Tanpa Judul

15 4 1
                                    

Sepanjang perjalanan lintang hanya diam sambil memperhatikan luasnya jalanan yang bisa di katakan cukup ramai. Banyak anak jalanan memegang gitar kecil sambil bernyanyi sebisa mereka hanya untuk mendapatkan kepingan recehan agar mereka dapat makan sesuap nasi.

" Balonku ada lima rupa rupa warnanya hijau kuning...." Nyanyi anak kecil di samping mobil lintang.

Seutas senyum manisnya bertengger indah di bibirnya. Dengan senyuman manisnya dia memberikan uang berwarna biru. Sang anak kecil seketika berhenti menyanyi dan melihat kearah lintang yang sedang tersenyum.

" Terimakasih " ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca namun serat akan kebagian.

Pak Bimo yang melihat nonanya begitu baik kepada anak kecil itu tersenyum. Dia bahagia masih ada orang sebaik gadis itu.

Lampu merah berubah menjadi hijau. Semua pengendara melajukan kendaraannya menembus ramainya jalanan kota Jakarta. Raut lelah letih lesu bahagia semua menjadi satu memenuhi jalanan. Mobil hitam ini berjalan melewati jalan yang biasanya mereka lewati. Niatnya agar tidak terjebak macet lantaran sebentar lagi jam pulang kerja.

" Pak kenapa kita lewat sini " herannya

" Iya soalnya takut kejebak macet " Jawaban itu membuat gadis itu mengangguk dan kembali memandang keluar jendela.

Netra hitam pekat itu memandang satu titik. Dimana di sana terdapat kerumunan yang begitu ramai saling berkelahi. Awalnya dia tidak perduli. Namun seketika mata indah itu membola melihat siapa yang sedang tawuran itu. Ya disana ada bintang. Bintang sedang dalam bahaya. Seketika gadis itu panik dia tidak mau terjadi sesuatu pada bintang.

" Pak Bimo berhenti " perintahnya.

" Tidak nona disana terlalu berbahaya " jawabnya karena pak Bimo tau apa yang akan dilakukan oleh lintang.

" Berhenti atau lintang lompat "

Mau tak mau pak Bimo menghentikan mobilnya karena jika gadis itu sudah mengancamnya maka ancaman itu akan dilakukan mengingat gadis itu adalah gadis yang nekat.

Lintang turun dari mobilnya dengan tergesa-gesa. Raut wajahnya terlihat begitu khawatir. Dia berlari tanpa mempedulikan pak Bimo yang melarangnya. Dia terus berlari sampai matanya membelalakkan ketika lawan bintang berjalan dan mengambil balok kaya dan memukul kepala bintang dari belakang.

" BINTANG AWAS " Teriaknya.

Terlambat bintang sudah tidak sadarkan diri.

" Bintang Hay bangun " ucapnya pelan dengan air mata yang mengalir

" Bintang " lirihnya

" WOY BERHENTI " teriakan Rian menghentikan pertempuran itu. Mereka langsung berlari menuju sang ketua yang sudah tidak sadarkan diri.

" Cepet bawa bintang ke rumah sakit. Bawa bintang ke mobil lintang " pinta lintang.

Air mata itu tak berhenti menetes. Khawatir akan keadaan bintang. Mobil itu melesat menuju rumah sakit dengan bintang yang berbaring dengan kepala diatas paha lintang.

______________________________________

Semua menunggu dokter yang memeriksa bintang keluar dari ruangan. Mereka sangat khawatir dengan bintang. Disana ada lintang Rian Dimas Ken dan Rama. Ken dan Rama tadi diperintahkan pak Bimo untuk menuju rumah sakit setelah selesai kuliah. Sedangkan pak Bimo dia menunggu di parkiran rumah sakit.

Cklek

Pintu terbuka muncul seorang laki-laki dewasa menggunakan jas putih kebanggaannya.

" Bagaimana keadaan dia dok " ucap Rian yang menyadari sang dokter yang memeriksa bintang keluar.

Sebelum menjawab dokter itu mengalihkan pandangannya pada sosok gadis yang tengah terkejut melihatnya itu. Dokter itu menatap tajam gadis yang hanya bisa menunduk. Kemudian ia berkata

" Tidak ada yang perlu dikhawatirkan pasien hanya perlu beristirahat selama beberapa hari. Pukulan di kepalanya tidak terlalu serius. Pasien bisa di jenguk setelah di pindahkan ke ruang rawat. Kalau begitu saya permisi. "

" Terimakasih dok "

Dokter itu melenggang pergi namun matanya tetap menatap tajam lintang.

" Dari tadi tuh dokter liatin Lo terus Lo kenal " celetuk Rian

" Eng---eng--nggak " setelah itu lintang pergi menuju ruang rawat bintang.

Setelah masuk kedalam ruangan lintang melihat bintang yang masih belum sadar. Seulas senyum menghiasi wajah manisnya. Terlihat laki-laki tampan yang begitu damainya dalam pejaman matanya.
Tak selang lama Rian dan Dimas masuk kedalam ruangan. Seketika tatapan lembut lintang berubah jadi tajam.

" Kenapa kalian biarin bintang hah. Kalian yah yang ngajakin bintang kelahi " tuduh lintang dengan muka gemesnya.

" Engga Ela bidadari di sendiri yang mau atuh bukan gue yanag ngajak " ucap rian

" Tapi kenapa kalian tidak cegah ha "

" Gimana mau cegah singa nya aja udah bangun " guman Dimas

" Kalau terjadi apa apa sama bintang kalian semua gak akan pernah lintang maafin "

" Udah berantemnya ? " Nada datar serat akan pertanyaan dingin itu mengalihkan perhatian orang orang yang ada disana. Mereka langsung menghampiri bintang.

" Bintang udah sadar " ucap lintang dengan mata berkaca-kaca

" Udah "

" Dari kapan Lo sadar bin " tanya Dimas

" Dari kalian berisik "

" APA " sahutan spontan dari mereka mengganggu bintang

" Ck berisik "

" Jadi Lo pura pura belum sadar dan ngebiarin kita kena ceramah dadakan " histeris Rian

Sedangkan sang pelaku hanya mengendihkan bahu acuh

" Mungkin "

___________________________________________

Jangan lupa vote dan comment
:)

See you next part

Salam manis
Bintang & lintang

18 Juni 2020

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Malam BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang