Readers yg baik selalu memberi vote yaw~

~~~

Hari ini aku ada janji untuk bermain ke rumah Kinara. Ntahlah, katanya dia ada koleksi tas baru. Dia emang suka mengoleksi banyak tas, apa lagi jika itu dari brand ternama.

Aku sudah mengatakan agar tidak terlalu boros dengan uang. Tapi apa kalian tau yg dia katakan, 'Sherly-ya, aku tidak bisa hidup tanpa barang-barang ini' kira-kira seperti itu jawaban yang dia berikan.

Bahkan saat ini dia sedang mengatakan hal yang sama. Aku hanya menggelengkan kepala mendengarnya, sementara dia hanya tersenyum layaknya orang yang tidak berdosa.

"Dari pada tidak ada kerjaan dan cuman ngeliatin kamu unboxing seperti itu, lebih baik aku pergi membeli makanan saja"

"Yaudah, beli yang banyak ya Sher"

"Jangan harap kau dapat menyantapnya" ucapku lalu pergi keluar.

~~~


Sedari tadi aku terus berjalan tapi masih belum menemukan satupun toko untuk membeli makanan, lelah sekali rasanya.

Kesal karena tidak menemukan toko sama sekali, aku memutuskan untuk duduk di salah satu kursi di taman.

Kesal karena tidak menemukan toko sama sekali, aku memutuskan untuk duduk di salah satu kursi di taman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kalau diliat-liat tamannya lumayan bagus. Rasa kesalku perlahan terganti dengan rasa tenang, aku menyukainya. Sepertinya aku akan sering datang kesini, jika ingin menenangkan diri ataupun sekedar berjalan-jalan.

Aku memejamkan mataku, menikmati hembusan angin yang melintas diwajah ku.

Jika ada yang melihatnya sekarang, mungkin orang akan terpesona dengan visualnya saat ini. Sama seperti seorang pria yang sedang memandangnya dari kejauhan.

Lama berdiam di taman, langit yg awalnya cerah perlahan berubah menjadi mendung. Tak lama rintikan hujan turun membasahi bumi dan menjadi semakin deras.

Dan tentu saja Sherly panik, dia tidak membawa payung dan jarak untuk kembali kerumah Kinara cukup jauh.

Tiba-tiba ada seorang yang entah itu siapa, membawanya pergi untuk meneduh disebuah cafe terdekat di wilayah itu. Sambil melindungi tubuh keduanya menggunakan payung.

Tentu saja Sherly terkejut, lalu memandang keatas, wajah orang itu. "Eoh, kau.."

~~~

Saat ini aku sedang berada dicafe bersama seorang pria yang selalu membuatku kepikiran setiap saat. Siapa lagi kalau bukan Dean.

Ia sudah menghubungi Kinara bahwa dia tidak bisa kembali dan Kinara akhirnya mengiyakan setelah membanjirinya dengan banyak pertanyaan, seperti 'ya, kau dari mana saja?' 'apa kau baik-baik saja, disana hujan?' yah.. begitulah.

Situasi saat ini sangat canggung. Kami berdua berdiam cukup lama, tidak ada yang memulai pembicaraan. Karena tidak tahan dengan kecanggungan ini Dean akhirnya membuka suara.

"Em, maaf lancang membawamu ke sini, padahal kita belum saling kenal"

"Ah..tidak kok, justru aku berterima kasih karena sudah banyak membantu." Jawab Sherly yang langsung diberi anggukan oleh pria didepannya.

"Oh iya, perkenalkan namaku Dean" ucapnya sambil mengulurkan tangan, mengajak berjabat tangan.

"Namaku Sherly. Aku mengenalmu dan kita satu kampus" balasku sambil membalas jabatan tangannya.

Keadaan kembali menjadi canggung. Aku sibuk dengan Hot Chocolate yang tadi kupesan, dan Dean sibuk memandang gadis yg duduk didepannya saat ini.

Merasa sedang dipandang membuatku menjadi sedikit risih, "Mengapa kau menatapku seperti itu?" tanyaku sambil menggaruk kepala yg sama sekali tidak gatal.

"Kau.. mirip dengannya."

"Apa maksudmu?" Aku dibuat bingung dengan pria yg ada didepanku ini.

"Ah, aku tidak mengatakan apa pun" Jawabnya lagi.

Apakah pria didepannya ini mengira diriku tuli, jelas-jelas tadi dia mengatakan sesuatu. "Oke" tidak ingin berbasa basi, lebih baik kuakhiri saja percakapan ini.

"Sher, hujannya udah berhenti. Ayo kita pulang, biar aku yang antar"

"Ah tidak perlu, aku bisa sendiri"

"Tapi ini sudah malam Sherly. Tidak baik seorang gadis pulang sendirian pada malam hari"

Sherly hanya menganggung pasrah, yang dikatakan Dean ada benarnya juga "Baiklah, tapi kau cukup sampai rumah temanku saja"

Give Me ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang