𝐓𝐞𝐚𝐬𝐞𝐫 𝐈𝐈

272 41 1
                                    

"Serahkan kue tart itu pada paman!" ucapnya lantang sembari menodongku dengan payung hitam kesayangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Serahkan kue tart itu pada paman!" ucapnya lantang sembari menodongku dengan payung hitam kesayangannya.

Oh Seokjin, pamanku yang paling bobrok. Yeah, bukan paman, sih. Karena kami semua tidak memiliki ikatan darah sedikitpun. Bahkan ayahku hanya teman dekatnya.

"Itu kue untuk Ally, ayah!"

Kepalaku tiba-tiba berdenyut nyeri setelah mendengar suara manis dari (seseorang yang seharusnya bocah perempuan berusia dua tahun tetapi memiliki postur anak remaja tujuh belas tahun) Aerilyn dan jangan lupakan kembarannya—Oh Soobin—yang sudah lebih dulu menarik adik kembarnya itu untuk duduk bersama di sofa. Soobin sama nakalnya dengan Aerilyn meskipun terlihat lebih kalem daripada Aerilyn yang cengengesan.

"Ally! Jangan terlihat seperti orang yang tidak pernah makan kue tart!"

Well, apa aku lupa mengatakan kalau adalah anak Soobin cukup galak? Dan itu menjadi salah satu alasanku menyukai Soobin—sebagai adikku, tentunya—karena hanya dia yang bisa membuat Aerilyn misuh-misuh di sofa.

Mau kuceritakan tentang mereka? Baiklah, mereka adalah kembar beda lima menit. Soobin dan Aerilyn. Punya sifat yang berbeda karena ibu mereka adalah seorang manusia. Soobin mungkin lebih memiliki sifat yang condong ke manusia ketimbang Aerilyn yang hampir persis memiliki sifat Seokjin—pamanku.

Sejak kecil, bahkan dari mereka lahir, mereka berdua sudah diserahkan padaku. Alasannya, ibu mereka yang meninggal karena tidak kuat melahirkan setengah manusia seperti mereka dan Seokjin yang galau ditinggal mati. Selama hampir satu tahun, kuhabiskan hari-hariku dengan mengasuh mereka yang—argh sangat nakal. Untung saja tahun berikutnya pamanku kembali pulang setelah menyelesaikan masalah patah hatinya ditinggal istri tercinta meskipun saat itu mereka sudah besar seperti anak 10 tahun, tak dipungkiri aku kesal sendiri karena Soekjin dapat enaknya saja dan tak merasakan rasa dongkol ketika mengganti popok mereka saat malam hari. Untung saja anak setengah manusia itu cepat tumbuh. Mereka bahkan saat ini memiliki fisik remaja tujuh belas tahun padahal umur mereka bahkan baru mau tiga tahun. Ajaib sekali.

Kalian tahu lagi hal yang mengejutkan?

Mereka akan sekolah di sekolah yang sama denganku nanti.

Di usiaku yang 250 tahun ini, aku akan sekelas dengan anak-anak usia dua tahun.

Apa kelasku akan jadi Taman Kanak-kanak?

——————————


Pontianak, 29 Juli 2021

ClandestineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang