31 oktober. Malam perayaan halloween di sekolah. Party. Relationship. Fun. Games. Kedengarannya memang asyik, sebelum kau menyadari fakta lain lagi. Yaitu horor, hantu, aura negatif. Sepertinya ini yang membuat Jessica hanya mengurung diri di kamar apartemen. Panggilan telepon dari Fiona diabaikan begitu saja. Jangan lupakan pesan Sunny yang tidak di gubris sama sekali. Mereka semua meminta Jessica datang ke pesta halloween sekolah. Tapi ia terlalu takut.
Jessica tidak habis pikir bagaimana bisa kota ini mulai ikut merayakan halloweenㅡHari raya orang asing yang bagi Jessica sangat menjengkelkan. Oke, Salahkan sindrom penakut nya untuk satu ini.
Musik dari handphone-nya kini sengaja disetel dalm volume yang paling memekakkan telinga. Semua lampu ruangan, bahkan kamar kosong dinyalakan nya, berharap rasa takut bisa menepis darinya.
Jam demi jam berjalan ia lewati dengan kecemasan. Ia mengutuk dirinya sendiri karena belum juga menunjukkan rasa kantuk. Ini akan menjadi malam yang panjang menurutnya.
All of sudden, seseorang memencet bel apartemen hingga membuat Jessica terlonjak kaget. Kini ia sedang berpikir, berdebat dengan otak dan kata hati. Haruskah ia membukakan pintunya? Mungkin saja itu tamu penting, pengelola apartemen mungkin, atau bisa jadi tetangga apartemen yang sedang butuh bantuan. Ia tidak bisa berpikir jernih, dari sekian banyak kemungkinan, dibenaknya hanya ada nama hantu yang begitu nyata dipikirannya. Tidak ada pilihan lain, daripada bel terus berbunyi Jessica memutuskan untuk melihat siapa yang datang. Ia mengendap menuju pintu, ketika sudah berhadapan dengan pintu, ia melirik sosok pemencet bel dari layar interface. Oh tidak! Matanya membulat, keringat dingin mengucur, kakinya gemetaran. Sebenarnya ia tak melihat siapapun, tapi bukankah itulah masalah nya? Jika tak ada orang, maka pemencet bel benar adalah hantu, bukan begitu? Ini diperkuat dengan mengingat hari apa ini. Yes, halloween. Malam yang setidaknya bagi Jessica diyakini sebagai malam kemunculan seluruh hantu. Memikirkannya saja sudah membuat Jessica terduduk lemas. Napasnya memburu.Ketika bel kembali berbunyi, saat itulah ia kontan menjatuhkan diri ke lantai. Tak sadarkan diri. Pingsan.
**
Tiffany berlari kearah Jessica yang berjalan beberapa meter didepannya, ia merasa aneh melihat Jessica yang sempoyongan seperti itu datang ke sekolah. Hei, siapapun tahu siapa yang paling ceria ketika waktu sekolah seperti ini tiba. Dialah Jessi Shakila alias Jessica. Dia tidak pernah begini sebelumnya. Maka Tiffany yang penasaran menahan langkah sempoyongan Jessica dengan merangkul cewek penakut itu.
"Are u ok?"
"Oh Fani??" Kaget Jessica, ia mendesah napas untuk membeikan rincian tentang kabarnya.
"Umnm, Im not okay. Gue lagi dalam masalah. Ah, gue bisa gila!!!" ungkap Jessica dengan mimik berlebihannya.
"Kenapa? Oia, Lo ngga ke party semalam kan yah?" Ujar Tiffany, Jessica mengiyakan tebakan Tiffany. Tapi itu tidak begitu penting, ia malah mengajak cewek bersuara bass itu duduk di bangku taman sekolah untuk mendengar cerita nya
"Semalam gue pingsan di apartemen gara-gara bel bunyi tapi orangnya nggak ada."
"Segitunya?! Lo yakin ngak ada?"
"No one there, really. Dan lo tau pagi tadi?!! Gue bangunnya di kamar, padahal gue terakhir sadar ada di ruang tamu. Ghost come to my house, i thought"
"Lo nggak sadar kali pas bangun dari pingsan- lo sendiri yang pindah ke kamar. Itu biasa kejadian!"
"Semoga aja gitu. Tapi gue ngga yakin. Aduh Tiffany, lo nginap di apartemen gue yah?" Jessica mulai merayu Tiffany untuk menemani Jessica menghabiskan ketakutan di apartemen nya
"Anytime babe gue ada kencan. Lo bisa ajak Sunny atau Fiona aja dulu. Dan kalo gue bilang nih, lo cuma paranoid aja gegara halloween semalam." Tutup Tiffany mulai malas membahas hantu atau apalah yang sedang mengganggu sahabatnya itu.
"Dating again, Tiff? Kayaknya lo musti stop deh kencan nggak jelas begitu. Waktunya lo buka mata dan lihat cara lain untuk dapat someone special" Jessica mulai beralih pada topik Tiffany dan kencannya dengan jutaan cowok.
"Gue gak dengar!" Tiffany menutup kedua telinganya sambil berlari meninggalkan Jessica yang masih diliputi kecemasan tentang kejadian malam halloween semalam. Serta kejadian mengganjal pagi tadi. Oke, Jessica masih berusaha meyakinkan diri bahwa yang terjadi sebenarnya ialah persis seperti yang dikatakan Tiffany. Tidak ada hantu. Oke, tidak ada hantu, Jessica. Ingat! Camkan!
**
Agak ragu Jessica memencet deretan angka pembuka pintu. Haruskah ia menginap di rumah sahabatnya malam ini saja? Tidak. Dia sudah keterlaluan jika begini. Dia berusaha memberanikan diri memasuki apartemennya. Oke, tak ada yang boleh ditakuti lagi.
Ia masuk ke apartemen, tidak ada yang aneh sih. Tapi bulu kuduk Jessica mendadak menegang. Ia berlari cepat memasuki kamar tak lupa menguncinya rapat.
Debaran jantung kini menambah atmosfir mencekam di kamarnya malam itu. Jessica tetap berusaha tenang, ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 19.20, oh masih ada waktu untuk membersihkan diri, shalat isya, dan makan malam. Jessica pun bergegas.
Ketika memutar gagang pintu kamar mandi, suara bass mendehem di belakang nya. Ia menoleh. Tak ada apapun. Cewek anti-hantu hardcore itu mulai melemas, tapi ia berusaha menghibur diri dengan bersenandung ria. Segeralah ia memasuki kamar mandi selama ia tidak setakut ini.
Dan
Sebentar
Apa itu di sudut kamar mandi????
Blush Jessica bagaikan ditusuk dingin nya salju, sesosok arwah pria kini menatap tajam pada Jessica. Kulit nya pucat, ia sedikit bercahaya, dan Jessica yakin itu adalah arwah. Hanya ketakutan yang dirasakan cewek itu. Ini kali pertama baginya bertatap wajah dengan hantu
"Bantu gue!!" Ujar arwah itu dengan suara yang benar benar menakťutkan. Akhirnya, seperti yang bisa diduga, Jessica lagi-lagi pingsan.
*****THANK GHOST*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank Ghost➖
Teen Fiction[HIATUS] Sumpah demi apapun, Jessica itu takut hantu. Dan sekarang ia berada di kota ini sendirian. Demi bisa bersekolah di SMU 99 yang terkenal itu katanya, padahal ia hanya ingin menjaga jarak dari ibunya yang keras itu. Jessica pun memutuskan men...