𝐒𝐚𝐭𝐮

222 28 2
                                    

"Ayah! Kenapa harus aku yang merawat bayi ini?"

Bagai petir di siang hari, seolah doa Jisoo terkabul oleh Tuhan yang serta merta sedang baik hati pada seorang Eun Jisoo. Karena mengabulkan permintaannya yang tengah 'gabut' di siang hari yang panas ini. Pelipis diurut tak habis pikir, bagaimana bisa Tuhan mengabulkan permintaan Jisoo sedangkan Jisoo adalah salah satu makhluk yang dikutuk Tuhan karena menjadi anak dari Asmodeus dan Lilith? Inilah jawabannya, Tuhan malah sengaja mengerjai kendati Jisoo tidak melakukan apapun selama hidup selain bersekolah dan rebahan di kamar. Kecuali di saat-saat tertentu ia akan melancarkan aksi.

"Ayah Aeri sedang tidur, Jisoo-ya. Jaga sebentar saja bukan masalah, kan?" Namjoon mendegus, menyerahkan bayi mungil yang terbungkus kain berwarna hitam pada Jisoo yang malah ogah-ogahan saat menerima.

Aeri menangis ketika digendong Namjoon, tapi saat diberikan pada Jisoo, bayi mungil itu langsung terdiam bahkan nyengir melihat wajah ayu Jisoo di tengah ruangan.

"Astaga, Belphegor—" Jisoo lantas mengulum labia persik kendati iris violetnya bersirobok dengan mata kucing Namjoon yang sudah menggeleng tidak habis pikir dengan tingkah anak angkatnya ini.

"Paman Yoongi, Jisoo. Paman Yoongi. Jangan panggil nama bekennya itu."

Sudut bibir Jisoo terangkat jengkel. "Ayah bahkan tidak marah kalau aku memanggilmu Asmodeus. Bukannya sama saja dengan paman Yoongi?" ucap Jisoo tak habis pikir sembari menimang Aeri yang sudah hampir terlelap ketika mencium aroma bunga lili yang menguar dari tubuh Jisoo.

"Oh, astaga. Dia memang anak Belphegor," pungkas Jisoo dengan sedikit kagum melihat wajah pulas Aeri yang dengan mudah terlelap hanya karena timangan kecil yang Jisoo berikan.

"Anak Lilith," ucapan penuh tekanan dari Namjoon membuat Jisoo mendengus ketika 'julukan' yang tak pernah ia sukai itu diucapkan secara spontan oleh ayah angkatnya ini. Aeri ditimang sembari bibir Jisoo mengucap sumpah serapah kecil tanpa suara yang tentu dapat Namjoon ketahui dengan mudah.

"Ayah mendengarnya, tidak perlu menyumpah tanpa suara begitu." kopi hitam disesap santai sembari membaca koran di ruang tamu, membiarkan Eun Jisoo tetap dengan dunianya kendati sama dengan membiarkan indra pendengaran Namjoon harus menjadi tuli seketika karena ternyata sumpah serapah itu tak juga berhenti.

"Kumohon jangan panggil aku Anak Lilith. Aku bukan anak kandungnya."

"Oh ya? Tapi kau tetap dibesarkan oleh Lilith, 'kan? Berarti kau tetap anaknya meskipun tanpa hubungan darah."

"Ayah, bisakah jangan panggil dia Lilith di saat-saat tidak ada rapat pemujaan? Nama ibuku itu Joohyun, Lilith adalah nama bekennya."

"Kau juga, berhenti memanggil Yoongi dengan Belphegor. Dia adalah pamanmu."

Namjoon memang orang yang paling bisa membuat Jisoo kesal hanya dalam waktu singkat. Contohnya sekarang, cuping Jisoo barangkali akan memanas dan bisa saja meleleh karena mendengar sebuah julukan yang sebenarnya adalah angkara; julukan kekejaman yang pernah ada.

Kendati kesal, Jisoo malah tertawa seolah apa yang dikatakan Namjoon adalah sebuah candaan yang tak berarti; bisa hilang kapan saja tanpa dipikirkan lebih detail.

"Astaga, kau memang anak Eve. Bukan anak Lilith."

"Memang, dan Adam adalah ayahku. Bukan Asmodeus," jelas Jisoo dengan nada jenaka hingga tanpa sengaja membangunkan si bayi pemalas, anak Belphegor.

"Dan aku dengan bodoh telah membesarkan anak mantan istriku."

"Ayah baru menyadarinya?"

Mereka sama-sama tertawa hingga suara nyaring tangis Aeri mengalahkan mereka. Seolah mengatakan kalau eksistensi Aeri ada di sini karena sempat diabaikan dan dibangunkan dari tidur pulas pula.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ClandestineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang