"KAU?!"
teriakku kaget dengan mata yang hampir copot keluar. Sedangkan empunya hanya tersenyum manis lalu memperkenalkan diri didepanku.
"Bintang Abimana. ose pung nama siapa? "
ucap Bintang membuatku menahan tawa. Ahhh apa dia lupa bahasa indonesia karena terlalu lama di Malukukah? pikirku. Aku melirik Zahra dan Freya yang linglung. maksudku hanya Freya. sebaliknya Zahra sedang memperhatikan Bintang tanpa berkedip.
"Hentikan senyum bodohmu kalau tidak mau aku cekik!"
ucapku memperingati sang empu membuat Zahra melirik sadis kearahku. Yang benar saja senyum manis itu ia sombongkan didepan kedua sahbatku. Hah sok cakep. batinku. tapi harus kuakui ia memang menjadi lebih manis.
"Jadi ini Qil? 5 tahun lo?"
ucap Freya sambil menggaruk dagunya menginterogasi Bintang, Duh apa-apaan dia membocorkan rahasia ku buat malu saja.
Sedangkan Bintang hanya menatapku heran. ya walau tatapannya bertanya bibirnya tak henti tersenyum dan lesung pipinya tak berhenti tertutup. pandai sekali kau membuat wajahku memerah bak kepiting rebus, rengek ku lalu menutupi separuh wajahku. Ahh kenapa aku malah tersenyum sendiri, batin ku.
"Hei babu kecil mari kita pulang, sepertinya kau sudah tidak tahan ingin memelukku."
ucap Bintang menarik tanganku menjauh dari kedua shabatku yang menganga. Sial. Wajahku tak bisa diajak kompromi.
"Ranselku bodoh!"
ucapku lalu menghentakkan genggamannya dan berlari kembali ke kelas. ya disana kedua makhluk itu masih menatap tak percaya. aku hanya menginstruksikan nanti ku ceritakan. Setelah itu aku berlari kecil menghampiri Bintang yang sudah terduduk manis di jok motor scoopy coklat miliknya.
"Kenapa kau ada disekolahku?"
ucapku memperhatikan wajah Bintang dari pantulan kaca spion. sesekali sinar sore dari balik pepohonan di tepi jalan menyentuh wajahnya. Aish buat iri saja.
"Oh jadi kau tidak merindukanku?", balasnya meledek, "Tidak usah mentapku seperti akan membunuh sinar yang menyentuh wajahku." sambungnya yang memergokiku sedang menatap dengan tatapan iri.
"Akan kubunuh sinar dan kau nya sekalian!"
balasku sadis yang malah membuat pria itu terkekeh. kucubit saja pinggulnya sampai ia meringis kesakitan. Mampus kau!
✈ ✈ ✈
"Jadi ini yang kau lakukan selama ku tinggal?"
Ia membuka percakapan dengan mengiterogasiku. aku hanya mengangguk-anggukan kepala dengan mata yang masih tertuju pada 1 cup es krim. "Jadi selama ini kau selalu bolos pelajaran?", tanyanya mengulang kembali pertanyaan yang sama. menyatukan alisnya, mengerutkan keningnya, mentapku sinis. aah es krim ini jadi tidak menarik.
"Aku hanya tidak menyukainya."
gerutuku dengan wajah cemberut. yang dihadiahi jitakan dari mahkluk itu. Wahh yang benar saja, lupa dia dengan sabuk hitamku. batinku mentap sengit Bintang. benar-benar membuatku kehilangan nafsu makan es krim saja!
"Karena kamu tidak menyukainya lalu dijadikan motivasi untuk bolos? iya begitu? Kau tau seberapa penting matematika itu?"
balasnya mengangkat satu alisnya. tatapan dingin itu ingin sekali ku lemparkan dengan corn es krim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang dan Waktu
Teen Fictionselayaknya Waktu yang perlahan menciptakan Ruang. dan selayaknya Ruang yang memberikan Waktu. Kau tau? Saat kau mengharapkan lebih atas usahamu apa yang kau dapatkan selain kecewa? Kecewa atas keadaan yang tak sesuai dengan harapan. Aku membutuhka...