Prolog

35 2 6
                                    

Seorang wanita sedang terbaring di atas katil dan tidak bergerak. Kaku. Suasana di bilik tidur itu sungguh suram. Kedengaran juga tangisan dari dua anak beranak. Walaupun tidak kuat, akan tetapi sungguh menghibakan. Seorang gadis umur dalam lingkungan tiga ke empat tahun menangis mengejut ibunya yang sudah meninggalkan dunia ini buat selamanya. "Mama... wake up! Its already morning. You promised me to go to the park with daddy. Wake up!"

Ayahnya mengangkatnya sambil memeluknya rapat. "My little princess... Mama is already gone... she will not be here with us anymore. She already died." 

"What do you mean? She is there..." merengek anak kecil itu.

"Aurora... do you want to have an adventure with nanny?" Tanya neneknya.

"Yes! Can I, daddy?" Tanya gadis itu kepada ayahnya. Ayahnya mengangguk dan meletakkan gadis kecil itu di bawah.

Tangan kecil gadis itu memegang tangan neneknya yang membawanya keluar berjalan. Ayahnya mengerti apa yang dimaksudkan dengan pengembaraan. Pengembaraan yang membawa kita semua ke satu dunia lain. Satu kuasa yang jika ditunjuk oleh manusia biasa sudah semstinya akan dipandang pelik dan aneh. Mungkin jika diketahui akan di jadikan seperti bahan eksperimen.

"Listen here, Aurora. In this world, there are four elements. Earth, water, air and fire. Each element can only by master one person each. But... some people. The chosen people can control all elements. We call it Kexia. There are evil people that want each element for creating destruction in this world... Your mother died because protecting those elements. She is one of the Kexia." Nenek Aurora berhenti sejenak mencari nafas.

"Mom! We need to move out from London. We need to go to Malaysia. Now!" Kata ayah Aurora tergesa-gesa. Selasai berkata dia mengemas barang-barang Aurora.

"You go. Someone has to leave behind. They need to see that our family has gone. They don't know you and my daughter-in-law has any kid." Ucap nenek Aurora.

"Mom!" Keluh Ayah Aurora. Dia memeluk ibunya rapat. Akur dengan keputusan ibunya.

"Come Aurora." Ayah Aurora mendukung Aurora lalu terbang ke udara dan ditelan oleh kepulan awan awan yang tebal. 

Sebelum dia menghilangkan diri dari pandangan umum dia memandang rumahnya yang sudah diletupkan. Dia sempat nampak yang maknya sedang ditikam oleh seorang laki yang berjubah hitam. Ayahnya tidak dapat melihat muka pembunuh itu tapi matanya sempat bertemu. Anak mata pembunuh itu berwarna merah menyala. 

"Daddy what happen? Why are we flying?" Tanya Aurora yang masih tidak mengerti apa-apa. Pertanyaan Aurora menyebabkan ayahnya kembali memfokuskan perhatiannya kepada Aurora.

"Daddy will tell you everything later. Now go to sleep." Kata ayah Aurora. Dia menutup mata Aurora dan dalam masa sama dia sudah melupakan ingatan Aurora akan kejadian tadi. Dia tidak mahu terjadi trauma terhadap anak kesayangannya itu. Dia sudah mengubah suai memori Aurora dan dia sudah menetapkan pada waktu bila memorinya akan pulih.

AuroraWhere stories live. Discover now