Baru ku sadari kami hanya bersama untuk sekedar tertawa, tidak untuk saling mengenal.
"Wah jagoan kita"
Masih dengan plester di kening, dan lebam di ujung bibir, sorak sorai menyambutku di ambang pintu kelas di komandoi putra yang juga punya lebam di bagian alis nya."Wah repot-repot bapak ibu"
Ucapku sambil duduk dan tercengang mendapati tidak hanya putra yang lebam namun juga beberapa penghuni baris belakang."Ini kenapa ini, ada lebah nyasar? "
"Iya, main-main sama sarang lebah kal"
"Kenapa si put"
"Ya lebah, ya tawon"
Pertanyaan ku hanya di balas pertanyaan oleh putra."Heleh itu loo kal, kemarin kan kamu di kroyok Raish kan? Nah ini si geng belakang bales dendam sama mereka, berantem gitu abis pulang sekolah, untung ngga ketauan pak yahya"
Laras dengan penjelasan pro nya dengan baik hati menceritakan yang sebenarnya."Bener put? "
"Ya gimana ya, itu bukan urusan perbucinan kamu, ini urusan teman"
Ku pandangi satu-satu wajah mereka yang jadi serupa dengan ku."Wahhh aku bawa hansaplast sama betadine nih kali aja butuh"
Terharu dan ingin tertawa melihat kejadian ini, mirip Film di tv tapi ini asli.
"Alah biar saja babak belur nya di lihat pak yahya, di lihat seluruh sekolah"
Putra yang anak orang kaya ini berubah jadi preman pasar logat bicaranya."Terharu aku put"
"Kamu juga harus liat Raish sama temen nya yang di pulangkan karena pengeroyokan"
"Kok kalian ngga? "
"Kan kita menegakan keadilan"
"Pakai cara kekerasan tapi put"
"Pakai cara lelaki kal"Walau banyak jalan menuju kebaikan, apa gunanya tangan kalau bukan untuk baku hantam?
Kalau yang katanya menang urusan otak saja tidak bisa pakai otak.
Kita yang pakai ngga punya otak wajib balas pakai urat."Itu pakai lipstick nomor berapa? Kok di pakai di muka? "
Tanya bu bahasa indonesia yang sudah duduk di singgasana.
"Nomor tiada tara bu" jawab putra mengundang tawa kami semua.Dari sini aku tau, kalau otak pintar Raish cuma menang logika tapi lemah teori.
Bahkan dia bodoh masalah hidup.
Dan aku bersyukur di dekatkan pada kawan yang sok jagoan tapi memang jagoan.
Menuju kantin setelah di tinggal putra untuk sekedar memastikan di kelas Raish benar-benar tanpa hadir nya.
"Kamu kenapa kal? "
suara yang ku harap aku sudah lupa, kembali terdengar di telinga. Bina.
Dia benar peduli atau pura-pura?
"Jatuh kemarin"
"Di kroyok raish? "
"Nah itu tau" ucap ku ketus tanpa memandang nya dan sibuk menata rambutku.
"Cepet sembuh kal"
Belum sempat ku balas sudah hilang dia dari pandangan.Penting apa si bajingan ini hidup atau mati.
Peduli apa dia bilang aku sembuh atau sekarang mati.
Kemana kata-kata kemarin? Tentang aku harus menjauh? aku buruk untuk nya?"Kala"
Ahh ini suara yang tak lepas di ingatan di pikiran di segala kehidupan.
"Kenapa yun?"
Diam sebentar ,memindai wajahku,lalu mengeluarkan sesuatu dari saku.Menarik pelan hansaplast yang sudah sedikit mengelupas ujung nya dari kening ku,meniup pelan, lalu menggantinya dengan yang baru.
"Yes beres"
"Haha ini gambar nya apa yun? "
"Dinosaurus tapi adanya pink"
"Hahaha oke, keren?"
"Kereen banget parah,ayo foto bareng dulu kal"
"Oke"Setelah cekrak cekrek yang kami abadikan.
"Eh kal, aku mau ngomong nih"
Ini serem banget di denger nya, ada banyak pertanyaan yang sedang ku tebak tanpa ingin bertanya.
"Apa? " pada akhirnya ku putuskan bertanya atas dasar aku memang ingin tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA
Teen Fiction"Tau nama ku aja dulu, kalau udah nanti juga jatuh cinta" "Jatuh cinta itu ngga perlu banyak gaya, tinggal jatuh aja"