02

4.7K 493 74
                                    

Get Closer

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Get Closer























"Hiks... Huuhuuhuhu~"

"Huaaa.... Hikss... Haaaaaaaaaaa hahaaaa... Hiks..."

Ael menatap Nuel dengan tatapan heran saat Nuel tak henti-hentinya terisak, baru juga bertemu pertama kali, tapi... Ael langsung menganggap Nuel adalah pemuda lemah dengan segala sikap cengengnya.

Bahkan sudah berkali-kali Ael berdehem untuk mendapatkan respon Nuel, namun ternyata nihil. Tangisan Nuel semakin menjadi, seakan-akan besok ia akan mati.

Padahal Ael dengan senang hati menghantar Nuel pulang ke rumahnya harap-harap dapat bertemu Mama Nuel, tatapi ternyata tidak ada.

"HUAAAAAA!!!" Nuel menutup telinganya sendiri saat ia berteriak keras, rasa sesak di dadanya itu tak kunjung mereda. Ternyata rasanya sakit, untuk pemuda lima belas tahun sepertinya... Mendapat kenyataan sepahit itu mungkin dapat merubah segalanya.

Ael menaikkan sebelah alisnya dengan tampang yang masih bengong, canggung ternyata, Ael tidak pernah meredakan tangisan seseorang, yang ada dia yang menangis, lalu cepat atau lambat Ayah, Bunda, atau kakaknya akan segera menenangkannya.

Nuel menangkup wajahnya frustasi, tak tahu harus berbuat apa, malupun ia sudah tidak punya.

Ael menepuk bahu Nuel dengan telunjuknya dengan gerakan yang sangat pelan, "Heh... Kapan mau berhenti nangisnya?" Tanya Ael terlewat heran.

Nuel menoleh cepat, "Bukan urusan lo... Hmmm..." Nuel kembali pada aktivitasnya, menguras segala peluh dan air matanya dengan menyenggal-nyenggal dadanya.

Ael menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, tiba-tiba Ael pusing dibuatnya, "Berhenti elah, kuping gue sakit nih. Mana suara lu kenceng gitu." Keluhnya tak tahan lagi, pemuda itu menutup telinganya lalu mengarahkan pandangannya kearah lain.

Nuel mendelik, "Gue lagi sakit hatii!!!" Teriaknya tidak santai, "Kakak lo jahat!!" Ujarnya sekali lagi.

Ael meringis, "Kalo cuman sakit hati aja gak ku doang kali, gue juga sakit hati, bapak lu jahat juga." Sahut Ael mencoba menjelaskan secara tidak sembrono walau nyatanya perdebatan mereka tidak ngefeel sama sekali.

Nuel mengerang, "Tapikan bapak gue bapak lu juga!!" Bentak Nuel memutar pandangannya kearah Ael dengan matanya yang masih berkaca-kaca.

"Nah... Berarti kakak gue juga kakak lo jug___"

"DIAMM! HAAAAAA!!!" Nuel berteriak sambil menjambak rambutnya sendiri berkali-kali, menahan amarah rupanya seberat ini.

"Heh... Jangan nangis, anjing!" Geram Ael mulai frustasi.

Nuel mendongak, "Jangan larang gue nangis!!!" Sahut Nuel tak kalah keras, rasanya ia ingin sekali membalikkan perkataan Ael dengan bertubi-tubi.

"Gue juga kaget, woyy! Gak cuman lu aja, Ayah bahkan bohongin gue selama ini! Kenapa pikiran lu dangkal banget? Yang harusnya nangis di sini tuh gue, bukan elu!" Seru Ael bersungut-sungut.

It's WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang