11

5.3K 157 62
                                    

Bagas perlahan turun dari panggung menghampiri alletha dengan satu bucket bunga mawar ditangan, lighting panggung meyorot ke arah Bagas. Semua mata tertuju padanya.

Ada raut kekecewaan di dalam diri Alvaro, seandainya ia dulu tidak terlambat, seandainya ia mampu bergerak lebih cepat mungkin semua ini tidak akan terjadi. Di benaknya hanya sebuah penyasalan dan kekecewan. Apapun yang terbaik buat Al, selagi dia bahagia gw pasrah dan ikut senang batin Alvaro

Ferro menatap pemandangan di depannya ini dengan tatapan dingin dan sulit di jelaskan, namun disisi lain hatinya terasa begitu bergejolak, seperti air mendidih.

"don't cry Al" ucap Bagas sambil menghapus sebelah air mata wanita di depannya itu.

Bagas merasa menang hari ini karena berhasil membuat gadisnya senang terharu, inilah penantian Bagas selama ini. Menjadi kekasih Alletha yang sesungguhnya. yes She is mine

"maukah kamu menjadi teman hidupku Al?"

sejujurnya Alletha menangis terharu hingga meneteskan air mata, bukan karena tindakan bagas yang begitu romantis bagaikan pangeran pangeran yang ingin melamar tuan putri nya. Tapi ia membayangkan sosok bagas yang ada di depanya ini adalah ferro, sungguh beruntungnya ia jika Ferro lah yang menggantikan sosok Bagas.

namun kenyataannya itu hanyalah khayalannya saja, semua terasa begitu mustahil.

"bagas, aku gabi-"

belum sempat Al meneruskan ucapannya itu, Bagas tiba tiba mencium bibir Alletha, hingga membuat bibirnya tertutup. sontak mebuatnya kaget, jantungnya berpacu hebat, ciuman pertamanya diambil oleh orang lain, bukan Ferro.

"bajigan" kata kata itulah yang keluar dari mulut Ferro, dengan kemarahan yang tersirat di hatinya. Ferro meninggalkan pesta itu dengan kekesalan yang menyelimuti hatinya.

"Memang benar cinta itu munafik, bajingan semua". Ferro menyesali kedatangannya ke acara pesta itu

para tamu undangan terkejut melihat pemandangan di depan mereka, terlebih Alvaro dan kedua oran tua Bagas. namun orang tua bagas tidak begitu mempermasalahkannya karena mereka menyadari bahwa bagas kini sudah tumbuh dewasa. Ibunya berfikir bahwa gen papanya memang terbukti menurun ke anak sulungnya itu.

Alletha melepaskan ciuman singkat itu dengan air mata dan raut kekecewaan, yang membuat bagas merasa bersalah setengah mati. Allteha pergi meninggalkan bagas di tengah keramaian itu.

"Al tunggu" teriak bagas

Alletha lari secepat mungkin dengan masih menggunakan hils runcing nya itu, Bagas pun kehilangan jejak .

Al merasa lega akhirnya pria itu tidak mengejarnya lagi

saat ini yang ada di otaknya adalah pulang, ia tak tahu jalan pulang, yang jelas lokasi saat ini memang sangat jauh dari tempat tinggalnya. ia pun terus berjalan tanpa memikirkan kakinya yang sudah bengkak akibat hils nya itu.

Al pun terjatuh karna tak tahan dengan kakinya, memang sudah dua jam ini ia berjalan menggunakan hils itu. ada banyak luka lecet di bagian jarinya dan mata kakinya berdarah.

Sampai akhirnya berhentilah sebuah mobil sedan hitam berhenti di depannya, dan pemiliknya pun keluar dari mobil dengan segara.

"kamu Alletha?"

"yang di panti asuhan itukan?" lanjutnya

"ka Azkar"

Azkar menatap Alletha tak percaya, gadis yang ia lihat saat ini berbeda jauh dengan saat pertamakali bertemu. Dia sangat cantik dan elegan dengan dressnya itu, hanya saja terlihat bersedih dan kelelahan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY HUSBAND IS MY CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang