bintang☀

19 7 14
                                    

Aku terbangun dari dingin malam yang menggerogoti kulitku. Ah tertidur di lantai lagi. Seharian ini aku hanya menangis, kurang kerjaan sekali. 

Aku beranjak kekamar mandi membersihkan tubuhku dari seragam yang ku pakai untuk menangis seharian tadi. Ku lirik jam dinding disana, yang menunjukan pukul 1 pagi. duh kepalaku, rasa pusing ini lebih terasa dibanding lambung yang meronta-ronta ingin sesajen. 

Ku langkahkan kakiku. Ku putar knop pintu kamarku. iya, aku mempunyai kunci cadangan tapi tak pernah sedikitpun niat terlintas untuk kabur dari rumah ini. Sunyi sekali sepertinya mamah sudah tidur atau ia masih tidur diluar lagi? tanyaku. Ahh benar ia pasti tidur diluar lagi, tidak ada tanda-tanda mobil mama di halaman. 

✈ ✈ ✈ 

"Wah lihat ratu bucin kita kembali!"

pekik Freya saat melihatku memasuki koridor, ahh ya seperti sedang ada sesuatu dengannya nada suaranya terkesan sedang kesal. Aku yang merasa tersindir pun hanya menatap datar ke arahnya. 

"Dicariin babang ganteng tuh kemaren."

saut Zahra membuatku mengangkat sebelah alisku. siapa yang ia maksud? Apa Bintang? Ah semua lelaki dibilang ganteng olehnya mana bisa ku langsung percaya dengan ucapannya. Dengan berisyarat ku tatap Freya meminta kejelasan. apa-apan ia hanya memutar bola matanya lalu meninggalkanku. huh dasar, awas saja.

"Pak Gino nyariin lo kemaren."

ucap Freya beberapa saat setelah kudaratkan bokong dikursiku.masih dengan tatapan penuh tanya aku berpikir keras dia stalkerku? atau fans gelapku?. "Katanya kalo mao bolos jangan sendirian, ajak temen sekelas. Nih gue ada videonya." ucap Zahra menunjukan video berlatar kabur dengan backsound dumelan Pak Gino yang terdengar cukup jelas. 

Sedang asik membicarakannya tiba-tiba hembusan napas sesorang menyentuh kulit leherku. Apa pak Gino dibelakangku? apa raganya terpanggil karena sedang dibicarakan? aku menoleh ragu dan mendapati seorang lelaki tengah duduk dibelakang kursiku sembari mencuri pandangan mengkepoi video yang ku pegang. 

Karena kaget ku tabok saja wajahnya. PLAK. lumayan terdengar nyaring membuat seisi kelas menoleh memperhatikanku. Apa? apa yang dibelakang ku guru matematika itukah? apa aku benar-benar menampar pak Gino? ku lirik lagi lelaki yang kutabok tadi. Benar. Bintang yang ku tabok. Tanpa rasa bersalah aku kembali keposisi pertama ku, dan kenapa yang lain? seperti mengisyaratkan akan membunuhku. 

Zahra menghampiri Bintang, ia pindah kebelakangku tepatnya kesamping pria yang ku tabok tadi. Ku balikkan lagi tubuhku, lelaki itu terlihat tengah meringis mengusap-usap hidung lancipnya jangan lupa tatapan dinginnya dengan ku. tanpa bersalah kutunjukkan senyum. senyum kemenangan haha. 

"Babang ganteng gue ngapain lo tabok sih?"

bisik Zahra, memperhatikan hidung Bintang yang memerah akibat ulahku. 

"Gue kira Pak Gino tadi,"

sautku dengan suara yang tak jauh sama pelannya. Ku kira tidak akan semerah itu karena kulit sawo matengnya. lama-kelamaan kok menjadi merah ya?, pikirku yang melirik sedikit kearahnya. 

"Kalo itu pak Gino lo bakal tabok?"

tanya Zahra lagi dengan suara yang jauh dari kata berbisik. tanpa berniat membalas aku hanya mengangguk-anggukan kepala. "Gilaa!", Teriaknya membuat seisi kelas kembali memperhatikanku. mampus gue, batinku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ruang dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang