Tiga

40 1 0
                                    

Hari ini Afan dan Azana akan meeting bersama bunda Aruna. Pertemuan itu untuk mendiskusikan pilihan mereka berdua tentang semua persiapan pernikahan.

Awalnya bunda Aruna menolak diikut sertakan dalam pilihan acara pernikahan anaknya itu. Tapi bagi Afan, pilihan bundanya yang utama.

Bahkan setelah akan menikahpun, Afan tetap bocah kecilnya bunda Aruna yang selalu minta dipilihkan.

Namun, semua itu tak berlaku bagi Azana. Dia merasa tak perlu keputusan bunda Aruna yang diprioritaskan, karena ini tentang dia dan Afan saja.

Perbedaan keinginan seperti itu seakan menampakkan siapa Azana sebenarnya.

Tapi sejujurnya tak semua salah Azana, hanya caranya yang terkesan menyakiti.

"Bunda, Afan sama Azana rencananya mau pesta di Hotel Alaya bun sekalian undang artis ibukota" Begitulah Afan membuka pembicaraan ketika sudah duduk berhadapan bertiga.

Setelah suara Afan terhenti, bunda Aruna terdiam sejenak. Hotel Alaya adalah salah satu hotel termewah Indonesia dan terbaik di Asia. Sejak kapan putranya ingin bermegah-megahan seperti itu. Dia teringat, dulu Afan hanya ingin menikah sederhana saja. Uang untuk pesta mewah yang sebenarnya dia mampu akan disumbangkan untuk orang kurang beruntung.

Tapi kenapa kali ini tiba-tiba berubah?

"Maksud Afan, gelar pesta mewah di hotel nak?" Bunda Aruna seakan lebih menegaskan lagi ingin anaknya itu.

Azana yang sejak awal punya ingin seperti itu. Afan sudah berulang kali meminta agar sederhana saja, namun selalu ditolak. Karena dia terlalu cinta Azana, terpaksa kali ini Afan mengalah. Lagian hanya untuk sekali ini saja.

"Hanya sekali seumur hidup bunda" Afan terlihat kehilangan kata-kata.

Sejujurnya Afan juga tidak setuju untuk pernikahan mewah yang tidak lain hanya untuk dunia. Tapi dia tak kuasa membantah Azana yang telah mati-matian dari dulu untuk ini. Azana kerja keras demi sebuah pernikahan impiannya sejak kecil.

"Bunda tidak pernah mau ikut campur sebenarnya. Tapi kalau inti pernikahannya saja sudah tak berada pada jalurnya, bunda tidak setuju" Bunda Aruna mulai goyah.

Bagi bunda Aruna, tidak ada gunanya pernikahan mewah. Pestapun juga tak ada gunanya. Tapi zaman anaknya, tak mungkin pesta dihilangkan. Jadi cukup baginya pesta pernikahan sederhana saja di rumah ataupun gedung biasa.

Detik itu juga bunda Aruna seakan kehilangan anaknya. Bukan lagi Afan yang dia asuh sejak kecil.

"Bunda, pernikahan ini sebenarnya Azana yang minta. Sejak kecil, Azana mau pesta keren sekali seumur hidup dengan jerih payah Azana. Bukan uang Afan semua bun, Azana juga kebagian" Azana terlihat bicara dengan berhati- hati. Dia takut akan menyinggung bunda Aruna.

Dalam hati, Azana mulai tak suka pada bunda Aruna. Dia tak mau punya mertua yang ikut campur seperti itu. Awalnya, Azana berpikir bunda Aruna akan manut saja dengan pilihan anaknya. Karena bagi Azana, bunda Aruna telah sempurna untuk Afan sebelumnya. Begitu manis. Tapi sekarang terlihat seperti mertua yang menyebalkan.

"Aza, bunda bukannya melarang impian kecilmu. Tapi bagi bunda, juga Afan yang sudah bunda didik sejak kecil, tidak ada waktu untuk bermegah-megahan seperti itu. Mubazir. Lebih baik uangnya disumbangkan nak."

Sejak awal bunda Aruna tau calon menantunya memiliki hidup yang terlihat mewah. Tapi baginya saat itu, semua akan bisa diperbaiki dengan berjalannya waktu. Tak pernah ada dipikirannya, bahwa pernikahan yang akan menjadi awal dari semuanya yang justru jadi masalahnya.

Demi BaktikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang