Sembilan

52 2 0
                                    

Sudah seminggu Afan dan Azana pisah kamar. Tak ada yang mengalah seorangpun. Keduanya merasa benar dengan sesuatu yang tak disukai pasangannya.

Afan terlalu sering mengalah. Kali ini tidak waktunya lagi. Sampai kapan dia akan terus begini? Sedangkan Azana memang tak akan pernah berubah. Dia merasa bukan Azana yang cocok jadi pendampingnya.

Bagi Azana, dia juga tak mau disalahkan. Dia suka bisnis. Bahagianya dengan bekerja. Tidak ada yang bisa melarangnya. Sekarang, dia merasa tambah tak nyaman dengan Afan.

Afan bingung mau minta pendapat sama siapa. Andai Azana punya keluarga, dia bisa curhat sama keluarga Azana tentang semua yang Afan tak terima.

Akhirnya Afan pulang ke rumah bunda Aruna. Dia yakin bunda Aruna tetap akan netral meskipun dihadapkan tentang Azana dan Afan.

****


"Assalamualaikum bunda." Afan langsung masuk ke rumah banyak kenangan itu lewat pintu belakang. Dia yakin jam segini pasti bunda Aruna sedang memasak.

"Waalaikumussalam nak." Sambut bunda Aruna dengan begitu bahagianya bak mendapat surprise.

"Lagi apa bun?" Tanya Afan sambil memeluk bunda Aruna.

Pelukan yang telah lama tak dirasakan keduanya. Ternyata Afan masih tetap manis.

"Ini lagi bikin kue kesukaan kamu. Bunda kangen nak." Tiba-tiba bunda Aruna menangis bahagia.

Setiap malam wanita cantik itu selalu menangis karena rindunya tak sampai. Sekarang, semuanya terobati. Tangisnya berubah menjadi bahagia.

"Afan juga kangen bunda." Afan semakin erat pelukannya.

Kemudian Afan menemani bundanya di dapur sampai semua makanannya selesai dimasak.

****

"Kamu mau cerita apa sayang?" Tanya bunda Aruna sambil tiduran di kamar lama Afan.

"Afan kayanya mau selesai aja sama Azana bun." Jawab Afan lesu.

"Selesai maksudnya? Kamu mau cerai?" Bunda Aruna begitu terkejut.

"Afan udah kehabisan cara bun. Azana selalu sibuk gak punya waktu sama Afan. Terus Azana selalu cemburu Afan lebih mentingin bunda. Apapun alasannya bunda memang harus yang utama. Udah dijelasin sama dia, tetap aja gak pernah mau mengerti bun." Afan bercerita sambil menatap mata cantik itu.

Rumah tangga Afan memang tidak punya masalah besar seperti perselingkuhan ataupun masalah ekonomi. Tapi, hal kecil itulah yang membuat semuanya berjalan tak  sempurna. Tanpa adanya waktu bersama, rumah tangga akan sulit rukun. Meskipun sudah memiliki istri, seorang ibu akan selalu menjadi yang pertama.

Kenapa Azana bisa berlaku tak adil dengan bunda Aruna?

Sejak kecil, bunda Aruna yang menjaga dan merawat Afan dengan penuh cinta. Bahkan menjadi seorang ibu sekaligus ayah setelah suaminya meninggal. Wanita itu tak pernah marah sekalipun sama Afan, bahkan saat Afan sakit, bunda Aruna yang duluan menangis. Dia selalu manis sama Afan, meskipun ketika Afan berbuat salah. Karena doanya juga, Afan bisa meraih suksesnya.

Tak pernah pantas jika Azana harus disamakan dengan bunda Aruna, apalagi meminta untuk didahulukan dari bunda laki-laki tampan itu.

"Coba sekali lagi nak. Jangan terlalu cepat mengambil keputusan. Sepertinya bunda juga udah mulai jarang gangguin kamu, kenapa masih belum berubah Azananya?"

"Entahlah bun. Afan udah gabisa mendidik Azana. Dia terlalu keras kepala dengan semua ambisinya. Dunia terlalu dikejar bun. Apalagi soal bunda, Afan gak akan pernah bisa mengalah tentang itu"

Bunda Aruna adalah prioritas utama Afan di dunia ini. Apapun mintanya, selalu Afan lakukan meskipun merasa tak mampu. Demi wanita itu, Afan siap berkorban jiwa dan raga. Apalagi hanya untuk meninggalkan Azana yang begitu nyata menjadi dinding dalam baktinya.

"Semuanya tetap keputusan Afan. Bunda hanya bisa ngasih saran nak. Menurut bunda, coba aja lagi semuanya. Perceraian itu dibenci Allah nak. Kalau bisa diperbaiki, usahakan sayang."

Bunda Aruna sedih anaknya akan menyerah dari janji suci yang pernah terucap. Tapi dia juga tak tega Afan terus-terusan tak bahagia dalam pernikahan itu.

Doa panjangnya selalu dihadiahi untuk Afan, apalagi dalam masa-masa sulit ini. Bunda Aruna memohon yang terbaik dari pemberi solusi yang tak pernah salah.

"Iya bun. Afan akan coba sekali lagi. Afan bakalan ngomong sama Azana untuk memperbaiki semuanya. Afan minta doanya selalu bunda." Ucap Afan yang kemudian mencium lembut kening bunda Aruna.

****

Demi BaktikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang