Harum semerbak bunga tercium dari sebuah toko kecil di pinggir jalan kota Sitclow. Toko bunga itu terletak di antara deretan rumah-rumah elit milik berbagai bangsawan-bangsawan kaya di Sitclow.
Sebuah kaligrafi sederhana bertuliskan Drilley florist tercetak di sebuah papan berukuran lima puluh kali lima belas sentimeter, papan itu tergantung di atas tiang toko yang merambat sebagai rumah tempat keluarga kecil itu tinggal.
Pada awalnya toko bunga itu cukup ramai dikunjungi oleh para bangsawan-bangsawan di seluruh pelosok pulau Nightwing, namun semenjak kematian Coley Drilley, toko itu tampak sepi. Sang ayah yang notabene bekerja sebagai seorang pedagang pun hanya pulang tiga bulan sekali, satu hari itupun tak akan dihabiskannya sepenuhnya dengan kedua putrinya. Pagi-pagi buta dia akan pergi dengan sebuah koper tua di tangannya.
Kini yang selalu tampak di rumah itu hanya kedua putri mereka yang bernama Ruby Drilley dan juga Jennie Drilley. Mereka adalah kakak adik yang terpaut usia lima tahun. Ruby dan Jennie memiliki dua kepribadian yang bertolak belakang. Jika Ruby dikatakan salinan dari ibu mereka maka Jennie merupakan salinan dari ayahnya. Ruby memiliki sifat yang lemah lembut, penyayang dan juga penyabar, tapi tidak dengan Jennie. Wanita itu cukup kasar, pemarah dan sangat suka memberontak.
Seperti biasa, Ruby membuka toko bunga mereka tepat pukul tujuh lewat lima belas menit. Bagi Jennie itu terlalu pagi. Tetapi bagi Ruby semakin pagi mereka membuka toko maka semakin cepat pula pelanggan mereka akan datang. Tetapi seperti biasa yang akan terjadi adalah ekspektasi berbanding terbalik dengan realita.
"Jennie, bisakah kau menggantikanku menjaga toko, aku harus memasakan sarapan untuk kita!"
Teriakan Ruby terdengar dari toko bunga yang terletak di bagian depan rumahnya. Jennie tentu mendengar teriakan dari Ruby, namun dia tak menjawab, dia masih asik membaringkan tubuhnya di sofa coklat di ruang keluarga mereka.
"Aku mohon padamu Jennie Drilley!"
Tanpa disadari Jennie, Ruby sudah berdiri tempat di sampingnya. Nada suara wanita itu terdengar memelas. Dengan malas Jennie melangkahkan kakinya menuju toko.
"Beribu kali aku katakan padamu Ruby. Ini masih pagi, bahkan hantu di kota Sitclow inipun belum kembali ke kediaman mereka di bawah tanah. Menyebalkan sekali!"
Terlalu pagi, tentu saja. Matahari pun masih malas untuk memancarkan cahayanya. Jalanan di depan rumah merekapun masih sepi. Para bangsawan penghuni rumah-rumah elit di sepanjang jalanan pun masih terlelap dalam mimpi mereka. Tapi Jennie pun mengakuinya, para bangsawan itu tak perlu bangun terlalu pagi untuk mencari nafkah. Cukup ketika mereka bangun, bergegas dan masuk ke ruang kerja mereka dan menunggu para bawahan-bawahan terpercaya mereka membawakan setumpukan kertas-kertas untuk mereka tanda tangani maka dalam waktu yang tak lama uang akan mengalir dengan derasnya ke dalam brankas mereka.
Pikiran tersebut sudah sangat lama ditanamkan Jennie di dalam kepalanya. Ia tidak terlalu menyukai golongan bangsawan. Kebanyakan dari mereka memiliki sifat-sifat yang sangat dibenci olehnya, hampir sembilan puluh persen dari mereka sangat suka bertindak dan berbicara sesuka mereka tanpa memikirkan bagaimana perasaan lawan bicaranya, terutama dengan golongan-golongan seperti dirinya si pedagang.
Di sepenjuru pulau Nightwing ada empat barisan golongan. Di jajaran teratas adalah bangsawan, mereka yang memiliki koneksi luas di seluruh pelosok pulau Nightwing entah itu dalam bidang hukum ataupun perdagangan. Golongan ini tak banyak, tak sampai seperempat bagian dari jumlah manusia yang hidup di pulau tersebut.
Di jajaran kedua ada bawahan, mereka ini mungkin digolongkan pada bagian enak ke bawah tetapi tidak enak ke atas. Mereka bekerja pada para bangsawan, golongan ini terkenal dengan si penjilat pulau Nightwing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Valley Of Romance
Fantasy[Adult Romance] Golongan bangsawan adalah sesuatu hal yang paling Jennie benci, tetapi apa jadinya jika Tuhan menggariskan hidupnya sebagai budak dari seorang bangsawan di pulau Nightwing.