke berapa kali, pokoknya setiap mudifah.

"Aisyah! Mana ada betahnya" Abi malah tertawa.

"Ya Aisyah kan masih baruu Bi, Mi" Alibi Aisyah tersenyum kepada kedua Orangtuanya itu.

"Iyaa!! Nih HP kamu ada banyak chat itu, berisik dari tadi" Umi memberika benda persegi pipih kesayangan putrinya itu.

"Umi baca-baca yah?? " Selidik Aisyah curiga.

"Enggak ada kerjaan.. Umi punya HP sendiri." Umi malah menatap Abi.

"Bi mau makan enggak! " Tanya Umi dan beralih menatap Aisyah "Aisyah kamu mau makan! " Umi membuka kotak makan itu.

"Mau-lahhh" Aisyah langsung mengambil piring, memilih menjauhkan ponselnya itu.

"Ambilin Abi nasi Mi takut Aisyah abisin" Abi tersenyum ke arah Aisyah yg mengambil nasi penuh.

"Ihh Abiii.. " Aisyah tersenyum malu, porsi makannya memang bertambah semenjak di pondok.

"Yaudah Umi ambilin yah, udah-udah Aisyah makan yg banyak"......

**
*
Selesai makan Aisyah memilih bercerita kepada Umi dan Abi-nya.

" Tau gak Mi.. Bii.. temen Aisyah yg pindah udah 7 orang loh" Suara Aisyah serius.

"Kenapa kok bisa pindah? " Kaget Umi ala emak-emak pada umumnya.

"Enggak betah" Ceplos Aisyah.

"Kamu gak boleh gitu yah Sya!! Harus bertahan walaupun gak betah" Ceramah Abi.

"Iyaa Bi, InsyaAllah.. Innallaha maa sobirin" Aisyah tersenyum kuat.

"Anak Umi pinter" Umi menepuk bahu Aisyah bangga.

****
**
*

" Cepet banget sih jenguknya!!" Rengek Aisyah memeluk Umi-nya.

"Udah sore!! Nanti sebulan lagi kesini lagi.. " Timpal Abi mengambilkan plastik berisi makanan dan barang-barang untuk sebulan kedepan.

"Iyaa nanti Abi Umi kesini lagi.. Lagian pesenan buat sebulan kan udah! Terus juga uang jajan kan ditambahin.. Betah-betah yah.. " Umi mengusap-usap pundak Aisyah.

"Yaudah hati-hati dijalannya" Dengan mata berkaca-kaca Aisyah melepaskan pelukannya.

Menyalami Abi dan Umi bergantian, berdiri seraya melambaikan tangan "dadah" Ucap Aisyah tanah.

Seperti biasa waktu jenguk Aisyah hanya 2-3 jam kali ini hanya 2 jam jadi Aisyah sedikit kesal, tapi apala daya.

Aisyah harus membuang ego-nya jauh-jauh.. Karena memang jarak dari rumahnya dengan pondok cukup jauh. Tidak tega juga membiarkan Orangtuanya sampai kerumah malam hari.

Aisyah pun membawa 3 plastik hitam itu ke kamarnya, merapihkan dan sedikit membagikan makanannya keteman-teman sekamarnya yg ada.

***
**
*

Semangat puasa-nya..

Salam manis dari pengagum Glen 😘
Asalamualaikum ilalikooo...

I'am Change Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang