Bagian 7

9 7 0
                                    

"Ya aneh aja gitu. Dizaman sekarang yah,siapa sih yang nggak kenal sama barang-barang elektronik?"

Sebelum bercerita Gadis disamping pangeran itu menghirup napas dalam-dalam,mengingat potongan kejadian tadi malam. Ah,lebay.

"Vandha?benda apa ini?mengapa banya orang-orang didalamnya?apa mereka bisa bernapas?biar aku pecahkan agar mereka bisa keluar." Tanya Ghaluh beruntun. Tangannya terangkat keatas dan kapanpun dia bisa melepaskan pukulannya untuk memenuhi pemikirannya.

"Eh kak,ngapain?"pekik Vandha terkejut melihat tingkah galuh. Pasalnya ia sedang asyik-asyiknya berselfie dihadapan ponselnya.

Gila ya, dari belahan dunia mana sih nggak tau televisi? Atau jangan-jangan nih cewek salah ikut zaman. Kalo TV ini rusak, bisa-bisa uang jajan gue dipotong buat cicilan TV baru. Batin Vandha panjang lebar dengan sorot tajam melirik gadis disebelahnya yang masih memperhatikan layar kaca.

"Tapi,bagaimana nasib mereka?"

"Udahlah kak, tayangan. Mereka nggak bener-bener ada didalem. Jadi stop buat bikin gue pusing mikirin kakak kelahiran tahun berapa?"

Ghaluh menatap Vandha dengan tatapan tidak mengerti.

"Mending ikut gue selfie dari pada bengong mikirin nih TV." Ajak Vandha dan segera menarik lengan Ghaluh yang tak mau beranjak dari tempat.

"Lho,kenapa? Kok diem?"

"Apakah kamu membawa teman kemari?"

"Temen?" Vandha mengernyit, hingga akhirnymenepuk dahi setelah menyadari sesuatu. Sebenarnya apakah bang Pangeran tidak salah membawa orang ke rumahnya.? Tapi ya sudahlah dia tidak mau ambil pusing.

"Kak Yua, itu bukan nama orang. sini coba kakak diam di situ sambil gaya gimana kek.nanti Vandha fotoin di sini."
Vanda menggeser posisi duduknya agar sedikit ke belakang, Ghaluh hanya dia memperhatikan apa yang dilakukan olehnya.

Tiba-tiba lampu kilat menyala mengisi satu ruangan. Di sana Galuh menekuk lututnya wajahnya ia tutup dengan kedua telapak tangan.

"AAA,,tidak!!!! Kilatan petir itu sangat dekat aku takut. "Ghaluh berteriak histeris.

"Kak Yua gimana sih? itu bukan kilatan petir."

Perlahan galu membuka telapak tangannya ia mendekat ke arah kasur, ke tempat Vandha berada.

"Nggak papa kok ini nggak bahaya."Vandha kembali menyalakan lampu kilat nya membuat Ghaluh kembali meringkuk ketakutan di balik selimut.

   Vandha terkikik mengingat kejadian semalam begitupun dengan pangeran mendengar cerita itu daripada membuatnya hampir tertawa terbahak kalau saja di belakang tidak ada arka, mungkin ia akan melakukannya sekarang juga.

"Van, gue mau minta bantuan lo."ada pangeran sekarang terdengar lebih serius matanya sesekali melirik ke arah spion untuk memastikan Ghaluh dan adiknya.

Terlihat Galuh yang terus menatapi jalanan di luar sedangkan tangannya masih setia mengusap lembut kepala Arka. "gue harap lu bisa jaga rahasia ini,Karena sebenarnya dia itu seorang putri kerajaan. dari tempat yang gue sendiri nggak tahu itu dimana? Bahkan gr sempat berpikir kalau dia cuma ngarnag cerita. Tapi dari semua yang gue temuin dari dia emang nggak Sama kaya kita." Pangeran menghela napas sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Dia putri Ghaluh. Gue sengaja kasih dia nama Yua. Buat rahasiain identitasnya."

"Lo nggak lagi ngebegoin gue kan?!"   Vandha memaket dengan suara cempreng khas miliknya membuat arka sedikit terusik dalam tidurnya.

"Heh macan! Bisa nggak sih Lo nggak usah lebay. Teriakan Lo kayak monyet kehilangan ibunya tau nggak?" Pangeran membenarkan rambutnya yang menutupi wajah, dan mengusapnya ke belakang.

"Terus Lo nemuin dia dari mana bang?." Kabar ini membuat Vandha menjadi benar-benar penasaran.











Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Singgahsana HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang