Seorang gadis cantik sedang menggeliat diatas kasur sambil menerjap-nerjapkan matanya menyesuaikan cahaya matahari yang masuk ke indra pengelihatannya.

Tangannya naik keatas nakas dan memeriksa sebuah alat canggih, yang tak lain lagi adalah ponselnya.

Ia membulatkan matanya saat melihat jam sudah menunjuk pukul 08.00 pagi sedangkan pada jam 09.00 nanti ia memiliki jadwal kelas.

Sherly langsung bergegas dari kasur dan membersihkan dirinya kekamar mandi. Jika saja hari ini tidak ada kelas pagi, mungkin saja ia akan melanjutkan tidurnya yang bisa terbilang cukup singkat itu.

~~~

Ya.. tadi malam aku bergadang untuk menyelesaikan tugas kuliah agar dapat segera mengumpulnya hari ini. Walaupun jarak deadline masih jauh, bukan Sherly namanya yang selalu menunda-nunda. Ia akan menyelesaikan pekerjaannya agar dapat bersantai setelahnya.

Selesai membersihkan diri Aku langsung turun kebawah untuk sarapan. Sepi dan sunyi, ya.. dua kata itu cukup untuk mendeskripsikan keadaan rumahku saat ini. Tapi Aku sudah cukup terbiasa dengan keadaan seperti ini.

Jika kalian bertanya bagaimana dengan orang tuaku saat ini. Ibu sudah meninggal saat Aku masih dibangku SMA, dan Ayah pergi setelah menikah lagi dengan seorang wanita muda dan kaya.

Sherly bisa dibilang anak yang cukup pintar. Setelah lulus SMA ia mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di Korea.

Awalnya aku mengira akan menyendiri ketika menetap disini. Tapi itu salah, aku dipertemukan dengan seorang teman yang baik. Namanya adalah Kinara, kami sudah bersahabat sekitar 1 tahun yang lalu, waktu pertama kali berjumpa dikampus.

Selesai menyantap makananku, aku langsung menggambil tas dan bergegas untuk berangkat.

Jarak rumah dengan kampus terbilang cukup dekat, karena itu berjalan kaki adalah pilihan yang tepat. Hitung-hitung membakar lemak haha

~~~


Entah hari ini adalah hari sialnya atau emang ada orang yang sengaja mengganggunya. Saat sedang asik berjalan tiba-tiba ada mobil yang melewatinya dan berpapasan sedang ada genangan air dipinggir jalan.

syurr..

Baju ku basah terkena cipratan air, dan setauku cukup susah untuk membersihkan noda ini, apalagi aku sedang menggunakan baju putih polos. "Oh.. ayolah aku ingin pergi kekampus kenapa malah mendapat bencana seperti ini." Aku menggerutu kesal dalam hati dan menyumpah serapahi orang yang sudah mengotori bajuku saat ini.

Dengan sisa waktu yang ada, aku pergi ke toko baju terdekat untuk mengganti bajuku yang kotor ini. Bagi kalian yang mengira aku adalah anak orang kaya, maka kalian salah besar. Aku selalu membawa uang simpanan jikalau ada hal yang mendesak. Dan caraku mengumpul uang itu sendiri dengan menabung hasil dari bekerja paruh waktu.

kringg..

Suara dentingan lonceng terdengar saat aku membuka pintu. Para pelayan menyambutku dengan sangat ramah "Annyeong, selamat datang ditoko kami" ucap pelayan itu sambil menunduk hormat.

"Terima kasih" ucap ku tersenyum sebagai jawaban.

Tidak menunggu lama, aku langsung membeli baju untuk kupakai dan membawanya kekasir. 

"Berapakah harganya?" tanyaku kepelayan.

"Harganya 5 won nyonya"

Aku langsung mengambil uangku didalam tas. Tunggu.. Seketika aku panik, dompetku tidak ada di dalam tas. Kemana hilangnya barang itu, aku yakin sudah menaruhnya disana. Tidak mungkin jika tertinggal dirumah.

Lama berkutit dengan tasnya itu, tiba-tiba seorang laki-laki datang dan memberikan kartu debitnya ke kasir. "Biar saya yang bayar" ucapnya.

Tampan

Sekiranya itu kata yang sempat terlintas di benakku saat menatap pria itu. "Ah..tidak perlu, aku bisa membayarnya sendiri" ucapku sambil tersenyum kikuk.

"Kurasa kau tidak membawa dompetmu?" ucap pria itu sambil menerima kembali kartu dari pelayan tersebut dan pergi meninggalkanku yang masih terdiam ditempat.

"Hey, terima kasih" Teriak ku yang mungkin sudah tidak terdengan oleh laki-laki itu.

Aku langsung mengganti pakaian yang basah tadi dengan baju yang baru saja ku beli.

'take my hands now.. you are the cause of my euphoria'

Ponselku berdering, aku langsung mengangkatnya tanpa melihat nama sang penelepon.

'Hey, pabo. Kau dimana, sebentar lagi kelas akan dimulai dan kau masih belum juga tiba. Jangan bilang kau masih berkutit dengan ranjangmu itu. Jika iya, aku tidak akan segan untuk mematahkan lehermu'

Aku kembali menarik ponsel ku dari telinga, ternyata yang menelponku adalah Kirana. Huh.. rasanya gendang telingaku hampir pecah mendengar teriakannya, ditambah suaranya yang sangat cempreng.

"Ya ya, ini aku sedang di jalan. Tunggu 5 menit lagi."

Tidak ingin membuang waktu lama, aku langsung bergegas agar tidak telat masuk kelas dan tidak mendengar omelan dari sahabatnya itu lagi.

~~~

Kelas pagi sudah selesai, aku dan Kirana pergi kekantin untuk mengisi perut sekalian bersantai. Dan tentu saja kali ini Kirana yang traktir.

Ah.. aku masih berfikir apakah hari ini adalah hari sial atau beruntung bagiku. Dengan baju yang terciprat tadi pagi membuatku dapat bertemu dengan seorang laki-laki tampan. Dan dengan dompet yang tertinggal, aku tidak perlu mengeluarkan uang untuk hari ini.

muka Sherly be like : 😏

"Hey, apa yang kau pikirkan?"

"Eh, tidak ada apa-apa hehe.." ucapku langsung tersadar dari lamunanku tadi.

"Kau yakin?"

"Tentu saja"

Kirana hanya ber-oh-ria sambil menyantap sandwich yg dia beli tadi.

Saat sedang asik melihat sekitar kantin, mataku tiba-tiba menangkap sosok lelaki duduk dibarisan paling pojok kantin, aku merasa familiar dengannya.

Tunggu dulu, sepertinya aku mengenal pria itu.. Tentu saja itu pria yang membantuku tadi pagi.

"Na, apakah kau mengenal laki-laki itu?" tanya Sherly sambil menunjuk pria yang dia maksud.

"ha? kenal lah, namanya Dean. Satu angkatan dengan Devan, emangnya kenapa?"

"ohh, Devan mantanmu itu bukan? gpp kok ehe"

"Ya.. jangan membahasnya lagi. Ekhm.. omong-omong apakah kau menyukainya?" goda Kirana dengan alisnya yg dinaik-turunkan.

"Jangan bercanda Na, aku saja tidak mengenalnya. Hanya tidak sengaja bertemu waktu berangkat ke kampus"

"ohh jdi itu alasan kau telat kekampus? cih"

"Yaa.. jika saja aku tidak bertemu dengannya, sepertinya aku tidak akan datang ke kelas hari ini"

"Haha.. baiklah. Perlu kau tau, banyak gadis yang menyukainya, bukan hanya dari kampus kita saja. Dan setauku, dia tidak pernah kelihatan sedang berkencan dengan seseorang. Sikapnya juga sangat dingin seperti batu es, ya pokoknya gitu deh" Jelas Kirana panjang lebar.

Aku hanya ber-oh-ria mendengar penjelasannya. Padahal aku sedikit tertarik dengan pria itu, tapi aku urungkan niat untuk mencari tau pria itu. Aku tidak ingin mencari 'penyakit' dengan mendekati seorang pria dingin. Mungkin aku akan depresi jika cintaku bertepuk sebelah tangan haha



Jadi teman-teman, disini aku ngerasa kalau ceritaku itu gk menarik dan alurnya terlalu ngebosenin. Jadi aku terima kritik dan saran ya

Give Me ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang