PACAR

61 12 1
                                    

"Kan kamu tinggal jawab iya kaya semalem"
"Kok kamu maksa, aku bikin Surat cerai nih"

Belum lama lagu Tanjung mas ninggal janji terdengar, ibu muncul dari dapur, memasang raut wajah resah
"Teman mu asep semalam kemalangan"
"Kenapa bu? "
"Tertabrak geng motor, sekarang di rumah sakit"

Setelah ganti baju dan solat ku putuskan menuju rumah sakit, tak perlu mandi nanti juga kotor lagi.
Ini senja yang menyedihkan, harus di cap bajingan dengan alasan yang entah, dan kawanku di rumah sakit.


Tiba di rumah sakit ku jabat tangan ibu asep yang masih duduk di dekat ranjang nya,melihat ku masuk ibu asep pergi.
"Sehat mas? "
Ucapku sembari melihat tangan, kaki, dan kening nya yang di perban. Mata Kanan yang ungu di sekelilingnya, terlihat seperti maling kena amukan masa.


"Alhamdulillah" balasnya yang sedikit lemah tapi tak jauh dari suara aslinya.
Aku tau dia orang kuat, kawan yang bisa di bilang anti bacok dan tahan banting.

Sudah beribu kali jatuh dari pagar, jatuh dari atap bis, terjun dari tebing, kami rasakan, pernah aku hampir mati dan sedikit patah tulang, dan dia masih hidup sehat wahafiat.
Mungkin ini sedikit latian dari tuhan.

"Kenapa bisa begini sep? "
"Semalam pulang habis urusan sama orang pasar, gas tipis-tipis ternyata di ujung ada yang sedang balap liar"
"Lukamu kaya maling kotak amal di hakimi warga"
"Ya begini, sudah mental, kena aspal, ah sedih di ceritakan"
"Buat otot sep"



Tak ku ceritakan tentang yoga yang terlibat dalam kemalangan yang di alami asep. Selain aku malas membahas nya buat apa juga membanggakan kawan yang mencelakakan kawanku?


"Bagaimana nasib cintamu? " asep memang tidak suka di kasihani, dan orang yang peduli.
Ceritaku yang sudah kemarin-kemarin saja masih di ungkitnya.

"Ahhh ini kan kamu topik nya jangan bahas itu, tanganmu masih bisa buat main ps? "
"Masih malah tambah pro"
"Mantap"



"Makan mu bubur ya sep? " tanyaku melihat nampan makanan khas rumah sakit yang baru habis setengah.
"Iya rasanya ngga ke timur ngga ke barat, ngga jelas"
"Ku suapi sep biar jelas"
"Nanti muntah aku"
"Oh iya ini dari ibuku, nasi, tumis kangkung ,tempe, tahu, sama sambel teri, ada pete juga" ucap ku memberi rantang isi masakan ibuku.



"Wahh repot-repot, kalau ini jelas enak arahnya" raut bahagia terlihat di wajah asep.
Waktu sd dulu asep, aku, farhan, rian, sering bermain bersama, kadang makan di rumah ku kadang makan di rumah asep, di rumah ku andalan nya tumis kangkung dan sambel teri, di rumah asep sayur asem.


Farhan anak orang kaya yang kadang di marahi bermain bersama kami, kalau rian memang hobi makan,hidup bersama nenek nya, ayah ibu nya sudah lama meninggal.



Farhan pindah ke luar kota ,karena ayah nya ada urusan kerja, rian juga sudah merantau entah kemana.
Tinggal kami berdua, walau harus jarang bertemu karena aku yang pura-pura sekolah, dan asep mencari nafkah.


Ibu asep datang, ku akui dia masih sama seperti dulu kuat menghidupi asep seorang diri, dan kini merawat nya di keadaan begini.
"Saya pulang dulu ya bu udah mau maghrib"
"Solat di sini dulu aja kal"
Ada benar nya juga. Kata ibu ini waktunya setan berkeliaran,nanti di culik kunti terbang kan repot.
"Iya bu"



Jadi imam dengan asep dan ibu nya yang jadi makmum, aku sedang memilih surat yang sekiranya keren di baca selain al ikhlas dan al kausar, tapi tak ada pilihan, ku pakai itu saja, dari pada al baqarah.



3 rakaat berlalu aku pamit pulang dulu.
"Maaf ya bu cuma bisa bawa nasi, buah nya busuk semua hehe"
"Iya makasih ya kal, salamin buat ayah ibumu"
"Iya bu, assalamualaikum"
"Waalaikumslam"




KALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang