Satu

78 3 0
                                    

"Bunda, besok Afan mau kenalin Azana sama bunda. Kira-kira jam berapa ya bun diajak kesininya?" Afan duduk di samping bundanya.

"Terserah kamu nak. Jam berapa kamu kosong ajak aja kesini. Bunda di rumah aja sayang" Ucap bundanya sambil mengelus lembut rambut hitam Afan.

Afan Pratama. Laki-laki mapan juga tampan itu bekerja sebagai manager di sebuah perusahaan di pusat kota. Meskipun kehidupannya di atas rata-rata, Afan tetap hidup sederhana. Uang yang bisa dibelanjakan untuk menunjang kehidupannya agar terlihat mewah, dipilih Afan untuk disumbangkan ke panti asuhan dekat rumahnya. Afan hanya mengambil secukupnya, selebihnya untuk oranglain yang kurang beruntung.

Afan terbiasa memiliki sifat penyantun turunan dari ayah dan bundanya. Didikan orangtuanya begitu melekat pada putra satu-satunya itu. Tak pernah sekalipun Afan melangkah di luar restu orangtuanya dan dia selalu menyenangkan hati keduanya.

Sekarang Afan hanya tinggal berdua dengan bundanya. Ayahnya meninggal sejak dia berumur 15 tahun. Bundanya bernama Aruna. Wanita yang berumur 55 tahun itu tak pernah kehilangan cantik di wajahnya.

Di umur 27 tahun ini, Afan sudah memiliki wanita yang ingin dia ajak serius setelah mengenalnya selama setahun belakangan. Wanita itu bernama Azana Humaira. Wajahnya yang cantik menyejukkan setiap mata.

Afan berniat ingin mengenalkan Azana pada bundanya. Sebelum pertemuan itu, Azana sudah banyak mengenal bunda Aruna lewat ribuan cerita. Azana begitu paham, Afan terlalu cinta bundanya.

"Jam makan siang aja ya bunda, biar Azana bisa makan disini"

"Boleh. Nanti bunda masakin kesukaan kamu ya nak"

Bunda Aruna terlalu suka memasak sejak remaja. Apapun yang dimasak, selalu tak pernah mengecewakan. Ketika Ayah Afan masih hidup, dia tak mau ketinggalan apapun yang dihidangkan bunda Aruna di meja makan. Meskipun waktunya tak memungkinkan menyantap di rumah, dia selalu dibekali bunda Aruna.

Keluarga kecil ini jarang sekali makan di luar. Ayahnya Afan yang selalu menolak. Ketika ada moment spesial, rumah disulap layaknya restoran agar terlihat lebih romantis. Tapi tetap masakan bunda Aruna yang selalu di tunggu.

Tak heran jika Afan tumbuh bergantung dengan masakan bunda Aruna. Sejak dia lahir hingga dewasa kini, bisa dihitung jari dia makan di luar. Meskipun selalu makan di rumah, tapi Afan tetap menyantap makanan beragam yang lebih dulu dipelajari bunda Aruna dengan tekun. Bunda Aruna gigih belajar agar anaknya tak ketinggalan mencoba makanan hits dikalangan teman-temannya. Lebih baiknya, bunda Aruna memasak tanpa banyak tambahan penyedap yang tentunya tak sehat.

Afan yang terbiasa masakan rumah, menjadi tak bersahabat dengan masakan yang dijual di luar, apalagi tempat sembarangan. Tak jarang Afan jatuh sakit hanya karena makan di luar. Terkadang ketika Afan harus ketemuan dengan rekannya di cafe, dia hanya minum seadanya tanpa makan. Ciri khas Afan di mata semua rekannya.

Ketika Afan hendak mencari pendamping hidupnya, bunda Aruna hanya punya satu keinginan sejujurnya. Wanita yang bisa memasak.

"Siap bundaku. Semoga bunda suka ya sama Azana" Afan kemudian memeluk bundanya sambil menatap lembut mata wanita itu.

"In sya allah bunda suka setiap pilihan kamu nak" Jawab bunda Aruna dengan senyum khasnya.

****

"Aza, nanti kita ke rumah aku ya. Bunda mau masakin makan siang buat kita, sekalian kenalan sama bundaku" Ajak Afan ketika berpapasan sama Azana sebelum masuk ke ruang kerjanya.

"Boleh. Nanti kamu telpon aja kalo udah mau jalan ya" jawab Azana sambil terus berjalan.

Azana Humaira. Gadis cantik itu satu kantor dengan Afan. Sekarang Azana hidup seorang diri. Orangtuanya sejak kecil berpisah dan dia dititipkan pada tantenya yang beberapa tahun lalu telah meninggal dunia. Azana terbiasa hidup tanpa kasih sayang. Sejak mengenal Afan, Azana merasakan hati yang tulus peduli padanya. Namun, kepribadian mereka tak banyak sama. Azana sosok perempuan pekerja keras yang mengagungkan uang, sedangkan Afan tak pernah peduli tentang pentingnya harta. Tapi entah kenapa, mereka setuju untuk melangkah bersama. Ada keyakinan, suatu hari semuanya bisa dipadukan.

Demi BaktikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang