Bagian 3

58 8 2
                                    

Setelah keduanya sampai dihadapan rumah megah bercat putih itu. Pangeran malah terdiam mematung memikirkan jawaban apa yang sesuai untuk pertanyaan yang akan menghujaninya nanti.

Sedangkan wanita cantik disampingnya masih terlelap dengan ketenangan tidurnya. Menjadikan rasa iba begitu menyelimuti hatinya saat ini.

Ketika pangeran hendak turun langkahnya tak sengaja terhenti karena tangan mungil wanita cantik itu telah melingkar indah dipergelangan tangannya.

"Pangeran, kamu mau kemana?."

"Turun."

"Aku ikut."

"Emang Lo juga mau turun disini. Untung Lo bangun.jadi ,kan kalo gini badan gue nggak perlu patah duluan buat ngegondong Lo yang super berat itu." Jawabnya tanpa menolehkan pandangan sehingga pangeran tidak dapat menyadari jika dirinya sedang ditatapi kekesalan oleh Ghaluh.

Namun dilain sisi pangeran yang merasa ada sedikit kejanggalan tak sengaja mendapati wajah Ghaluh yang kurang bersahabat.

"Ngapain Lo melotot gitu?!."tembak pangeran sembari keluar dari mobilnya.

Kalau seandainya bukan dia yang menolongku mungkin aku akan menjadikannya makan malam singa peliharaanku.

Gerutu Ghaluh yang tak dapat membuka pintu mobil.

Pangeran yang memperhatikannya hanya berdecak menanggapi.
"Ajaib nih cewek."

Dengan sedikit kesal pangeran membukakan pintu untuk Ghaluh yang hanya menyengir setelah pintu mobil terbuka lebar.

"Dimana perilaku santunmu setelah menyambutku dari kereta aneh ini" lagi-lagi langkah pangeran terhenti ketika Ghaluh belum juga turun sebelum mendapat penghormatan.

"Apa?! Nyambut Lo?"

"Iya."

"Ogah ! ngapain.?"

"Jangan berani membantah karna kalau tidak tanganmu akan aku patahkan."

Mendengar perkataan Ghaluh,pangeran meneguk ludahnya dengan susah payah.

Nyeremin juga nih cewek

"Ok! Jadi sekarang gue harus apa?."

"Oh tidak sulit. Cukup kamu sedikit membungkukkan badan dan tersenyum padaku."

"Hah?!" Mulut pangeran menganga hebat.

"Kenapa pangeran.?"

"Nggak ah gue bukan supir Lo".tolak pangeran sembari menarik pergelangan tangan Ghaluh dengan sedikit memaksanya.

Ghaluh lebih memilih diam menanggapi. Juga tidak ada lagi bantahan yang Ghaluh jadikan sebagai pembelaan.

Tak lama kemudian langkah keduanya sama-sama terhenti ketika mendapati seorang wanita separuh baya yang sedang melipat tangannya didepan dada.

"Eh,,eh,pangeran Luh itu gimana sih? Ditinggal mami keluar sebentar langsung ngeloyor entah kemana?"

Benar saja dugaan pangeran. Hingga tak ada lagi yang dapat pangeran lakukan selain menggaruk kepala yang tidak gatal itu.

"Luh nyulik anak orang dari pelaminan? Aduh ran,,,kalo Lo kurang cewek ngomong dong!nanti kan biar mami cariin. Nggak usah nyulik calon bini orang begini." Tembak ibunya setelah menyadari kehadiran Ghaluh disisi Pangerang dengan mata yang sedikit menahan rasa kantuknya agar tidak ambruk ditempat. Sedangkan pangeran hanya mengikuti arah pandangan ibunya dengan menghela nafas gusar.

"Udah mi ngomongnya? Sekarang gantian pangeran yang ngomong. Lagian mami sembarangan banget sih sama anak sendiri."

"Lagian__"

"Mending Lo mandi deh. Terus masalah pakaian biar nanti Lo bisa pake punya gue."belum sempat kata-kata ibu pangeran usai. Pangeran lebih dahulu mempersilahkan Ghaluh untuk melangkah masuk,Karena pangeran yakin kalau perdebatan dengan ibunya akan berlangsung lama.

"Hmmm__"

"Apa lagi? Mau ngebantah? Kali ini udah dulu ya,Gue pusing banget soalnya. Jadi, jangan tambah mami gue yang lagi cerewet."

"Tapi__"suara Ghaluh semakin melemah ketika kata-katanya tidak pernah usai karena pangeran yang lagi-lagi

"Please gue mohon."

"Aku tidak tahu dimana letak kamar mandimu."

Ah! ternyata ini yang pangeran lupakan. Dia pikir Ghaluh akan mengajaknya untuk berdebat tapi Ghaluh kali ini nyaris mempermalukannya dihadapan ibunya yang sudah menutup setengah wajah untuk menyembunyikan tawanya.

"A__ oh__kamar mandi ya? Lo lurus terus kekanan,lurus lagi, kiri sedikit nyampe deh." Ucapan macam apa itu? Sangat jelas terpancar di wajah pangeran yang sedang menampakkan kegugupannya.

👑👑👑

Setelah membanting tubuhnya cukup keras di kursi akhirnya pangeran dapat sedikit melampiaskan rasa lelahnya dengan bersandar pada kursi ruang tamu.

"Sekarang pangeran bakal jelasin biar semuanya kelar,ok?.Mi, percaya deh sama pangeran. Pangeran nggak nyulik anak orang dari pelaminan. Dia ngaku kalau dia sedang dalam bahaya dan membutuhkan pangeran saat ini. Dia itu putri dari kerajaan yang pangeran sendiri juga nggak ngerti setiap kata-kata nya."

"Gini nih, kumat sikap so kepahlawanan Luh. Gimana kalau dia itu orang jahat yang mengaku dan bersikap seolah-olah dia itu putri raja."

"Nah itu dia." Pangeran menegakkan tubuhnya dan menjentikkan jari seolah ia sedang mendapatkan ide berlian. Namun ia kembali terdiam mengingat akan tingkah Ghaluh yang ia temui seharian ini." Tapi kayaknya nggak deh mi. So'alnya secara ucapan seakan-akan dia itu hidup di zaman yang bersimpangan sama pangeran. Yah alias kaya orang dulu gitu. Dan niat pangeran ajak dia kesini mau suruh dia tinggal disini."

"Apa?!Luh tuh gimana sih pangeran.? Lu itu cowok sedangkan dia kan cewek. Mana mungkin luh berdua mau tinggal satu rumah. Gimana tanggapan orang-orang nanti?"semakin Ratna menanggapi setiap penjelasan dari anak semata wayangnya, semakin ia mencoba menahan emosi yang kian memuncak . Mengadu antara gigi atas dengan bawah sihingga membuat pangeran menatapnya dengan nyali menciut."semakin mami greget Jagan minta ampun kalo mami seret Luh buat nyemplung ke sumur."

Apa? Sumur? Pangeran mendelik kaget serta meneguk salivanya dengan susah payah. Selama ini ibunya tidak pernah main-main dengan kata-katanya dan apakah mungkin ibunya juga tidak akan main-main dengan kata-katanya yang satu ini?.

"Ish..mami ini. Anak satu-satunya ko mau di cemplungin ke sumur. Nanti mami kehilangan Dede emez kayak pangeran."

"BODO AMAT NGGAK PEDULI JUGA!!"

"Ih,,kok serem ya?. Oke deh oke. Pangeran bakalan minta bantuan bibi wandha. Lagian disana kan ada vandha. Biar tuh macan ada temennya."

"Terserah Luh deh. Tapi inget! Jangan bawa-bawa mami ke masalah ini. Huh. Pusing pala mami." Ratna segera bangkit dan melenggang setelah memberikan ancaman kepada pangeran yang semakin menciut ketika ditodongkan jari telunjuk ibunya. Dan meninggalkan anaknya yang kembali menyandarkan kepalanya pada punggung soffa dan sesekali mengusap wajahnya dengan kasar.

Singgahsana HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang